webnovel

Suaramu Mengalun Lewat Mimpiku

Adalyn Zada adalah gadis sederhana yang magang di sebuah kantor pemerintah. Suatu waktu dia menerima warisan sebuah alat musik petik yang membawanya ke zaman 1000 tahun sebelumnya melalui mimpi. Di tempat lain, seorang Tuan Muda anak sang wali kota juga mengalami mimpi yang sama. Hingga suatu hari mereka terlempar ke masa yang ada dalam mimpi mereka secara nyata. Keduanya melakukan petualangan bersama untuk memecahkan sebuah rahasia yang berhubungan dengan takdir mereka. Sebuah takdir cinta yang pahit. Apakah mereka bisa menemukan takdir rahasia tersebut?

AeRi_purplish · Fantasy
Not enough ratings
13 Chs

Festival Ulang Tahun Kota (bag.2)

🍁🍁🍁

Sehari sebelum pembukaan pameran, kostum stan yang dirancang Adalyn sudah jadi. Dengan antusias para staf mencoba kostum dengan warna cerah tersebut. Kostum utama maskot berwarna merah untuk wanita dan biru untuk pria. Sedangkan kostum untuk swafoto pengunjung berwarna putih untuk kostum pria, serta kuning, dan merah muda untuk wanita.

Yuanita begitu gembira memakai kostum warna merah dan mulai ancang-ancang mengambil foto. Adalyn hanya bisa memandang kehebohan itu tanpa bisa menegur mereka.

"Yaaakkk ... siapa yang mengizinkan kalian mengambil foto dengan kostum itu?" Suara Oza menggelegar mengagetkan seluruh ruangan. Yuanita urung menjepretkan kameranya.

"Bos, sekali saja ya?" rayu Yuanita mengacungkan satu jari telunjuknya.

"Tidak." Oza melotot ke arah Yuanita. "Kalian tahu kan kostum ini akan menjadi maskot stan kita. Jika sampai tersebar di dunia maya sebelum pembukaan pameran nanti tidak menjadi kejutan lagi."

Akhirnya satu persatu mereka meletakkan kostum tersebut dan bertekad akan menjadi orang pertama yang mencobanya di area swafoto besok.

"Nah, sekarang kita tentukan siapa yang akan menjadi maskot stan dan memakai kostum ini?" tanya Oza seraya mengedarkan pandangannya.

Mereka saling melirik satu sama lain. Beberapa staf menyarankan Yuanita tapi dia menolak. Akhirnya lirikan berakhir pada Adalyn. Oza mengikuti arah pandangan semua orang.

"Adalyn, karena kamu yang termuda di divisi ini maka kamu yang akan mengenakan kostum perempuan," putus Oza sepihak.

Adalyn hendak protes namun tangan Oza langsung terangkat memberi isyarat tidak menerima penolakan.

"Aku mau sebagai maskot pria," Huan mengajukan diri. Semua menoleh padanya termasuk Yuanita yang tampak tidak senang.

'Kalau tahu Huan akan jadi maskot pria maka lebih baik saya yang wanitanya. Tuh kan Adalyn lagi." Wajah Yuanita cemberut.

"Oke, Huan maskot pria menemani Adalyn," putus Oza lagi.

"Bos, kayanya Adalyn kurang cocok deh. Saya saja, Bos!" Yuanita langsung angkat suara.

Hampir semua staff menyoraki Yuanita. Karena semua staf di kantor itu tahu kalau Yuanita suka pada Huan dan sedang mendekati pria yang terkenal cool itu. Sedangkan Huan tak pernah menanggapi Yuanita sedikit pun.

"No. Sudah ditetapkan Yuanita dan tidak bisa diganggu gugat. Kamu nanti bertugas meja informasi dengan lainnya," tegas Oza.

Yuanita langsung lemas. Dia membayangkan Huan akan lebih dekat pada Adalyn nanti. Menurut pengamatannya, sepertinya Huan menyukai Adalyn juga. Saat ini dia hanya bisa pasrah meskipun dia masih akan terus berjuang.

