webnovel

Nemu Majikan 2

Bandung

Di rumah Irfandi 

Di meja makan lagi.. 

"Loh kok mas Arfan sendiri di meja makan, anak-anak mana ?", tanya Titah. 

"Anak-anak ke kamar lagi", jawab Arfan. 

"Loh kok ke kamar lagi, ngapain ?", tanya Irfandi. 

"Oh mungkin ada buku yang ketinggalan yah..", jawab Titah. 

"Bukan tah..", seru Arfan. 

"Terus apa dong mas ?", tanya Titah lagi. 

"Mereka ke kamar untuk ganti baju dan habis itu kembali lagi kesini untuk sarapan bersama", jawab Arfan. 

"Loh memangnya gak sekolah fan ?", tanya Irfandi lagi. 

"Enggak, mereka masih sekolah online dan tidak jadi tatap muka, dan tadi juga dapat pengumuman dari grup whatsapp", jawab Arfan lagi. 

"Oh..", seru Titah dan Irfandi. 

Di rumah Renaldy 

Di depan rumah.. 

"Yana..", seru Renaldy. 

"Muhun pak Renal"  

(Iya pak Renal), jawab Yana. 

"Yuk berangkat", seru Renaldy lagi. 

"Laksanakan pak Renal", sambung Yana. 

"Pi, papi..", seru Citra. 

"Muhun mi, aya naon ?" 

(Iya mi, ada apa ?), tanya Renaldy. 

"Iki bekal lan minumnya, terus aja lali marang omah Titah lan Irfandi sisan asih dhuwit arisan mami ya pi, iki dhuwit e" 

(Ini bekal dan minumnya, terus jangan lupa ke rumah Titah dan Irfandi sekalian kasih uang arisan mami ya pi, ini uangnya), jawab Citra. 

"Muhun mi, nya atos papi mios nya mi.." 

(Iya mi, ya sudah papi berangkat ya mi..), kata Renaldy yang pamit berangkat ke kantor. 

"Nggih pi, ati-ati neng dalan

(Ya pi, hati-hati di jalan), sambung Citra. 

"Assalamu'alaikum", Renaldy memberikan salam pada Citra. 

"Wa'alaikumussalam pi", Citra menjawab salam dari Renaldy. 

Di rumah Irfandi 

Masih di meja makan.. 

"Assalamu'alaikum", Kamil, Citra, dan Silvy memberikan salam pada Irfandi, Arfan, dan Titah. 

"Wa'alaikumussalam", Irfandi, Arfan, dan Titah menjawab salam dari Kamil, Citra, dan Silvy. 

"Kalian di rumah saja kan ?", tanya Titah. 

"Enggak bunda, kita ada tugas kelompok", jawab Silvy. 

"Oh..", seru Titah lagi. 

"Yang antar Citra siapa, kalian berdua kan, seperti biasanya kan ?", tanya Irfandi lagi. 

"Iya ayah..", jawab Kamil. 

"Pulangnya kita jemput lagi kok ayah sama bunda tenang saja ya", jawab Silvy juga. 

"Oh ya ayah..", seru Titah lagi. 

"Nggih bunda, ana apa ?"  

(Ya bunda, ada apa ?), tanya Irfandi lagi. 

"Awake rembug sing mau" 

(Kita bahas yang tadi), jawab Titah. 

"Rembug apa sih Fandi ?" 

(Bahas apa sih Fandi ?), tanya Arfan. 

"Buyutnya cah-cah fan.."  

(Buyutnya anak-anak fan..), jawab Irfandi. 

"Eyang buyut ngapa yah, lara ?"  

(Eyang buyut kenapa yah, sakit ?), tanya Kamil. 

"Ora mil, eyang buyut arep tinggal neng kene bersama awake neng omah iki 

(Tidak mil, eyang buyut mau tinggal di sini bersama kita di rumah ini), jawab Irfandi lagi. 

"Oh tinggal di rumah ini..", seru Silvy. 

"Yah, ayah, jangan dong..", keluh Silvy, Kamil, dan Citra. 

"Tuh kan bun, apa ayah bilang pasti anak-anak mengeluh juga", kata Irfandi. 

"Bunda juga mengeluh ayah, memang ayah dan anak-anak saja yang mengeluh kalau mbah Sakiman dan mbah Jumirah tinggal bersama kita di rumah ini", sambung Titah. 

"Oh iya ya..", seru Irfandi lagi. 

"Kenapa gak minta bantuan uti dan kakung saja bunda", kata Kamil. 

"Benar tuh tah apa yang Kamil bilang", sambung Arfan. 

"Percuma Arfan, tetap saja gak akan bisa mertuaku membujuk buyutnya anak-anak untuk tidak tinggal di sini", sambung Irfandi. 

"Kalau begitu kita pindah rumah lagi saja bunda..", kata Silvy. 

"Pindah rumah lagi, memangnya kita kucing beranak apa, pindah-pindah mulu", sambung Irfandi lagi. 

"Maksudnya Silvy itu biar eyang buyut gak ikut kita untuk tinggal di sini ayah, bunda..", kata Kamil. 

"Iya tapi sama saja anak-anak kalau eyang buyut kalian bilang ya sudah a, gak ada ab, ab an..", sambung Titah. 

"Betul itu anak-anak apa yang di bilang oleh bunda kalian", sambung Irfandi lagi. 

"Iya juga sih..", kata Kamil lagi. 

"Susah juga ya..", sambung Silvy. 

