webnovel

TAKE ME WITH YOU TO JANNAH

Syma terpaksa menjadi simpanan pria yang telah memiliki istri demi merebut kembali hak asuh anaknya. Ersad adalah pria yang menawarkan kerja sama itu karena sang istri tidak bisa memberikan kebutuhan biologisnya dikarenakan mengalami koma. Lalu bagaimana nasib syma saat istri pertama ersad telah sadar dan siapakah sebenarnya penghancur rumah tangganya bersama revan? "Aku pernah memiliki suatu impian. Yaitu membangun rumah tangga yang sakinah bersamamu sampai ke Jannah. Sehingga aku berusaha memperjuangkan cita-cita tersebut agar menjadi kenyataan. Aku selalu berusaha memperjuangkan seseorang yang sangat aku sayangi. Tapi ternyata perjuangan itu tidak ada hasilnya? Terkadang hidup ini memberikan kita dua pilihan yang sulit. Pilihan itu adalah memperjuangkan atau melepaskan. Disaat aku sibuk memperjuangkan, terkadang aku sadar, bahwa aku telah memperjuangkan sesuatu yang salah. Alasan itu muncul saat aku merasa apa yang selama ini aku lakukan adalah sia-sia. Bukan tanpa sebab, tapi itulah kenyataannya."

Alawiah_putri18 · Urban
Not enough ratings
14 Chs

TINGKAH NORA

Kini Kevin hanya menatap anak kecil yang sedang makan es krim itu. Tidak pernah terbayangkan olehnya, selama beberapa tahun bekerja dengan Ersad. Baru kali ini dia mengerjakan tugas yang diluar kemampuannya.

"Pelan-pelan makannya," ucap Kevin mengambil tissue dan mengelap mulut Zea. Kevin ingat, betapa sulitnya dia membujuk Zea yang tidak hentinya menangis dan bertanya tentang ibunya. Salah satu hal yang melintas dipikirannya hanyalah es krim yang pastinya disukai anak-anak. Dan benar saja... Zea langsung diam, ketika Kevin mengajaknya makan es krim.

"Paman Ze pup..."

"APAA!! Ya Tuhan bagaimana ini," Kevin langsung berdiri begitu kaget dengan yang dikatakan oleh Zea. Seolah itu adalah ucapan yang paling mengerikan yang pernah dia dengar. Kevin merasa gusar, sampai mondar-mandir karena kebingungan harus bagaimana. Padahal Zea sudah memakai Pampers. Hanya tinggal membuang dan membersihkan. Namun kepintaran Kevin sirna sudah ketika menghadapi hal seperti ini.

Sementara bocah kecil itu hanya menatapnya dengan polos.

Beruntung dalam situasi sulit seperti itu. Suara bel apartemen berbunyi. Kevin yakin Ersad dan Syma telah kembali.

Cepat-cepat pria itu membukakan pintu dan melihat Syma seorang diri disana.

"Kevin? apa yang terjadi, dimana Ze?" tanya Syma melihat Kevin yang terlihat cemas.

"Anu... itu."

"Anu, itu. Apa? bicara yang jelas, jangan membuatku cemas!"

"Ze... dia pup."

"Pup?" Syma membeo. Sementara Kevin mengangguk lugu.

Sontak Syma langsung tertawa dan mendekat kearah putrinya.

"Astaga Kevin. Aku pikir ada sesuatu yang terjadi. Kau sudah membuatku senam jantung hari ini.

Ze hanya pup, dan kau sudah begitu cemas!" ucap Syma menggeleng kepala.

"Maafkan aku, nyonya."

"Untuk apa meminta maaf, Aku bisa mengerti. Bos mu saja yang keterlaluan, membebanimu dengan pekerjaan diluar kemampuanmu."

Kevin hanya tersenyum samar menanggapi ucapannya.

"Dan lagi... jangan panggil aku nyonya. Panggil saja Syma,"

"Baik Syma.

Em, ngomong-ngomong, dimana Pak Ersad?" tanya Kevin yang menyadari tidak adanya Ersad bersama Syma. Padahal mereka baru saja menikah.

"Dia bilang, sedang ada urusan penting. Jadi aku pulang duluan. Takut Ze merepotkanmu."

"Ah, saya tidak merasa direpotkan. Ze anak yang baik. Tadinya aku pikir akan kesulitan mengasuhnya. Tapi ternyata aku salah. Ze bukanlah anak cengeng yang tidak terbiasa dengan orang asing sepertiku," saut Kevin dengan senyuman tulusnya.

"Benarkah? aku pikir karena kau memang hebat dalam urusan anak kecil," ucap Syma sedikit menggodanya. Kevin hanya terkekeh.

"Jujur. Saya tidak terbiasa dekat dengan anak kecil. Tapi melihat Ze... saya rasa ada kesenangan tersendiri.

Em... kalau begitu saya permisi dulu."

"Baiklah. Terimakasih telah menjaga Ze dengan baik."

"Sama-sama," jawab Kevin sebelum melangkah pergi, meninggalkan mereka.