🍁🍁🍁

Di rumah Nenek Mydita, wanita berusia sekitar enam puluh tahun itu sedang duduk menghadap sebuah meja lebar di ruang khusus yang temaram. Beberapa lembar perkamen tergeletak di atas meja tersebut. Perkamen-perkamen tua tersebut bertuliskan huruf dari bahasa Transnisia kuno yang tidak digunakan lagi zaman sekarang. Bahkan lembaran perkamen yang terbuat dari kulit binatang tersebut tampak rapuh karena termakan usia.

Nenek Mydita bisa membaca semua tulisan tersebut karena dia adalah seorang Arkeolog. Saat muda, setelah menikah dan melahirkan putra satu-satunya, Nenek Mydita kuliah di jurusan Arkeologi di University of Glasgow Inggris. Tujuannya hanya satu, Nenek Mydita ingin menggali sejarah masa lalu Kerajaan Seribu Puri yang merupakan akar kehidupan nenek moyangnya.

Nenek Mydita ingin menyelidiki penyebab perpecahan kerajaan besar tersebut dan menjadi pangkal perseteruan tiga klan besar hingga kini.

Setelah penyelidikan selama lebih dari dua puluh tahun, mengumpulkan begitu banyak perkamen dari berbagai tempat serta beberapa kesaksian dari turunan orang-orang yang pernah menjadi pelayan di kerajaan tersebut, akhirnya Nenek Mydita menarik satu hipotesis bahwa ada konspirasi besar untuk menggulingkan Raja Alayn saat itu.

Nenek Mydita belum bisa membuktikan secara valid hipotesisnya karena masih ada potongan perkamen yang tidak utuh yang kemungkinan besar menyimpan jawaban terakhir dari teka teki Kerajaan Seribu Puri.

Nenek Mydita mengelus lembut permukaan perkamen tersebut dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan. Diarahkannya kaca pembesar di atas permukaan tulisan yang mulai memudar seiring rapuhnya permukaan perkamen. Nenek Mydita sudah pernah melakukan tindakan pengawetan terhadap barang bukti tersebut, namun usia perkamen yang hampir mencapai seribu tahun membuat benda-benda tersebut sulit bertahan dari efek korosi.

Sudah berulang kali Nenek Mydita mengamati setiap celah permukaan agar menemukan setitik petunjuk yang mungkin terlewatkan dari matanya, namun pengamatannya selalu berkahir pada potongan perkamen yang tampak seperti sengaja disobek atau dipisahkan.

Yang menjadi pertanyaan adalah dimana potongan perkamen itu berada kini? Apakah sudah musnah atau berada di tangan seseorang. Beberapa kali Nenek Mydita melakukan perncarian di perpustakaan besar di beberapa negara lain seperti Perpustakaan Nasional Belanda dan Jerman. Saat kuliah di Inggris pun Nenek Mydita berusaha menelusuri keberadaan potongan perkamen tersebut dengan bantuan temannya yang menjadi Kurator di Perpustakaan Nasional Inggris dan Perpustakaan Istana Buckingham. Namun hasilnya nihil.

Nenek Mydita pantang menyerah. Sudah hampir satu milenium usia Kerjaan Seribu Puri, kerajaan itu pun tinggal nama, tetapi masa jayanya masih dikenang, Raja Alayn dielu-elukan sebagai raja yang bijaksana dan mati mempertahankan kerajaannya, tetapi nama Myria sang selir fenomenal dianggap sebagai pengkhianat raja dan tertulis sebagai sejarah kelam Kerajaan Seribu Puri.

Nenek Mydita ingin membersihkan namanya sekaligus nama Klan Meygu, agar keturunan Myria terutama Adalyn dan Yol mendapatkan perlakuan adil di masyarakat. Bukan dicap sebagai keturunan pengkhianat.

Bunyi ponselnya terdengar nyaring membuyarkan konsentrasinya pada lembaran-lembaran di depannya.

"Halo,"

"Mydita, apa kabar?" Terdengar suara serak dan lemah di ujung sana.

"Kabar baik, Professor. Bagaimana dengan Anda?" Nenek Mydita menjepit ponsel di antara telinga dan bahunya lalu melepaskan sarung tangan.

"Saya baik juga. Ada yang ingin kuberitahu tentang perkamen yang pernah Anda tanyakan beberapa tahun lalu." Terdengar tarikan napas berat di seberang sana. "Apakah Anda masih mencarinya?"

"Tentu saja Prof. Flint. Apakah ada informasi tentang itu?" sahut Nenek Mydita penuh antisipasi.

