webnovel

Lima

Ucap anak remaja itu dengan raut muka penuh selidik, dia berusaha mencari kebenaran di mata sang kakak, sepertinya kata kata Rena tidak membuatnya puas.

Rena mengangguk mengiyakan pertanyaan adiknya, dia tidak ingin membuatnya khawatir, walau di dalam hati ia menahan tangis, ia berusaha kuat di depan adik adiknya, padahal orang yang paling hancur adalah Zerena, ia yang menanggung beban atas nama perjodohan, perjodohan yang dianggapnya keputusan sepihak, tapi dia berusaha kuat menjalani semuanya ini.kukan, semua sibuk dengan tugas masing masing.

Sedangkan di kamar Zerena, MUA sedang sibuk mempercantik calon pengantinnya.

Make up Natural makin mempercantik wajah imut Zerena, sang MUA pun sampai pangling dibuatnya.

"Mbak Zerena cantik banget ini, saya yakin calon suaminya mbak pasti makin terpesona melihat kecantikan mbak Zerena yang paripurna".

Zerena tersenyum kecut mendengar pujian MUA tersebut. jauh di lubuk hatinya dia tidak menginginkan pernikahan ini, apalagi calon suaminya seperti es balok begitu.

"Saya permisi mbak udah selesai", pamit sang MUA mengundurkan diri dan bergegas pergi meninggalkan kamar itu.

Rena hanya mengangguk dan tersenyum tipis, sampai nyata terlihat, sebelum MUA benar benar pergi meninggalkannya seorang diri.

Sementara dibawah orang orang telah berdatangan,Ryan dan orang tuanya, orang tua Zerena, adik adik juga termasuk Bapak penghulu.

semua duduk pada posisi masing masing.

"Sisil.....

kamu jemput gihh kakak kamu di kamar nak, waktunya ijab Qabulnya udah hampir tiba"

kata Mama Sinta memberi ultimatum pada putri keduanya.

Ok ma...

Sisil bergegas menuju lantai atas, menaiki tangga satu persatu, sampai tiba di depan pintu Zerena. Saat membuka pintu dilihatnya sang kakak sedang melamun.

"Kok calon pengantinnya bengong sih?, yuk

turun kak, semua orang udah nungguin kakak tuhh, pada lumutan ntar pantat mereka karena terlalu lama nunggu, hihihi". ucap Sisil sembarangan.

"Huuss, apaan sih ngomongnya kamu Sil, yuk turun ". Rena bangkit lalu menuntun Sisil keluar dari kamar, Sisil berfikir keras, otaknya terus berputar dan dengan kagetnya ia berteriak "Kak Rena....., yang mau ijab Qabul kan kakak, kenapa Sisil yang di tuntun sihh?" ucapnya memanyunkan bibirnya beberapa senti ke depan, dengan mata mendelik menatap sang kakak.

Ehhh, hehehe.....

"sorry Sil kakak lupa", sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

beberapa detik kemudian tawa kedua putri Roy pecah membuat semua orang yg hadir di tempat itu berdiri menatap bingung ke arah mereka berdua.

Dan jangan ditanyakan lagi apa yang terjadi selanjutnya, mode galak mama Sinta tiba tiba On, matanya membulat menatap kedua putrinya, tapi yang ditatap justru sudah tak punya etika lagi, mereka berdua berjalan dengan santainya sambil mengangkat kain batik yang dipakainya.

Sepertinya lupa untuk apa mereka turun ke bawah menemui orang orang itu, sedangkan papa Roy dan Om Andre bukannya marah mereka malah tertawa terbahak bahak sambil berpelukan melihat putri putrinya berkelakuan barbar, terutama Zerena.

Tante Vera tersenyum simpul, kenangan manis mereka seperti terputar kembali di depan matanya, sambil menahan tawanya ia menggenggam tangan Mama Sinta sambil berkata, "Sin sabar, jangan marah marah gitu, itukan yang dirasain orang tua kita dulu saat kita mau menikah dulu".

Tante Sinta benar benar sudah tak bisa menahan tawa, tawanya pecah menggema di ruangan itu, membuat para undangan bingung dibuatnya.

Sedangkan mama Sinta terhenyak, dia tak menyangka kejadian saat ia dan Vera akan menikah terulang lagi pada putrinya.

Flashback On

Maaf pak pengantin wanita yang satu lagi mana, ucap sang Bapak Penghulu kepada Ayah Sinta, dengan cepat sang calon pengantin yang satunya menjawab yaitu Vera, biar saya aja Om yang jemput Sinta.

tanpa menunggu jawaban dari semuanya ia berlari menuju kamar hotel dimana Sinta sedang di Make up.

