webnovel

-Stuck With You-

"Jika ada pertemuan, maka ada perpisahan. jika ada benci, maka ada cinta. jika ada kebahagiaan, maka ada kesedihan. semuanya dibatasi oleh tembok yang tipis, bahkan kita secara tidak sadar tidak bisa membedakan keduanya." -wdmkim05-

Wdmkim05 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

4. Club Musik

"Aaa... Woy lepasin tangan lo! lo nyiksa gue tau! gue gak bisa nafas!" Lita mencoba mendorong tubuh azka agar tubuhnya bisa terlepas.

Azka membuatnya tidak bisa nafas, bahkan perkataan lita tidak didengar malah asik dengan teleponnya. ia mencoba untuk melepaskannya, semakin kuat lita mencobanya semakin kuat juga tenaga azka untuk membekapnya.

"Oke" Ucap azka mematikan teleponnya.

Ia pun melepaskan lita juga, lita menepuk nepuk pipinya dan mencoba mengatur nafas lagi. "Lo gila ya!" ujar lita dengan kesal.

"Dimana mana cewe digituin itu diem, pipinya jadi merah, senyam senyum sendiri. Ini lu malah brontak kayak orang gila" ujaranya sambil memasukan ponselnya kedalam saku.

"Namanya cewenya bego, bisa bisanya dia tahan nafas begitu" jawab lita.

"Ngapain nyamperin gue?"

"Sampe lupa kan. Lu ngapain masukin nama gua kesono! gua gak pernah nulis ya, sumpah kertasnya ajah gua buang" kompline lita, yang tidak senang namanya ada didaftar club musik.

"Ya serah gua dong, mau masukin siapa ajah, kan gua yang megang clubnya." betapa menjengkelkannya azka, membuat lita ingin mencabut semua rambutnya.

"Ya gak bisa gitu lah. itukan sesuai minat, bukan keterpaksaan apa lagi dipaksa" ucap lita menekan kata 'dipaksa'.

"Masih ada tes pulang sekolah, belum tentu juga lu beneran masuk."

----------

"Ga, beliin gue dong. mau ngirit gue" ujar lita pada arga yang duduk didepannya sambil meminum es jeruk miliknya.

"Dih ogah, punya duitkan beli sendiri" agra menolaknya.

"Gua bilangin bunda lo nih" lita sudah siap dengan teleponnya, jika arga menolaknya dia akan menelepon 'bunda' yang dia bilang itu.

"Eh eh, Maennya gak seru pake ngancem" arga menahan tangan lita.

"Lah siapa yang lagi maen, udah gc beliin"

"Iyaa sabar, tunggu bentar" dirga pun pergi membeli es jeruk yang sama untuk lita.

Arga adalah sodara/sepupunya lita, mereka bahkan dari TK sampai SMA selalu satu sekolah. dan 'Bunda' itu adalah ibu arga, dan bundanya arga adalah kakaknya ibu lita. lita dan bunda sangat dekat, bahkan bisa dibilang bundanya arga lebih dekat dengan lita dari pada arga, begitu pun dengan ibunya lita.

ibunya lita lebih milih arga dari pada lita, dan itu menbuat lita sadar dengan kata kata orang yang pernah ia dengar 'Anak orang lain lebih menarik, dari pada anak sendiri'

Arga kembali dengan es jeruk pesanan lita, lita dengan senyumnya langsung mengambil es jeruk itu. "Makasih" arga pun mendehem.

"Lo ikut club?" tanya lita tiba tiba.

"Ikutlah." balas singkat arga.

"Gue gak mau ikut tau"

"Gak ada yang nanya" balas arga, kepalanya menjadi sasaran pukul lita. "Aishh... pala gua!"

"Club apa lu?" lita kembali bertanya serasa tidak ada yang terjadi.

"Basket, karena gua bisanya basket ya gua basket"

memang arga dikenal jago main basket, dan itu tidak bisa diragukan lagi. tetapi posisinya menjadi pelatih/pemain lita gak tau. Peterson club tidak menggunakan orang luar/pelatih bayaran, mereka hanya mengandalkan siswa dan siswinya. Bukannya sedikit menarik jika mendapat bea siswa tidak butuh kepintaran.

"Gua gak isi formulir, tapi nama gua ada di club musik. Gara gara si azka" ucapnya sambil meminum es jeruknya itu.

"Lah bisa gitu, lo gak berantem lagikan sama dia? kenapa dia harus pindah kali ujung ujungnya balik kesini lagi?"

"Lu nanya gua gua nanya siapa?"

"Tapi gapapa ta, lo mungkin ajah dapet bea siswa itu, dan lo bisa kuliah tanpa harus pake uang ibu lo. Jadi lo gak bebanin biaya kuliah lo ke dia" perkataan arga membuatnya berpikir kembali.

"Iya juga sih" balas lita sambil memikirkan kembali.

"Dan lo bisa buktiin ke ayah sialan lo itu, klo lo bisa sukses tanpa seorang ayah" lita memijat pelipisnya itu, kemudian lita menepuk nepuk pipi arga.

