webnovel

Suaramu Mengalun Lewat Mimpiku

Adalyn Zada adalah gadis sederhana yang magang di sebuah kantor pemerintah. Suatu waktu dia menerima warisan sebuah alat musik petik yang membawanya ke zaman 1000 tahun sebelumnya melalui mimpi. Di tempat lain, seorang Tuan Muda anak sang wali kota juga mengalami mimpi yang sama. Hingga suatu hari mereka terlempar ke masa yang ada dalam mimpi mereka secara nyata. Keduanya melakukan petualangan bersama untuk memecahkan sebuah rahasia yang berhubungan dengan takdir mereka. Sebuah takdir cinta yang pahit. Apakah mereka bisa menemukan takdir rahasia tersebut?

AeRi_purplish · Fantasy
Not enough ratings
13 Chs

Kembalikan Kejayaan Seribu Puri

🍁🍁🍁

Awal pekan yang cerah. Hari masih pagi, matahari bersinar cukup cerah menghangatkan senyum para pegawai Kantor Pariwisata kota yang satu-satu persatu memasuki lobi kantor. Mereka saling senyum dan menyapa satu sama lain yang telah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari.

Tapi rupanya hangat mentari tidak mampu mencerahkan wajah tiga mahasiswa magang yang juga baru tiba.

Dahi Quitta dan Sareena mengernyit aneh saat mendapati wajah lesu dan kusam Adalyn yang baru saja memasuki lobi kantor. Mereka berdua sengaja menunggu Adalyn di depan pintu lobi yang lebar.

"Selamat pagi," sapa Adalyn menghampiri kedua teman magangnya itu. Kedua temannya membalas sapaannya dengan wajah horor.

"Astaga, Lyn!!! Ada apa dengan wajahmu itu?" pekik Quitta seraya menunjuk kantung mata di wajah Adalyn.

"Wajahmu mirip panda kurang tidur," sambung Fang yang baru saja tiba dan bergabung dengan mereka. Sementara Sareena hanya diam memandang cemas kondisi Adalyn.

"Apa yang terjadi, Lyn?" Suara lembut Sareena akhirnya ikut menimpali.

"Aku hanya kurang tidur semalam," jawab Adalyn tanpa semangat.

"Mengapa?" Quitta semakin penasaran. Tidak biasanya Adalyn seperti ini mengingat sifat ceria dan serampangan temannya itu. Apapun situasinya Adalyn selalu menjadi orang yang menghidupkan suasana.

Adalyn memandang wajah ketiga temannya. 'Haruskah aku menceritakan mimpiku pada mereka? Bagaimana kalau mereka tidak percaya?' pikirnya.

Adalyn hanya menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Quitta.

"Kalau ada masalah ceritakan pada kami, mungkin kami bisa membantu." Si bijak Sareena menghibur Adalyn.

Si gadis magang mengangguk dan berusaha memberikan senyum terbaiknya agar teman-temannya tidak cemas lagi.

"Hei hei hei ... Ini baru awal pekan. Kita seharusnya bersemangat. Sebagai anak magang kita masih akan menghadapi banyak masalah dan tekanan kerja. Maka mari kita bersemangat menyambut hari ini dan seterusnya. Demi masa depan yang gemilang!!!" Seru Fang dengan semangat membumbung ke langit-langit.

"AYO!!! DEMI MASA DEPAN YANG GEMILANG!" Ketiga gadis yang lain langsung koor dengan suara membahana menyambut semangat Fang.

"Woiiii ...!!! Jangan berteriak-teriak di lobi. Masih pagi kalian sudah membuat keributan," hardik bapak sekuriti seraya melotot ke arah pasukan putih hitam itu.

Fang dan ketiga gadis membungkuk meminta maaf lalu berlari masuk ke divisi mereka menghindari tatapan tajam orang-orang di lobi.

Sementara itu di pagi yang sama di ruang Kepala Divisi Perencanaan dan Promosi.

Oza masuk ruangan setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh sang pemilik ruangan. Pria itu terkejut memandang wajah atasannya yang kuyu dengan lingkar hitam di bawah matanya.

"Selamat pagi. Apakah ada masalah, Pak?" tanya Oza seraya meletakkan sebundel berkas di atas meja kerja Jun.

