webnovel

Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an

Malam itu, Inayah mengadakan syukuran kecil-kecilan, dengan mengundang warga yang ada di sekitar kompleks tempat tinggalnya dan tidak lupa juga mengundang anak yatim piatu dan kaum dhuafa, untuk berdoa bersama sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah yang telah Allah berikan untuknya.

Uang dari hasil yang ia dapatkan selama berbisnis, sebagian dari penghasilannya tersebut, Inayah sumbangkan untuk anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa yang ada di kampung yang tidak jauh dari sekitar kompleks tempat tinggalnya, yang malam itu sengaja ia undang.

Pukul sembilan malam acara sudah selesai. Inayah, Fatimah dan Erni, merapikan rumah dan membereskan piring-piring serta barang lainnya yang berserakan sisa dari acara tersebut. Setelah selesai merapikan semuanya, mereka berkumpul di ruang tengah dengan menikmati teh hangat dan makanan ringan yang dibelinya sore tadi di toko kue yang ada di sebrang jalan kompleks tersebut.

''Alhamdulillah acaranya berjalan lancar," ucap Inayah menghela napas dalam-dalam sambil bersandar ke bahu Erni.

''Iya, Nay,'' jawab Erni sembari meluruskan hijab yang Inayah kenakan.

"Bagaimana, Teh. Sudah lancar belum mengemudikan mobilnya?'' tanya Inayah menatap wajah Erni.

''Kalau hanya di sekitaran kompleks sih sudah lancar, tapi kalau di jalan raya, Teteh masih belum berani," jawab Erni lirih. ''Kalau ada suara klakson dari mobil lain, Teteh suka panik,'' sambung Erni dengan suara khas berlogat Sunda.

"Nanti juga pasti lancar, Teh. Aku pun dulu seperti itu," terang Inayah tersenyum-senyum.

Sementara itu, Fatimah sedang duduk santai sambil menonton televisi. Ia hanya menyimak perbincangan Inayah dengan Erni, Inayah tidak pernah memperlakukan Fatimah dan Erni sebagai bawahan, menurutnya mereka adalah saudara dan bagian dari keluarga.

Kehadiran mereka menjadi penawar di antara kesedihan yang ia rasakan semenjak meninggalnya kedua orang tuanya. Mereka memberikan warna baru dalam kehidupan Inayah, menjadi penyemangat hidup dan teman baik di kediaman megah tersebut.

Malam semakin larut, rasa ngantuk pun sudah melanda. Inayah bangkit, kemudian memanggil Fatimah, "Teh Fatimah!"

"Iya, Neng," Fatimah menyahut bangkit dan langsung menghampiri sang majikannya itu.

"Tolong kasih tahu Pak Andri, mobilnya masukkan garasi semua ya, Teh!" kata Inayah lirih. "Aku sudah ngantuk," sambungnya.

"Iya, Neng," jawab Fatimah.

Inayah langsung pun langsung pamit kepada Erni, dan segera melangkah masuk ke dalam kamar. Sebelum beranjak keperaduan, Inayah melaksanakan Salat Isya terlebih dahulu, di akhir salat ia selipkan doa-doa yang terbaik, berharap ayah dan bundanya tenang di Surga. Bulir bening mengalir membasahi wajah cantiknya. Dipandangi foto kedua orang tuanya yang terpajang di dinding kamar, pedih terasa bagai ditusuk sembilu. Namun, Inayah tetap berusaha tegar dan ikhlas menerima kenyataan pahit itu. Ia percaya semua itu adalah takdir dari Allah.

"Ya, Allah! Semoga ayah dan bundaku tenang di Surga," ucap Inayah penuh harap.

Setelah itu, ia langsung membenamkan diri di sebuah selimut besar, setelah membaca doa sebelum tidur ia mulai memejamkan mata hingga pada akhirnya tertidur lelap dengan sentuhan udara segar dari AC yang ada di ruangan kamarnya.

*

Pukul 04:20, Inayah sudah terbangun untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah, Salat Subuh di awal waktu di lanjut dengan belajar mengaji bersama Erni dan juga Fatimah.