"Pasra saja deh, eh..", sambung Citra juga. 

"Hehe..", semua yang ada di meja makan tertawa. 

"Jam berapa ya sekarang ayah ?", tanya Titah. 

"Mau jam enam pagi bunda", jawab Irfandi. 

"Ya sudah kalau gitu bunda duluan ya ayah, ada jadwal ngajar pagi, assalamu'alaikum", Titah pamit dan Titah memberikan salam pada semua yang ada di meja makan. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Titah. 

"Saya juga deh Fandi, berangkat ke kantor duluan ya", Arfan pamit juga pada semua yang ada di meja makan. 

"Iya fan, sebentar lagi saya juga berangkat", kata Irfandi. 

"Assalamu'alaikum", Arfan memberikan salam pada semua yang ada di meja makan. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Arfan. 

"Ayah..", seru Citra. 

"Sebelum ayah berangkat ke kantor minta uang ya", kata Kamil. 

"Untuk apa ?", tanya Irfandi. 

"Untuk ongkos naik angkot", jawab Silvy. 

"PP ayah..", jawab Citra juga. 

"Haa.., PP apaan ?", tanya Irfandi lagi. 

"Pulang pergi ayah..", jawab Kamil. 

"Oh pulang pergi naik angkot maksudnya, ya sudah nih..", kata Irfandi yang memberikan uang sangu pada anak-anaknya. 

"Terimakasih ya ayah..", seru Citra lagi. 

"Sama-sama sayang", sambung Irfandi. 

"Ya sudah kalau begitu ayah pamit ke kantor ya", kata Irfandi yang pamit pada anak-anaknya. 

"Inggih ayah.." 

(Iya ayah..), seru anak-anak Irfandi. 

"Assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada anak-anaknya. 

"Wa'alaikumussalam ayah", anak-anak Irfandi menjawab salam dari Irfandi. 

Di depan rumah.. 

"Untung mobil sudah di panaskan, jadi tinggal jalan saja deh..", kata Titah. 

"Hati-hati ya bunda nyetir mobilnya", sambung Irfandi. 

"Inggih ayah.." 

(Iya ayah..), seru Titah. 

Di mobil Renaldy.. 

"Itu Titah tuh, Yan, klakson biar Titah berhenti", pinta Renaldy. 

"Muhun pak.." 

(Iya pak..), Yana melaksanakan perintah dari Renaldy. 

Di mobil Titah.. 

"Siapa lagi yang klason..", kata Titah. 

Di mobil Irfandi.. 

"Bunda, siapa tuh yang klaksonin istri gua, wah.., cari ribut ini namanya, istri orang di ganggu", kata Irfandi. 

Di mobil Titah.. 

"Iya siapa ya..", kata Titah yang membuka kaca mobilnya.  

Di mobil Irfandi.. 

"Bunda buka kaca mobilnya lagi, saya samperin saja", kata Irfandi lagi yang tidak menutup pintu mobilnya. 

Di mobil Renaldy.. 

"Yan, tolong kamu kasih uang ini ke adik saya, bilangnya uang arisan mami, gitu ya..", pinta Renaldy lagi. 

"Muhun laksanakan pak Renaldy" 

(Iya laksanakan pak Renaldy), Yana melaksanakan perintah dari Renaldy. 

Di depan komplek Panyawangan.. 

"Saya, bu Irfandi, Yana, Yana..", seru Yana. 

"Eh kamu, loh Yana..", seru Irfandi juga yang hampir saja ingin memukul Yana. 

"Muhun pak Irfandi.." 

(Iya pak Irfandi..), seru Yana lagi. 

"Kenapa Yan ?", tanya Titah. 

"Ieu bu Citra titip duit arisan" 

(Ini bu Citra titip uang arisan), jawab Yana yang memberikan uang arisan pada Titah. 

"Oh kitu, nya atos abdi tarima nya, duit na" 

(Oh gitu, ya sudah saya terima ya, uangnya), kata Titah. 

"Kirain ada apa dan kirain siapa juga, kamu bikin takut saja, ini istri saya, Yan, kalau terjadi apa-apa pada istri saya, saya pites kamu ya hemm..", kata Irfandi dengan kesal. 

"Eeh bro lihat itu, mobilnya kebuka dan ada tas juga di dalamnya, kita ambil saja yuk, mumpung yang punya mobilnya sibuk di sana", kata preman satu. 

"Ya sudah yuk, mumpung itu orang gak sadar", sambung preman dua. 

"Ya sudah ayah kalau begitu bunda jalan duluan ya", kata Titah. 

"Iya bunda..", sambung Irfandi. 

"Eeh tunggu ada mobil lewat", kata preman satu lagi. 

"Iya..", sambung preman dua lagi. 

"Ya sudah kalau begitu saya juga kembali ke mobil pak Renal, permisi pak Irfandi", kata Yana. 

"Ya Yan..", sambung Irfandi lagi. 

"Kirain ada yang mau ganggu istri saya, ya sudah lah balik ke mobil dan haduh sudah jam segini lagi, telat ke kantor nih..", kata Irfandi. 

"Sudah pergi semua, yuk kita ambil tas nya", kata preman satu. 

"Yuk..", sambung preman dua. 

"Woi..", Irfandi teriak saat preman mengambil tas di dalam mobilnya. 

"Yuk cabut, cabut..", kata preman dua. 

"Woi tunggu tas gua..", sambung Irfandi yang mengejar kedua preman.