webnovel

Hijrah

Sore harinya, Inayah pamit kepada Erni. Sore itu ia hendak menemui rekan bisnisnya di sebuah restoran terkemuka di kota Bandung.

Namun, kejadian naas menimpa Inayah. Mobil yang ia kemudikan dihadang dua mobil mewah tepat di sebuah jalanan sepi.

"Masya Allah! Mereka itu siapa?" Inayah menghentikan laju mobilnya, ia pun tetap bertahan di dalam mobil.

Beberapa pria keluar dari dua mobil tersebut, masing-masing membawa besi berukuran setengah meter melangkah menghampiri mobil milik Inayah.

Tanpa basa-basi para pria bertubuh kekar itu langsung menghancurkan kaca belakang mobil Inayah hingga pecah berantakan. Setelah itu mereka langsung berlalu dan pergi dari tempat tersebut.

"Ya, Allah! Mereka itu siapa?" ucap Inayah merasa ketakutan.

Saat itu juga, Inayah langsung menelepon Erni dan memberitahukan kalau dirinya mendapatkan teror dari orang tidak di kenal.

Niat untuk menemui rekan bisnisnya, ia urungkan, Inayah pun sudah menelepon rekan bisnisnya tersebut, dan menjelaskan tentang kejadian yang ia alami.

Setelah itu, Inayah langsung melajukan mobilnya untuk kembali ke kediamannya. Mobil yang sudah dalam kondisi penyok dan mengalami pecah kaca belakang, melaju deras menuju ke arah selatan.

Setibanya di rumah, Inayah langsung bercerita kepada Erni tentang apa yang baru saja ia alami, dan Inayah meminta Erni untuk segera mencarikan supir pribadi.

"Aku sudah tidak aman lagi, Teh. Sebaiknya, Teteh carikan supir pribadi untukku!" kata Inayah di sela perbincangannya dengan Erni.

"Iya, Nay. Nanti Teteh carikan," tandas Erni mengelus lembut pundak Inayah. "Itu, mobilnya mau dibawa ke bengkel langsung atau bagaimana?" sambung Erni bertanya.

"Nanti saja, Teh! Aku pakai mobil yang lain saja, nanti kalau sudah ada supir baru mobil yang itu diperbaiki!" jawab Inayah raut wajahnya tampak cemas.

Inayah beranggapan selama ini ia tidak mempunyai musuh, tapi kenapa teror tersebut bisa terjadi menimpa dirinya.

"Kamu harus sabar dan ikhlas! Ini semua bagian dari ujian Allah untuk kehidupan kamu." Erni terus memberikan nasihat kepada Inayah yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Tak hanya itu, Erni pun menyarankan Inayah agar segera melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. Namun, Inayah menolaknya dan tidak mau terlibat lebih dalam lagi dalam peristiwa itu.

Inayah khawatir akan adanya teror baru, jika ia mempermasalahkan kasus tersebut ke pihak kepolisian.

*

Dua minggu kemudian, Inayah mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi yang ada di kota Bandung, untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjajaran.

Di Universitas tersebut, ia mengambil jurusan management dan bisnis. Karena almarhum ayah dan bundanya menginginkan putrinya itu, untuk menjadi seorang Sarjana Ekonomi dan menjadi pengusaha sukses dalam bidang bisnis seperti mereka.

Setelah diterima di Universitas Padjajaran, Inayah memutuskan untuk memakai hijab dan berhijrah di jalan Allah.

Rasulullah SAW, menjelaskan makna hijrah sebagaimana disebut dalam Hadits Riwayat Al-Bukhori, "Orang-orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT."

Inayah meniatkan semuanya demi kebaikan almarhum kedua orang tuanya, dengan harapan mereka tenang di alam sana tanpa terbebani lagi dengan kenakalan-kenakalannya.

Sejujurnya, dengan dekat kepada Allah, kita akan meraih posisi yang begitu indah, akan dipermudahkan segala urusan, disuguhi solusi yang tiada tara dan dicukupkan sesuai kebutuhan, persis seperti yang dialami Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstantinopel yang memukau khalayak ramai bahkan menjadi pondasi bagi siapa pun untuk meraih kesuksesaan, itu harus didasari dengan mencintai aturan Rabbi dan menjalankan perintah-Nya penuh cinta serta istiqamah.

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (QS. Ath Thalaq: 3).

“Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”(HR. Tirmidzi, ia mengatakan, “Hadits hasan shahih.”)