Pengetahuan agama mereka jauh lebih baik dari Inayah. Inayah menjadikan Erni dan Fatimah sebagai pembimbing dalam hal pengetahuan agama.

Selesai belajar mengaji, Inayah dan Erni berkeliling kompleks untuk berolahraga lari pagi. Sementara Fatimah hanya di rumah saja, mengerjakan kewajibannya sebagai assisten rumah tangga.

Berkat bimbingan dari Erni, Inayah sudah bisa membaca Al-Qur'an dan sebagai penyempurnaan, Ia pun mengikuti belajar bersama di kediaman salah satu Ustadzah yang ada di sekitar kompleks tidak jauh dari kediamannya.

Dalam kitab shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”

Sebuah hadits yang menjadi motivasi untuk Inayah lebih giat dan semangat belajar tentang Alqur'an, belajar membaca dan memahami isi dan maknanya, serta berusaha mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

*

Sore harinya, Inayah mengajak Erni untuk menemui klien di salah satu restoran yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

“Teh Erni cantik!" Suaranya terdengar lembut, ia berdiri di depan pintu kamar Erni sambil mengetuk pintu kamar tersebut.

“Sebentar, Nay!" sahut Erni dari dalam kamar, ia bangkit dan langsung membuka pintu kamarnya. “Ada apa, Nay?” tanya Erni menatap wajah Inayah.

“Antar aku, Teh! Hari ini aku lagi malas nyetir mobil sendiri!” jawab Inayah dengan memegang tangan Erni.

"Kenapa tidak minta antar Pak Andri?!" jawab Erni lirih.

"Pak Andri sedang mengantarkan berkas kerja ke kantor Bu Lisna."

Erni diam sejenak, kemudian berkata lagi, “Tapi Teteh belum mandi, Nay.”

“Tidak usah mandi, Teh! Teteh masih tetap cantik, kok!" puji Inayah tersenyum-senyum menatap wajah Erni. "Teteh, hanya mengantarkan aku saja. Setelah itu, Teteh kembali lagi!" sambung Inayah sedikit menarik tangan Erni.

“Terus kamu pulangnya dengan siapa, Nay?” tanya Erni.

“Ya, Teteh jemput lagi!” jawab Inayah sedikit mencubit pipi Erni yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Maunya!" hardik Erni mendelik. “Tunggu sebentar. Teteh mau mencuci muka dulu!” sambung Erni berlalu dari hadapan Inayah.

“Aku tunggu di depan ya, Teh. Jangan lama!” kata Inayah langsung melangkah menuju ke beranda rumah.

"Iya," sahut Erni sedikit berteriak.

Beberapa menit kemudian Erni sudah keluar dan langsung menghampiri Inayah yang sedari tadi menunggunya di beranda rumah.

“Ayo, Nay!” ajak Erni sembari melangkah menuju ke arah mobil miliknya yang terparkir di halaman depan rumah tersebut.

Mobil sedan warna merah, Erni beli tiga bulan yang lalu hasil dari kerja kerasnya mengelola bisnis fashion bersama Inayah. Ia merasa bangga dengan kehidupannya sekarang, berkat kejujuran dan ketekunan dalam mengelola fashion milik Inayah, Allah sudah membuka jalan kesuksesan baginya.

Inayah berjalan mengikuti langkah Erni dan langsung masuk ke dalam mobil tersebut. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Erni dengan menginjak gas, mobil pun melaju perlahan keluar dari halaman rumah megah tersebut.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di tempat tujuan. Perjalanan dari rumah ke restoran hanya ditempuh dalam waktu sepuluh menit saja, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh dari kediaman Inayah.

“Di sini, Teh. Tidak usah masuk parkiran!” pinta Inayah lirih.

“Aku jemput pukul berapa, Nay?” tanya Erni, menepikan mobilnya dan berhenti tepat di bahu jalan tersebut.

“Nanti aku telepon kalau sudah selesai!” jawab Inayah langsung turun dari mobil.

Inayah langsung melangkah masuk ke dalam restoran, untuk menemui klien yang sudah menunggunya sedari tadi, dalam pertemuan tersebut Inayah hanya membahas kerja sama tentang rancangan produk terbaru kepada pihak klien dan desainer tersebut.

****