"Ada sekelumit informasi dari salah satu teman kurator yang telah lama pensiun." Pria dipanggil Professor Flint itu berdehem sejenak.

"Mohon lanjutkan Prof. Saya masih mendengarkan,"

"Baiklah. Kurator tersebut bercerita lima belas tahun yang lalu diadakan pelelangan di salah satu museum swasta di Jerman. Benda-benda yang dilelang itu adalah benda-benda bersejarah dari luar negara

Jerman yang dulu masuk ke negara itu karena dibawa oleh tentara Jerman yang bertugas di wilayah sekutu. Salah satu benda yang dilelang adalah sepotong perkamen yang berasal dari daerah perbatasan Asia Timur dan Selatan yang mirip dengan perkamen yang Anda tunjukkan pada saya," terang Prof Flint panjang lebar.

Nenek Mydita menahan napas mendengar penuturan Professor Flint.

"Lalu kemana perkamen itu? Maksud saya siapa yang membeli perkamen itu?"

Professor Flint mengembuskan napas panjang sebelum menjawab.

"Kata sang Kurator, perkamen tersebut ditawar dengan harga sangat tinggi oleh seorang milyuner bangsawan dari negara Transnisia."

"Siapa namanya?" kejar Nenek Mydita.

"Itu yang menjadi masalah. Pembelinya dirahasiakan dan ada orang yang menjadi perantara bagi si pembeli. Jadi yang menawar bukanlah pembeli asli. Dan setelah saya menelusuri jejaknya, perantara tersebut telah meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat sebulan setelah menawar perkamen tersebut di acara pelelangan. Sang penawar tidak memiliki keluarga atau hidup sendiri."

Nenek Mydita memijit pangkal hidungnya dengan gusar. Setelah hampir menemui titik terang kini jalan tersebut kembali terhambat oleh satu masalah lagi.

"Terima kasih atas informasinya, Prof," kata Nenek Mydita.

"Sama-sama. Jangan sungkan untuk meminta bantuan selagi saya masih bisa membantumu," sahut Professor Flint.

"Baik, Prof," jawab Nenek Mydita menutup teleponnya.

Nenek Mydita merenung.

'Jika pembelinya adalah seorang milyuner Transnisia, berarti perkamen itu ada di negara ini,' gumamnya.

Sejenak dia melirik tumpukan lembaran di atas meja. Masih ada harapan untuk memecahkan teka teki ini jika perkamen tersebut ada dalam negara ini. Apakah takdir mengarahkannya pulang setelah seribu tahun?

🍁🍁🍁

Malam harinya, H-3 sebelum malam gerhana bulan.

Di dua tempat berbeda, dua anak manusia berbeda jenis kelamin dari dua klan berbeda pula sedang berpetualang dalam mimpi mereka masing-masing.

Adalyn yang kelelahan setelah menyelesaikan tugasnya mempersiapkan stan pameran beserta senior-seniornya, langsung terkapar nyenyak di atas kasur empuknya setelah menghabiskan makan malamnya. Nyonya Liang hanya bisa memandang cemas putrinya yang pulang dalam kondisi menyeret kakinya naik ke lantai atas.

Tuan Liang hanya diam-diam mengamati putrinya meskipun dalam hatinya khawatir.

Sore tadi, ibunya menelepon untuk memastikan keadaan putrinya. Nenek Mydita juga mewanti-wanti putranya untuk memantau kondisi Adalyn selama gerhana bulan terjadi. Gerhana bulan kali ini istimewa karena terjadi saat genap seribu tahun masa kejayaan Kerajaan Seribu Puri. Dan menurut sejarah tertulis, pemberontakan terjadi di malam bulan purnama seribu tahun yang lalu. Bisa jadi pada malam itu akan ada fenomena tidak biasa yang akan terjadi terkait peristiwa itu.

Dulu Tuan Liang tidak percaya dengan segala omongan ibunya tentang hal-hal mistis yang diceritakannya. Termasuk tentang mimpi ibunya bertemu Jenderal Jonin dari masa lalu. Padahal menurut ibunya, jika mereka menarik garis silsilah mereka ke belakang, seharusnya mereka adalah turunan putri Raja Alayn yang dikandung Myria saat melarikan diri dari kekacauan pemberontakan. Lalu mengapa ibunya tidak bertemu Raja Alayn, kakek moyang mereka?