"Akhirnya sekolah bertahum tahun bisa pinter juga lo" ujarnya sambil tersenyum.

"Gue pinter, lo ajah yang gak terima klo gua pinter"

"Gak percaya gua"

"Nanti malem gua main, ikut gak?"

"Tempat yang biasakan? Lu jemput gua, biar ibu gua gak nanya nanya" arga mengangguk.

-----------

Bel pulang sudah berbunyi, lita dan teman temannya pun keluar kelas. "Bel lu volly kan? yaudah gua kemusik bye" lita melampaikan tangannya ke bella.

"Lah ngapa lo? kesurupan apaan lo? lo beneran mau musik?" bella yang tidak percaya kepada lita melihat dari atas sampai bawah.

"Atuh beneran, yudah lah duluan ya. Ntar malem gue mau main ikut gak lo?"

"Iya ikut" lita mengancungkan jempolnya, dan pergi meninggalkan bella.

Saat ia melewati kelas perkelas, ada suara yang sangat familiar. Itu membuatnya ia bergegas menemui suara yang ada disana, saat didepan kelas tersebut lita melihat, elita yang sedang duduk dimaki oleh 3 orang yang ada disana.

dengan bergegas lita masuk, dan menarik elita dari 3 orang disana. "Lo apa apaan sih!" ujar salah satu cewe yang ada disana bernama keysha.

"Lo yang apa apaan, ngapain lo kayak itu? mau bully lagi? he... Suka banget cari masalah ya lo!" balas lita mencoba membela elita.

"Bukan urusan lo. Lu tuh gak tau urusan kita" ucap mutia teman keysha.

"Emang apa urusannya?" tanya lita kepada elita.

"Nih ya, elita ini caper deket deketin cowo gua!" Jelas natasya, lita melirik elita dan elita menggeleng.

"Emang siapa cowo lo?"

"Arga" Saat satu nama laki laki disebut oleh natasya, lita menahan tawanya.

"Gila ya lo! ahahah arga!? lo halu apa gimana? arga demen modelan kayak lo? udah dikeluarin dari KK kali" balas lita dengan menahan tawanya.

"Gak usah sok cantik lo!" ucap natasya.

"Emang gua cantik."

"Alay. "

"Iya gua alay kenapa? gua mah alay ngaku, gak kayak lo alay, maen diclub malam mulu, murahan ngedeketin sana sini. Harus kah gue lanjutin? dah lah ya lanjutin ajah biar seru, Temennya om om semua. Ngeri!" balas lita dengan santai.

"Jaga ya omongan lo" Tangan natasya sudah bersiap menampar lita, bahkan lita pun sudah siapa dan tau kalau dia akan ditampar, tapi sayangnya ada tangan yang menahannya.

dengan spontan semua melihat kearah yang menahan itu, lita menghela nafasnya. Karena situasu saat ini menjadi tidak seru kkarena azka, padahal lita berharap kalau ia akan berantem disini.

Azka melepaskan tangan natasya, lita membawa elita keluar begitu pula dengan azka mengikuti keluar. "Lo ngapain masih diem disitu sih bukannya keluar ajah!?" Ujar lita gemas dengan elita.

"Lo yang ngapain diem disitu ajah bukannya keluar" ucap azka kepada lita, lita hanya meliriknya dan kembali kepada elita.

"Yaudah pulang yuk" ajak lita kepada elita, namun kerah belakang baju lita ditarik oleh azka.

"Mau kenapa lo? hari ini club musik" lita menghela nafas, dan membiarkan elita pulang sendiri dan ia terpaksa ikut azka.

Sesampainya ditempat latihanya, lita berjalan kesana kemari melihat dunia baru ini. Dan mendengar suara bising dari alat musik yang dimainkan. Azka kembali sambil membawa gitar untuk lita.

Lita mengambilnya, dan melihat gitar itu dari depan sampai belakang, azka yang melihat itu menggelangkan kepalanya. "Bukan diliatin doang, dimainin"

"Gua gak tau caranya" balas lita dengan jujur.

azka pun menyuruhnya untuk keluar bersamanya, dan duduk dikursi panjang taman itu. "Coba bunyiin C" ucap azka.

Lita menengok kearah azka, dia benar benar gak tau apa apa. Bahkan yang dia bilang azka dia tidak mengerti, azka yang mengerti kalau lita gak tau sama sekali, langsung membantunya.

"Nih telunjuknya kesini, ini kesini yang lain sama kayak gini yang bawahnya" azka mengajari lita dengan perlahan.

"Gini?"

"Coba mainin" saat lita memainkannya, suaranya tidak terdengar sama.

Karena azka sudah greget dengan cara main lita. Ia pun berdiri dibelakang lita, kemudian tangannya memegang kedua tangan lita untuk bisa membantunya bermain gitar.

lita terkejut pasalnya wajah azka sudah ada disamping pundaknya, ia pun tak sengaja menoleh kearahnya. Azka yang menyadarinya sedikit menoleh kearah lita.

-TBC-