Jun menghela napas, menyugar rambutnya lalu mengusap wajahnya.

"Apakah Anda bermimpi buruk lagi?" tanya Oza hati-hati. Membicarakan mimpi-mimpinya adalah topik yang sensitif bagi Jun.

"Kali ini aku bermimpi yang sama selama dua malam berturut-turut. Perempuan itu bahkan seperti datang ke dunia nyata," kilah Jun dengan suara berat.

Sepertinya bos benar-benar tertekan, batin Oza.

"Pak, apakah tidak sebaiknya ke psik - " Oza belum menyelesaikan ucapannya ketika langsung dipotong oleh Jun.

"Stop!!!" bentak Jun

"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi. Aku tidak butuh psikiater atau apapun. Aku tidak sedang gila. Aku hanya bermimpi buruk."

'Hufft ... tapi bos mimpimu itu tidak wajar dan tidak masuk akal. Siapa akan percaya. Bisa-bisa bos akan dianggap benar gila kalau begini.' Oza hanya bisa menggumam dalam hati.

"Lalu apa yang akan Anda lakukan, Pak?" tanya sang asisten dengan nada cemas.

"Siapa nama gadis magang itu?" Jun balik bertanya.

"Hahh?" Oza mengernyit bingung.

"Tsk, gadis magang berambut pendek itu." Jun berdecak kesal.

"Oh, Adalyn? Kenapa Anda menanyakan dia?" Oza mengerling jail. Jun menatap asistennya tajam dan penuh intimidasi.

"Tidak ada apa-apa," kilah Jun

"Sampaikan kepada semua staf untuk berkumpul di ruang rapat setengah jam kemudian. Termasuk anak magang itu," perintah Jun.

"Baik, Pak," angguk Oza lalu keluar.

Dengan suara lantang Oza memerintahkan semua staf untuk berkumpul di ruang rapat.

"Adaly!" Oza mengalihkan perhatiannya pada Adalyn yang duduk membelakanginya dan sedang sibuk memilah-milah berkas di atas meja.

"Iya, Pak?" jawab Adalyn menolehkan wajahnya.

"Astaga. Kenapa dengan wajahmu. Wajahmu juga berubah jadi wajah panda?" pekik Oza. Huan yang berdiri di dekat mereka hanya tersenyum geli melihat ekspresi Oza dan juga wajah Adalyn.

"Maaf, Pak. Semalam saya kurang tidur," jawab Adalyn dengan lesu.

"Apakah kamu juga bermimpi buruk?" tanya Oza asal.

Adalyn heran. Darimana atasannya itu tahu kalau dia bermimpi buruk. Juga? Memangnya ada orang lain yang juga bermimpi buruk semalam selain dirinya?

Adalyn hanya mengangguk mengiyakan.

"Sepertinya mimpi buruk jadi trend akhir-akhir ini. Well, Adalyn. Kamu juga ikut rapat." Oza kemudian berlalu meninggalkan Adalyn semakin tidak paham dengan ucapan sang asisten bos.

"Ayo ke ruang rapat," ajak Huan menggamit lengan Adalyn yang masih terpaku. Dengan sigap dia meraih buku *notula rapat di atas meja dan menyusul di belakang punggung Huan, mentornya.

Semua staf telah berkumpul. Sepuluh menit kemudian Jun masuk ke ruang rapat dengan wajah datar dan diam seperti biasanya. Beberapa orang yang sedang bercakap-cakap dengan temannya langsung terdiam. Suasana berubah hening hingga Oza membuka suara untuk memulai rapat.

"Selamat pagi semua. Baiklah, untuk efisiensi waktu kita akan memulai rapatnya. Seperti kita ketahui, waktu pelaksanaan festival ulang tahun kota semakin dekat. Bapak Wali Kota berharap festival kali ini lebih berkesan dari sebelumnya karena menjadi ajang promosi pariwisata kota kita." Oza menarik napas sejenak.

"Pada festival nanti akan diadakan ekshibisi yang mana setiap kantor pemerintah, perusahaan besar maupun industri rumahan, dan berbagai instansi akan diberikan kesempatan membuat stan pameran masing-masing. Untuk instansi kita, divisi Perencanaan dan Promosi yang akan menangani stan pameran. Jadi saya harap kalian mengeluarkan semua ide-ide kalian untuk menyukseskan acara ini."

