webnovel

TAKE ME WITH YOU TO JANNAH

Syma terpaksa menjadi simpanan pria yang telah memiliki istri demi merebut kembali hak asuh anaknya. Ersad adalah pria yang menawarkan kerja sama itu karena sang istri tidak bisa memberikan kebutuhan biologisnya dikarenakan mengalami koma. Lalu bagaimana nasib syma saat istri pertama ersad telah sadar dan siapakah sebenarnya penghancur rumah tangganya bersama revan? "Aku pernah memiliki suatu impian. Yaitu membangun rumah tangga yang sakinah bersamamu sampai ke Jannah. Sehingga aku berusaha memperjuangkan cita-cita tersebut agar menjadi kenyataan. Aku selalu berusaha memperjuangkan seseorang yang sangat aku sayangi. Tapi ternyata perjuangan itu tidak ada hasilnya? Terkadang hidup ini memberikan kita dua pilihan yang sulit. Pilihan itu adalah memperjuangkan atau melepaskan. Disaat aku sibuk memperjuangkan, terkadang aku sadar, bahwa aku telah memperjuangkan sesuatu yang salah. Alasan itu muncul saat aku merasa apa yang selama ini aku lakukan adalah sia-sia. Bukan tanpa sebab, tapi itulah kenyataannya."

Alawiah_putri18 · Urban
Not enough ratings
14 Chs

HALALKAN

Malam sudah semakin larut. Ketika Zea sudah tertidur dengan lelap. Syma pun segera beranjak dari sana. Rasanya tidak ingin meninggalkan Zea tertidur sendirian. Namun kenyataannya Ersad telah menunggunya dikamar yang lain. Syma sempat berpikir apa yang harus dilakukan. Ersad pastinya ingin menagih perjanjiannya. Sementara Syma sangat belum siap untuk hal itu. Ditambah lagi, Syma sangat tidak ingin melakukan perzinahan.

Langkahnya pelan, namun tanpa terasa tiba-tiba sudah berada didepan kamar Ersad. Jantungnya berdegup kencang. Dengan sekali tarikan nafas, Syma memberanikan diri membuka pintunya.

Ketika masuk kedalam sana, Ersad langsung menghentikan kegiatannya yang sedang berkutat dengan handphonenya. Wajahnya terlihat segar, pastinya Ersad telah membersihkan dirinya terlebih dulu.

Kegugupan semakin melanda diri Syma, seperti pengantin baru yang baru akan melakukan malam pertama mereka.

"Kau datang juga akhirnya," ucap Ersad menatap Syma begitu dalam. Ersad beranjak dari tempatnya dan mendekati Syma secara perlahan, namun pandangannya tidak beralih sedikitpun dari wanita itu. Begitu dalam dan penuh arti.

Ketika tangannya ingin menyentuh wanita itu, Syma segera mundur selangkah untuk menghindar. Ersad berkerut heran.

"Kita tidak bisa melakukannya dalam keadaan seperti ini," cicit Syma sedikit takut.

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin kau menikahiku dulu. Aku... aku tidak ingin berzinah," ucap Syma sedikit bergetar ketika mengatakannya.

Sementara Ersad hanya menyunggingkan senyuman sinisnya. "Rupanya kau lebih licik dari yang aku bayangkan!" ucapnya dengan penghinaan yang kental. Namun Syma tidak merasa tersinggung sedikitpun.

"Aku hanya ingin kau menikahiku, hanya sah secara agama sudah cukup bagiku. Setidaknya kita sudah halal ketika ingin melakukannya. Tenang saja, Aku tidak akan menuntut nafkah atau harta apapun darimu, aku masih bisa bekerja untuk menghidupi Zea."

Ersad tertegun mendengarnya. "Jadi maksudmu aku harus menikahimu dulu, baru bisa menyentuhmu begitu?"

"Benar."

Ersad diam sejenak. Mencoba mengerti situasi Syma saat ini. Bagaimanapun juga, Syma wanita yang memegang teguh peraturan agamanya. Dan Ersad baru sadar akan hal itu. Karena selama ini Ersad merasa tidak ada lagi seseorang yang memperdulikan larangan maupun kewajiban dari Tuhannya.

Tanpa berucap sepatah katapun. Ersad keluar dari kamarnya. Bahkan Syma sendiri tidak bisa membaca raut wajah Ersad yang terlihat datar.

*****

"Erika... kenapa kau masih belum membuka matamu? tidakkah kau ingin memarahiku yang gemar bergonta-ganti pasangan.

Kau tahu...

aku bertemu dengan wanita yang akan menjadi tempat pelampiasanku selanjutnya. Sebenarnya aku sendiri bingung kenapa aku harus bersusah payah seperti ini untuk mendapatkannya. Padahal banyak wanita diluar sana yang sangat dengan senang hati membuka lebar paha mereka untukku.

Namanya Syma. Dia memakai hijab dan terlihat alim. Aku yakin kau pasti menyukai wanita sepertinya. Tapi aku masih ragu, apakah dia benar-benar alim, atau hanya berpura-pura alim untuk menarik perhatian seseorang. Yang jelas, aku merasa tertantang olenya. Ada sesuatu yang aneh didalam diriku untuk melindungi wanita itu.