Hingga suatu saat, ayahnya Tuan Zada menceritakan tentang pencarian ibunya sehubungan dengan mimpi yang selalu dialaminya. Ibunya berhasil menemukan beberapa manuskrip yang sesuai dengan cerita Jenderal Jonin dalam mimpinya. Bahkan satu kali Jenderal Jonin datang ke mimpi Tuan Zada dan memintanya untuk membantu Mydita menyelesaikan masalah ini. Sejak saat itu, Tuan Zada yang selalu berpikir rasional dalam segala hal berbalik percaya pada istrinya Mydita dan berhenti cemburu saat istrinya menyebut dan memuja Jenderal Jonin.

Tuan Zada yang menjabat Wali Kota Metro Raya saat itu mengerahkan koneksinya untuk mencari potongan perkamen yang sedang berusaha ditemukan oleh istrinya. Pencarian itu tidak semulus yang diduga. Selain minimnya informasi, usia perkamen yang sangat tua membuat benda itu diburu oleh para kolektor barang antik dan pemburu harta karun yang rela merogoh kocek sangat dalam demi sepotong kulit hewan rapuh. Mereka mengira perkamen tersebut adalah peta harta karun.

Tidak hanya itu, sepuluh tahun setelah Mydita aktif mencari benda tersebut, mulai muncul teror terhadap keluarga mereka dari orang tak dikenal. Mereka mengancam akan menghancurkan keluarga Zada jika mereka masih mencoba mencari tahu kisah masa lalu itu.

Namun Tuan Zada tidak bergeming dengan ancaman itu. Sesungguhnya Tuan Zada tidak ada hubungan langsung dengan peristiwa masa lalu itu karena dia bukanlah turunan dari tiga klan yang berkuasa. Hanya saja hubungan pernikahannya dengan Mydita yang merupakan turunan Klan Meygu membuatnya terhubung dengan semua itu.

Tidak akan hilang dari ingatan Tuan Liang, saat peristiwa naas menimpa keluarga mereka. Lima belas tahun yang lalu, saat Adalyn masih kecil, ayahnya Tuan Liang yang masih menjabat sebagai Wali Kota Metro Raya dijebak oleh bawahannya sendiri dan dipenjarakan hingga akhir hayatnya di penjara bawah tanah.

Tuan Liang dan ibunya bingung dengan apa yang terjadi karena setahu mereka Tuan Zada adalah pejabat yang bersih dari korupsi. Namun Tuan Zada harus menghadapi tuntutan sebagai pengkhianat negara karena membocorkan rahasia negara dan menyerahkan pada pihak asing yang bisa jadi adalah musuh negara.

Kejadian itu menjadi titik balik kehidupan keluarga Zada. Tujuh tahun kemudian, perusahan Tuan Liang Zada mengalami kerugian besar akibat bocornya rahasia perusahaan yang dilakukan orang dalam. Akhirnya, Tuan Liang harus merelakan perusahaannya diakuisisi oleh perusahaan milik Ken Byram yang mendapat dukungan dari ayahnya Yelu Byram, sang Wali Kota pengganti Tuan Zada.

Tuan Liang hanya bisa memejamkan matanya sembari mengembuskan napas lelah. Rentetan kejadian masa lalu seakan tidak pernah mengakhiri perseteruan panjang dua klan. Turunan klan Phonix Emas tidak pernah terdengar campur tangan dalam urusan dua klan. Namun siapa yang tahu jika mereka hanya sedang menonton sekarang, menunggu saat yang tepat untuk mengayunkan kekuatan mereka.

Tuan Liang hanya berharap agar Adalyn dan Yol tidak akan merasakan penderitaan seperti mereka.

Malam kian beranjak larut. Penghuni alam pun mulai lelap dalam buaian dewa malam.

Sayup-sayup terdengar denting dawai guzheng dari lantai atas. Tuan Liang yang belum memejamkan mata di samping istrinya yang lelap menangkap sayup alunan lagu yang diiringi dentingan guzheng.

'Adalyn Sayang. Apa pun dan siapa pun yang engkau temui dalam mimpimu, ayah mohon jagalah dirimu,' batin Tuan Liang sendu.

Bersambung ...

🍁🍁🍁