Dengan berpenampilan baru, banyak di antara sahabat-sahabat Inayah yang tidak setuju dan tidak menyukainya, kebetulan di kampus tersebut, ada beberapa sahabat lama yang dulu satu sekolah dengan Inayah. Salah satunya adalah Tiara, ia adalah sahabat dekat Inayah waktu duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

Tiara sangat benci dengan perubahan sahabatnya itu. Karena saat itu, Inayah sudah tidak bergaul lagi dengannya. Inayah sudah tidak mau lagi ikut pesta atau yang lainnya yang menyangkut pergaulan yang bersifat negatif.

Inayah lebih banyak menolak jika diajak main oleh Tiara dan lebih memilih diam di rumah, belajar mengaji dan belajar tentang pemahaman agama bersama Erni dan juga Fatimah.

Selain menjadi asisten pribadi, Erni juga berperan sebagai guru agama bagi Inayah. Karena, Erni mempunyai pengetahuan agama sangat luas. Erni pernah belajar di salah satu Pondok Pesantren di Purwakarta, jauh sebelum Erni bekerja di kediaman Inayah.

Inayah sudah memutuskan, untuk tidak mengulangi kenakalan yang pernah ia perbuat di masa lalu, sewaktu ayah dan bundanya masih hidup.

Inayah ingin mengangkat derajat kedua orang tuanya di akhirat. Seperti yang ia tahu, kedua orang tuanya sangat jauh dari agama dan bahkan melupakan kewajiban sebagai Muslim. Mereka terlalu menyibukan diri kepada keduniawian yang terus mereka kejar.

Meskipun demikian, mereka tetaplah orang tua Inayah, ia harus mempersembahkan yang terbaik untuk almarhum ayah dan bundanya, agar mereka tidak terlalu menderita di alam akhirat.

Masih banyak di sekitar kita, ditemui orang-orang yang jauh dari Allah, hidup mereka dipenuhi dengan hal-hal tidak bermanfaat bahkan membuat hati semakin keras dan tidak bercahaya.

Seperti yang ditemui di jalan raya menuju kampus. Inayah melihat sekelompok bapak-bapak yang berusia sekitar 40 atau 60 tahun, dengan asik menikmati permainan judi, asik menyabung ayam.

Seharusnya usia menedekati detik-detik kematian, dihabiskan dengan kebaikan. Tidak hanya itu, pernah pula Inayah menemui para wanita-wanita yang begitu seksi menjual kecantikan dengan berbagai dalil, terkadang kecantikan dipergunakan sebagai modal untuk mengait para lelaki hidung belang yang bermata keranjang atau atas nama kebebasan.

Inayah ingin merubah semuanya, memantapkan niat untuk berhijrah di jalan Allah. Mungkin pertemuan dengan para bapak-bapak dan wanita-wanita cantik itu, adalah cara Allah mengiring Inayah untuk berpikir serta mengambil hikmah dari apa yang ia alami selama hidup dalam pergaulan bebasnya.

Senada dengan ungkapan Ibnu Qayyim bahwa berbahagialah manusia yang dianugerahi agama, pikiran dan akhlak yang selalu bertautan dengan Rabbi dan beruntung pula bagi manusia yang masih diberikan kesempatan hidup oleh Allah SWT.

Tidak terasa waktu berjalan sangat singkat. Tahun 2001, Inayah diwisuda lulus kuliah S1 dengan gelar Sarjana ekonomi.

Dalam acara tersebut, Erni hadir sebagai perwakilan keluarga, moment terpenting dalam perjalanan hidup Inayah itu, ia lewatkan dengan kehampaan tanpa kehadiran kedua orang tua di sampingnya.

Seharusnya, saat itu Inayah berfoto ria bersama dengan ayah dan bundanya. Mengenakan toga kebanggaan merayakan kelulusan, bersuka cita dengan keluarga yang lengkap.

Namun, hal seperti itu tidak bisa dirasakan oleh Inayah, karena kedua orang tuanya sudah tiada. Mereka sudah menghadap Sang Maha Pencipta. Meskipun seperti itu, Inayah tetap yakin, Allah mempunyai rencana indah untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Allah telah menguji Inayah dengan sebuah cobaan berat, kedua orang tuanya telah meninggal, kembali kepangkuan Sang Maha Kuasa. Inayah tetap berkeyakinan ada hikmah di balik ujian tersebut.

Karena ia paham di sisi lain, Allah sudah memberikan petunjuk terbaik untuknya melalui ujian tersebut, agar Inayah bisa memperbaiki diri dan bertafakur.

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:: {الْمَوْتُ جِسْرٌ يُوْصِلُ الْحَبِيْبَ إِلَى الْحَبِيْبِ}

Nabi saw. bersabda, “Kematian itu jembatan yang menghubungkan sang Kekasih (orang mukmin) kepada Kekasihnya (Allah swt).”

"Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kedua orang tuaku." ucap Inayah sembari melempar toga ke atas.

****