Hampir semua orang mengeluarkan ide-ide mereka. Jun mendengarkan dengan seksama. Namun tidak ada yang membuatnya puas karena hampir semua ide hanya hal-hal yang sudah dilakukan pada festival sebelumnya. Tidak ada sesuatu yang baru.

"Apakah kamu punya ide yang lain, Adalyn?" tanya Oza kepada si gadis magang yang hanya sibuk menulis notula. Sejak Adalyn masuk ke divisi itu, dia ditugaskan menjadi notulis yang biasanya dilakukan oleh Yuanita.

Adalyn mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semua orang memandang ke arahnya berharap bisa mendengarkan ide apa yang dipunyai si gadis magang. Ketika tatapannya bertemu dengan Jun yang hanya menatap datar kepadanya, seketika dia ragu. Dia takut atasannya itu akan mencela idenya.

"Ayo, Adalyn. Jangan ragu. Semua orang boleh mengungkapkan idenya termasuk anak magang juga." Oza menyemangati Adalyn dengan senyum lebar.

Adalyn mendehem kecil sebelum berbicara

"Apakah kita sudah menentukan tema untuk stan kita?" Semua orang terpana dengan pertanyaan Adalyn.

"Menurutku, jika kita punya tema maka akan mudah untuk menentukan apa saja materi yang akan kita pamerkan. Selain itu kita mungkin juga membutuhkan kostum untuk membuat stan kita terlihat berbeda sehingga pengunjung akan lebih tertarik. Kostum dapat kita buat berdasarkan tema," papar Adalyn dengan suara mantap.

Semua orang tampak tersenyum mendengar ide Adalyn. Jun pun menunjukkan wajah tertarik namun dia tetap diam. Oza melirik Jun dan paham dengan isi pikiran atasannya itu. Dia tersenyum.

"Lanjutkan, Adalyn," ujar Oza mewakili pikiran Jun.

Adalyn langsung bersemangat melihat antusias semua orang dan melanjutkan pemaparannya.

"Generasi kita adalah generasi yang sangat suka dengan hal-hal baru yang unik dan menarik minat. Para pengunjung bisa menjadi perantara kita untuk melakukan promosi skala besar. Dengan mengusung tema unik, kostum yang unik, dan materi pameran yang menarik, pengunjung akan tertarik untuk mengatahui jenis sektor pariwisata apa saja yang kita tawarkan. Jangan lupa, negara kita khususnya kota kita memiliki sejarah kerajaan yang legendaris dan masih banyak orang yang belum mengetahuinya. Kita dapat mengangkatnya sebagai tema stan untuk menambah pengetahuan warga kota tentang sejarah tersebut."

"Kita bisa membuat spot foto bagi pengunjung bahkan menyediakan kostum yang kita buat untuk mereka pakai saat berfoto," tambah salah satu wanita yang duduk di pojok. Adalyn mengangkat jempolnya tanda menyetujui saran wanita tersebut. Mereka saling melempar senyum.

Semua peserta rapat kecuali Jun bertepuk tangan gembira menyambut ide Adalyn yang dianggap sebagai sebuah ide segar. Adalyn menarik napas lega.

"Lalu, apa tema yang kamu sarankan?" Tiba-tiba suara Jun menginterupsi suasana riuh itu. Pertanyaan itu jelas ditujukan pada Adalyn.

Adalyn memandang Jun dengan wajah gugup. Tatapan mereka saling mengunci satu sama lain.

"Ide saya ... untuk temanya ... Kembalikan Kejayaan Kerajaan Seribu Puri." Jun terkejut dengan mata membulat tepat ke titik retina Adalyn.

Bersambung ...

🍁🍁🍁

*Notula (bentuk baku) adalah catatan singkat yang dibicarakan dalam rapat atau sidang. Umumnya kita menggunakan istilah Notulen yang merupakan bentuk tidak baku (sumber : KBBI)

Terima kasih ya sudah mampir ke lapak Jun ❤ Adalyn.

Arigatou gozaimasu 😊😇