Aku berniat akan menikahinya... jadi, aku harap kau bangun untuk menghentikan pernikahan kami," ucap Ersad pada wanita yang saat ini terbaring lemah dihadapannya. Mencurahkan semua keluh kesah

pada istrinya itu.

"Kakak ipar, kenapa datang kesini tidak mengajakku?" suara Nora membuat Ersad menatapnya malas.

"Aku pikir kau sudah kembali ke London," saut Ersad hanya untuk mencari alasan. Bahwasanya dia memang tidak pernah punya niat sedikitpun untuk dekat dengan adik iparnya ini.

"Em, sebenarnya urusanku disana sudah selesai. Jadi... aku tidak akan kembali lagi kesana."

"Oh begitu."

"Dokter bilang, keadaan kak Erika semakin kritis," ucapnya pahit.

"Dia akan baik-baik saja. Sebaiknya kau pulang, ini sudah malam."

"Bisakah aku ikut pulang denganmu. Aku takut pulang sendirian,"

Ersad mengangguk lemah. Tidak ada alasan apapun untuknya menolak kali ini. Membiarkan Nora pulang sendirian akan membuat gadis itu dalam bahaya.

******

Syma merentangkan sajadahnya, hendak melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat dengan khusyuk. Syma tidak lupa memohon kepada Tuhannya agar memberikan jalan terbaik untuknya. Mencoba mengambil hikmah dari setiap cobaan yang dia alami.

Syma mengutarakan keikhlasannya pada sang Illahi, dalam menerima semua takdir yang telah digariskan padanya.

Setelah kegiatannya itu selesai. Terdengar suara getaran dari handphonenya. Syma segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikum salam," Dari suaranya Syma sudah tahu siapa yang menelpon.

"Mas Revan?" lirihnya

"Iya Syma, ini aku."

"Ada perlu apa, mas menelponku?"

"Aku hanya ingin...." tuuuuttthhhh.

Tiba-tiba saja panggilannya terputus. Syma melihat kearah handphonenya yang dia pikir bermasalah. Tapi ternyata tidak. Handphonenya baik-baik saja. Tapi kenapa panggilannya langsung terputus, pikir Syma.

"Siapa yang menghubungimu sepagi ini?"

Suara Ersad membuat Syma menoleh kearahnya.

"Dia... "

"Mantan suamimu, huh?" selanya.

Syma hanya mengangguk lemah. Karena memang itulah kebenarannya.

"Berikan ponselmu."

Dengan ragu, Syma menyerahkan ponselnya. "Mulai sekarang jangan hubungi pria itu lagi. Siapa tahu apa saja yang akan dia lakukannya pada kalian. Jangan membuat semua yang aku lakukan berakhir sia-sia, Syma.

Sekarang bersiaplah. Kita akan berangkat sekarang," Ersad berbalik untuk melangkah pergi. Namun suara Syma menghentikannya.

"Kemana?"

"Kau bilang ingin agar kita memiliki hubungan halal, bukan? maka bersiaplah... kita akan segera menikah."

Sontak hal itu membuat Syma terkejut. Dalam waktu yang begitu singkat, dia akan kembali menikah lagi. Tentu saja kali ini berbeda dari sebelumnya. Bukannya Syma tidak ingin memenuhi janjinya. Hanya saja hal ini terlalu cepat baginya. Namun mau tidak mau, dia harus siap.

"Aku tidak suka menunggu lama!"

"Bagaimana dengan Ze?"

"Ada Kevin yang akan menjaganya,"

"Kevin?"

"Ya, dia asistenku. Jangan khawatir, Kevin akan menjaganya dengan baik," ucap Ersad dan segera keluar dari kamar itu. Sebelum Syma bertanya lebih banyak yang akan membuat kepalanya pusing.

Syma segera bersiap-siap. Hanya dengan memakai pakaian yang pantas dan tidak berlebihan. Meski dia akan menghadapi hari yang sakral. Namun bagi Syma tidak ada yang spesial sedikitpun. Karena pernikahan itu atas dasar kesepakatan dan perjanjian. Tidak di dasari dengan cinta. Namun Syma tetap berniat menikah hanya untuk ibadah. Maka dari itu Syma mencoba untuk menerimanya dengan ikhlas.

Sementara itu...

Kevin yang baru saja datang berpikir akan menemani mereka. Namun kenyataannya salah. Ersad malah menyuruhnya mengasuh Zea. Sontak hal itu membuat Kevin kaget setengah mati.

"Apa anda bercanda Tuan? saya tidak punya pengalaman dalam menjaga anak kecil. Saya belum nikah!"

"Saya tidak mau tahu! kau harus menjaga Zea selama kami pergi. Ingat! jangan sampai anak itu ketakutan denganmu. Kau bisa mengajaknya bermain, bernyanyi, atau apalah. Aku tidak peduli," ucap Ersad yang membuat Kevin menggaruk keningnya. Antara bingung dan tidak yakin bahwa dia bisa menjaga Zea.

To be continue.