******

"Jadi... kau adalah si brengsekk yang waktu itu ingin melecehkan Syma," ucap Ersad menatap pria yang saat ini sedang terkapar akibat pukulan darinya. Rasanya masih sangat belum puas menyiksa pria itu, meski wajahnya sudah babak belur.

"Ma-af... aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji," ucap Roy terbata-bata.

"Maaf katamu? apa kau tahu akibat dari perbuatanmu!"

"Aku hanya disuruh. Seseorang memberiku peluang untuk mendekati Syma. Sebelumnya memang aku menyukainya. Namun aku sadar bahwa Refan itu temanku. Tapi seorang wanita mencuci otakku sampai aku nekat melakukannya.

Aku sendiri tidak menduga semuanya akan seperti ini," ucap Roy nyaris putus asa.

"Kau akan menderita atas perbuatanmu sendiri. Aku akan menyerahkanmu pada polisi dan dihukum seberat-beratnya," ucap Ersad pelan, namun terdengar mengerikan.

Ersad memberi isyarat pada temannya yang bekerja sebagai polisi untuk segera meringkus Roy dan membawanya ketahanan yang paling mengerikan.

"Aku serahkan dia padamu."

"Tentu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Ersad segera pergi ketika urusannya telah selesai. Dia ingat, bahwa telah terlalu lama meninggalkan Syma bersama Zea. Seharusnya ini adalah malam pertama bagi mereka.

Ketika dalam perjalanan. Tiba-tiba Nora menelponnya. Mengatakan bahwa dia sedang sakit. Ersad memutar kemudinya dan menemui gadis itu di apartemennya.

"Kau tidak terlihat seperti orang sakit, Nora!" ucap Ersad bersidekap. Menatap sinis kearah Nora yang hanya mengenakan tanktop dan hotpants. Lagi-lagi dia merasa dibodohi oleh gadis ini.

"Kepalaku sangat pusing, kak. Bisakah kakak memijit kepalaku," pintanya dengan penuh permohonan. Ersad semakin jengkel dan mendekati Nora. Tatapan membunuhnya tidak membuat Nora takut sedikitpun.

"Berhenti berpura-pura Nora. Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

"Kakak ipar. Aku kesepian... kau tahu sendiri orang tuaku sudah tiada. Sementara kak Erika koma di rumah sakit."

"Lalu kau mau apa? Apa kau tidak punya seseorang untuk menemanimu. Kau sudah dewasa. Punya otak untuk berpikir, dengan memakai pakaian seperti ini... apa kau sengaja ingin menggodaku, Huh!

ingat Nora... aku ini kakak iparmu! jadi berhentilah melakukan hal bodoh seperti ini. Tunjukan bahwa kau itu masih memiliki moral," sarkasnya begitu tajam dan menusuk.

Bentakkan dari Ersad cukup membuat Nora tersentak dan meneteskan air mata.

"Ma-maafkan aku... maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu padamu kak. Aku hanya..."

"Sudahlah, berhenti menangis," sadar akan perbuatannya yang melukai hati Nora. Ersad segera memeluknya, pelukan seorang kakak pada adiknya.

"Maafkan aku yang sudah membentakmu. Sekarang istirahatlah, aku akan segera pulang. Masih banyak urusan yang harus aku selesaikan," ucap Ersad mengacak rambutnya dan berlalu dari sana.

Sementara Nora hanya memandangi kepergiannya dengan tatapan penuh arti.

*****

Syma yang baru saja menyelesaikan sholat tahajud, begitu kaget ketika melihat Ersad yang tiba-tiba kembali. Syma pikir, Ersad akan pulang kerumahnya.

Wajahnya yang terlihat lelah, membuat Syma segera mendekatinya.

"Apa terjadi sesuatu? kenapa wajahmu terlihat lelah," tanya Syma begitu lembut. Dengan mukena yang masih melekat ditubuhnya. Ersad yang menatapnya langsung merasa sejuk. Kelembutan Syma membuat semua kekesalannya terhadap Nora tiba-tiba hilang.

"Tidak ada. Aku hanya lelah... aku akan mandi dulu," ujarnya melangkah kekamar mandi. Namun suara Syma menghentikan langkahnya.

"Biar aku siapkan airnya," ucap Syma tanpa menunggu persetujuan Ersad. Dia langsung masuk dan menyiapkan air hangat untuk suaminya itu.

Ersad hanya menatapnya. Tidak pernah dia merasa diperhatikan seperti ini. Namun dibenaknya masih saja tersimpan keraguan. Apakah wanita ini juga berpura-pura seperti Nora, pikirnya.

Namun tidak ada satupun hal yang membuat Ersad merasa dibohongi. Perlakuan Syma terasa begitu murni. Senyumannya begitu tulus, serta kelembutannya begitu menyejukkan. Membuat Ersad merasa betah berlama-lama dengan wanita yang kini telah sah, menjadi istrinya itu. Meski hanya sebatas simpanan. Yang entah sampai kapan harus dipertahankan.

Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Erika yang terbaring lemah. Tidakkah aku begitu kejam, mengkhianati istriku yang terbaring lemah dirumah sakit? jika Erika sadar... aku akan langsung menceraikan Syma. Bagaimana pun juga, Erika adalah wanita yang paling aku cintai. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya dalam hidupku, batinnya.

TBC