webnovel

Bersyukur dan Belajar Al-Qur'an

Selepas kuliah, Inayah lebih pokus di dunia bisnis yang ia rilis bersama Erni, di samping bisnis, Inayah juga aktif di lembaga ekonomi syariah yang dibentuk oleh ibu-ibu jamaah Masjid yang ada di komplek kediamannya, bisnis fashion menjadi pilihannya waktu itu.

Semenjak berhijrah, Inayah lebih banyak bergaul dengan komunitas wanita Muslimah dan aktifis remaja Muslim Bandung, di sana ia banyak mendapatkan pengetahuan tentang agama dan belajar bersosialisasi dengan masyarakat umum.

Di samping itu, banyak di antara mereka yang tertarik dengan bisnis yang Inayah rilis, terutama di bidang fashion wanita Muslimah, mulai dari hijab, niqab, dan pakaian-pakaian gamis. Sehingga tercipta gagasan untuk membuat brand sendiri.

Karena, ia yakin dengan bisnis yang dijalankannya, di samping menghasilkan uang Inayah niatkan juga sebagai ibadah dan berdakwah di jalan Allah untuk merubah dan mengajak sahabat-sahabatnya agar mengikuti jrjaki berhijrah dan memakai hijab. Sebagaimana telah di wajibkan oleh Allah SWT kepada para kaum hawa.

Perintah mengenakan hijab sebagaimana diterangkan dalam ayat Al-Qur'an.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Dari waktu ke waktu, bisnisnya tumbuh berkembang dengan begitu pesat. Banyak di antara teman-teman kuliah dan teman sekolahnya dulu, tertarik dan mengikuti jejak langkah Inayah, berhijrah dengan mengenakan hijab dan menjalankan hidup sesuai kaidah agama.

Mereka ikut membantu memasarkan produk-produk fashion milik Inayah dengan cara online dan membuka cabang di tempat lain.

Alhamdulilah hasilnya sesuai dengan apa yang ia harapkan, bukan hanya Inayah saja yang menikmati hasil dari bisnis tersebut termasuk Erni sang asisten pribadinya, Erni ikut merasakan hasil dari kerja kerasnya selama ini,

Erni termasuk orang yang pandai dalam mengelola bisnis dengan bermodalkan kejujuran dan sikap yang ramah ia mampu menjadi satu magnet, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan.

Saat itu, Erni juga sudah berubah. Penghasilannya sudah meningkat dan mendapatkan apa yang ia impikan. Hasil mengelola bisnis bersama Inayah, Erni sudah mempunyai satu unit mobil sedan dan beberapa petak sawah di kampung halamannya dan ia pun mampu membiayai adik-adiknya sekolah lebih tinggi lagi.

*

Malam itu, Inayah mengadakan syukuran kecil-kecilan, dengan mengundang warga yang ada di sekitar komplek tempat tinggalnya, dan tidak lupa juga mengundang anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa untuk berdoa bersama sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah yang telah Allah berikan.

Dari hasil yang ia dapatkan selama berbisnis dan dari hasil panen sawah milik almarhum kedua orang tuanya, sebagian Inayah sumbangkan untuk anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa yang ada di kampung yang tidak jauh dari sekitar komplek tempat tinggalnya.

Pukul sembilan malam acara sudah selesai. Inayah, Fatimah, dan Erni, merapikan rumah dan membereskan piring-piring serta barang lainnya yang berserakan sisa dari acara tersebut.

Setelah selesai merapikan semuanya, mereka berkumpul di ruang tengah sambil menikmati teh hangat dan kue-kue, yang dibelinya sore tadi di toko kue yang ada di sebrang jalan komplek kediamannya.

''Alhamdulillah acaranya berjalan lancar," ucap Inayah menghela napas dan bersandar ke bahu Erni.

''Iya, Nay,'' jawab Erni sembari meluruskan hijab yang Inayah kenakan.

"Bagaimana, Teh, sudah lancar belum mengemudikan mobilnya?'' tanya Inayah menatap wajah Erni.

''Kalau di sekitaran komplek sih sudah lancar, tapi kalau di jalan raya Teteh masih belum berani" jawab Erni lirih. ''Kalau ada klakson dari mobil lain, Teteh suka panik,'' sambung Erni dengan suara khas berlogat Sunda.

Sementara Fatimah saat itu tengah duduk santai menonton acara televisi, ia hanya menyimak perbincangan Inayah dengan Erni.

Inayah tidak pernah memperlakukan mereka sebagai bawahan, menurutnya mereka adalah saudara dan bagian dari keluarga.

Kehadiran mereka sebagai penawar dari kesedihan yang ia rasakan semenjak meninggalnya Tommy dan Celly. Mereka memberikan warna baru dalam kehidupan Inayah, menjadi penyemangat hidup dan teman baik di kediaman megah tersebut.

Malam semakin larut, rasa ngantuk pun sudah menyelimut. "Teh Fatimah!" panggil Inayah lirih.

"Iya, Neng," jawab Fatimah menghampiri.

"Tolong beritahu Pak Andri, mobilnya masukan saja ke dalam garasi semua ya, Teh!"

"Iya, Neng," jawab Fatimah.

"Aku mau istirahat dulu," pungkas Inayah.

Ia langsung melangkah bergegas masuk ke dalam kamar.

Sebelum beranjak keperaduan, Inayah melaksanakan Salat Isya terlebih dahulu, di akhir Salat ia selipkan doa-doa yang terbaik, berharap ayah dan bundanya tenang di Surga.

"Limpahkanlah doa dan amalan ibadahku ini untuk menebus dosa kedua orang tuaku, dan semoga mereka mendapatkan tempat yang layak di sisi-Mu ya, Allah!" ucap Inayah di sela-sela doanya.

Usai salat, ia bangkit dan merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya. Tanpa terasa bulir bening mengalir membasahi pipi, dipandanginya foto kedua orang tuanya yang terpajang di dinding kamar, pedih terasa bagai ditusuk sembilu.

Namun, Inayah tetap berusaha tegar dan ikhlas menghadapinya, Inayah percaya semua itu adalah takdir dari Allah.

"Ya, Allah! Semoga ayah dan bundaku tenang di Surga," ucap Inayah penuh harap.

Setelah itu, ia langsung membenamkan tubuh di sebuah selimut besar dan mulai memejamkan mata hingga pada akhirnya ia tertidur lelap dengan sentuhan udara segar dari AC yang ada di ruangan kamarnya itu.

*

Pukul 04:20, Inayah sudah terbangun untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah, Salat Subuh di awal waktu di lanjut dengan belajar mengaji bersama Erni dan juga Fatimah.

Mereka berdua jauh lebih baik dari Inayah dalam hal agama, oleh sebab itu Inayah menjadikan Erni dan Fatimah sebagai pembimbing dalam hal pengetahuan agama.

Selesai belajar mengaji, Inayah dan Erni berkeliling komplek untuk berolahraga lari pagi. Sementara Fatimah hanya di rumah saja, mengerjakan kewajibannya sebagai assisten rumah tangga.

Berkat bimbingan dari Erni, Inayah sudah bisa membaca Al-Qur'an dan sebagai penyempurnaan, ia banyak mengikuti kegiatan-kegiatan mengaji di berbagai tempat. Ia pun mengikuti belajar bersama di kediaman salah satu Ustadzah yang ada di sekitar komplek tidak jauh dari kediamannya.

Dalam kitab shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”

Sebuah hadits yang menjadi motivasi untuk Inayah lebih giat dan semangat belajar tentang Alqur'an, belajar membaca dan memahami isi dan maknanya, serta berusaha mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

****