"Sinnnnn, yuk turun yuk udah ditungguin lho,"sambil menarik tangan sahabatnya itu, yang dipanggil pun cuma tersenyum lalu ikut berdiri mengikuti sahabatnya itu.

yahhhh

mereka menikah bersamaan, Sinta Vera bersahabat sejak masih duduk di bangku SD, sampai sekarang, dan mereka juga berpacaran dengan dua pria bersaudara, jadi jangan ditanya, setiap mereka ketemuan pasti jadinya berempat, membuat yang melihat tidak akan menyangka kalau sebenarnya mereka dua pasang kekasih.

"Ver...

aku punya ide"

"apa???"ucap Vera.

"Gimana kalo kita lomba lari turun ke bawah", ucap Sinta sambil menarik turunkan alisnya,

"Terus yang pertama sampai , dia yang ijab qabul duluan, gimana?"

"Ok", jawab Vera tanpa berfikir panjang.

"Sekarang kita hitung ya, satu, dua,tiga....."

ucap Sinta memberi aba aba. lalu keduanya berlari menuruni anak tangga sambil mengangkat kain yang mereka kenakan, tanpa memperdulikan riasan dan segala macam aksesoris yang melekat di tubuh dan badan mereka.

"Yeeeee menanggggggg.......

Sinta berjingkrak jingkrak kegirangan, merayakan kemenangannya saat lomba lari di hari pernikahannya.

Ibunya Sinta sampai terduduk lemas, menyaksikan kelakuan putri barbarnya, jangan ditanya lagi apa yang terjadi dengan Mommynya Vera, penyakit jantungnya sampai kambuh, kalau saja suaminya tidak cepat menangkap tubuhnya, sudah dipastikan tubuhnya ambruk.

semua yang hadir di tempat itu tak bisa menahan tawa mereka, tawa mereka pecah menggema di seluruh penjuru hotel, mereka seperti sedang menonton pertunjukan lawak yang mengocok isi perut mereka.

Roy dan Andre hanya menggelengkan kepala menyaksikan calon istri istri mereka seperti itu,

karena memang mereka sudah tahu kelakuan gadis gadisnya itu.

Flashback Off

Tante Vera menggandeng tangan Zerena dan mendudukkanya di samping putranya, dengan lembutnya ia wajah cantik sang calon menantu sekaligus keponakannya itu.

Ryan hanya terdiam, mode dinginnya tak juga mencair, ia seperti tak melihat apapun, seperti tak terjadi apa apa.

dia lebih fokus dengan handphone di tangannya. saat saat ijab qobulnya pun dia masih mengurusi bisnisnya. pria muda yang baru berumur 24 tahun itu memang memiliki jiwa bisnis yang kuat, mewarisi Papa dan Omnya.

Sang Mama menyikut lengannya saat melihat putranya masih sibuk dengan pekerjaannya, "Yan, handphonennya disimpan dulu dong sayang, kita ijab qobul dulu", Ryan cuma mengangguk dingin.

Lalu Papa Roy mengambil alih menikahkan putrinya, saat ijab qobul semua berjalan lancar, Ryan mengucapkan dengan lancar dengan satu kali tarikan nafas.

semua lalu menyambutnya dengan kata sahhhhh...

Alhamdulillah

Pak Penghulu lalu membacakan doa sebagai akhir dari acara, dan ditutup dengan sungkeman, dimulai dari ritual Zerena mencium tangan Sang suami, dan dilanjutkan dengan Ryan yang mencium kening istrinya.

Selanjutnya mereka sungkeman kepada kedua pasang orang tuanya. merekapun bergegas keluar menuju hotel, karena acara resepsinya dilaksanakan di hotel bintang lima, yang sudah diatur sedemikian rupa oleh siapa lagi kalau bukan pasangan bar bar Sinta dan Vera.

Mobil iring iringan pengantin itu bergerak pelan memasuki jalan raya, semua terdiam dengan pikiran masing-masing, begitu pula di mobil yang ditumpangi, Ryan dan Zerena, tak ada percakapan, semua terdiam dalam keheningan masing masing, Ryan yang memikirkan kenapa mesti menikah dengan gadis ingusan, pikirnya.

lalu Zerena yang sedang berpikir bagaimana hidupnya selanjutnya dengan pria dingin yang tak bisa mencair walaupun panas menyengat di siang bolong.