webnovel

Chapter 5 [Hal Bagus/Buruk?]

Lusa, Madam Clark akan datang untuk mengecek rancangan busana milik kami. Hari ini, tim kami terlihat lebih sibuk dari biasanya. Kulihat Sally sangat semangat dari tadi pagi. Jenifer yang tadi katanya telat, sudah mulai mencoba beberapa pakaian yang sudah jadi. Kuhampiri Jenifer untuk melihatnya lebih dekat.

"Kay, busana kamu, its perfect." Jenifer memujiku saat aku menghampirinya.

"Ah tidak, bukan aku, ini berkat semua orang yang ada di sini juga. Tapi, terima kasih, kamu nyaman pakainya?" Saat Jenifer hendak menjawab, telepon kantor berbunyi. Aku hendak menggangkatnya, tapi Sally duluan yang mengambil gagang teleponnya. Kulihat wajah Sally sangat serius. Setelah selesai, kami menanyakan apa yang terjadi dan dari siapa telepon itu.

"Kay, kata Madam Clark, lusa tanggal pemotretannya.." Sally mengatakan dengan suara yang bergetar sedikit.

"What?? Bukannya pemotretan akhir pekan ini? Lusa Madam Clark akan melihat bajunya dulu kan?" Aku mulai merasa ada yang aneh dengan semua ini.

Sally menggeleng. "Kata Madam, dia percaya dengan hasil kita semua, dan beberapa busana yang seharusnya dikenakan oleh Jenifer akan dibagi dengan Cristie."

"Apa???" Aku dan Jenifer mengucapnya bersama-sama.

"Cristie? Kamu bilang Cristie yang campuran Korea itu?" Jenifer terlihat marah. Kulihat Sally hanya menggangguk.

"Kok tiba-tiba sih si Madam, biasanya dia tidak seperti ini. Seharusnya hal ini harus di diskusikan dulu kepada kami semua." Aku juga sudah mulai emosi. "Akan aku telepon Madam balik."

"Kata Madam, nanti agak siang dia akan datang melihat busananya dan akan menjelaskan semuanya. Yang pasti dia ingin semua busananya harus siap hari ini." Sally menjelaskan lebih detail. Sebenarnya, busana rancangan kami semua sudah selesai, tinggal menghias beberapa bagian seperti menambah bola-bola yang berkilau ataupun beberapa manik-manik.

Saat itulah kami semua tambah panik dan segera menyelesaikan busannya. Jenifer juga ikut membantu. Saat itulah aku merasa tidak adil. Jenifer ikut membantu dalam pengerjaan busana yang akan dia kenakan, tetapi Cristie, anak dari orang kaya hanya terima bersih. Dapat aku lihat bahwa wajah Jenifer agak berubah dari biasanya.

***

Seperti yang dijanjikan, Madam Clark datang. Aku, Jenifer, dan Sally duduk di ruang meeting.

"Bisa anda jelaskan Madam, kenapa ini tiba-tiba sekali??" Aku merasa kesal.

"Kamu pasti terkejut ya. Maaf, seharusnya saya mengatakan ini lebih awal. Sesi pemotretannya akan dilaksanakan lusa, dan hasil rancangan kamu Kay, bukan hanya Jenifer saja yang memakainya, tapi juga Cristie Han."

"Tapi size baju yang sudah kami rancang itu untuk Jenifer, bukan untuk Cristie Han."

"Bentuk tubuh Ms Han hampir tidak jauh dari Jenifer. Jadi lusa nanti kalian berdua akan berfoto bersama-sama."

"Bisa anda jelaskan kenapa tiba-tiba Cristie Han ingin bekerja sama dengan kami?" Aku sangat penasaran, kenapa Cristie mau bekerja sama dengan kami. Dia saja tidak mengenal aku, kenapa dia mau memakai rancangan yang aku buat? Lebih tepatnya rancangan yang tim kami buat.

"Saya juga tidak begitu yakin, tapi, saat saya sedang membicarakan tentang tanggal pemotretan dengan Ketua, tiba-tiba Cristie Han datang dan mengatakan ingin ikut. Saya tidak bisa menolak karena mereka-lah yang mengsponsor ini semua. Dan sepertinya Cristie Han dekat dengan Ketua. Makanya, ketua tiba-tiba langsung bilang Cristie harus ikut pemotretan." Madam Clark menjelaskan semuanya dengan rinci. Aku melihat Jenifer, wajahnya terlihat sedih, padahal dia sudah sangat menantikan pemotretan ini. Tapi jika harus membagi dengan orang lain, rasanya akan tidak enak sekali. Tidak lama setelah itu, Madam Clark melihat 6 busana yang sudah kami kerjakan dengan baik. Dia tersenyum dan bilang bangga kepada kami semua terutama padaku. Dan Madam juga berkata, dia sangat menyukai design busana milikku dan kemudian dia pergi.

"Jeni, kamu tidak apa-apa kan?" Aku khawatir dengan Jenifer.

"Tidak kok, aku rasa malahan ini bagus, ini kesempatan yang besar. Aku akan berkolaborasi dengan Cristie yang sudah terkenal itu, dan mungkin lewat dia aku kan mendapat lebih banyak koneksi." Jenifer mengatakan dengan positif, tapi aku yakin, dalam hati dia sangat kecewa.

"Tidak.. Kamu pasti marah kan, tidak apa-apa, luapkan semuanya. Padahal ini pemotretan yang sudah sangat kamu nantikan." Tiba-tiba Jenifer memelukku.

"Biarkan aku seperti ini sebentar." Bisiknya. Saat itulah tiba-tiba air mataku mengalir.

"Maafkan aku, seharusnya aku membuat 2 design aja dari awal. Kalau seperti itu, tidak akan seperti ini." Aku berusaha menghapus air mataku.

"Kok kamu yang nangis sih, seharusnya aku tau." Tiba-tiba Jenifer tertawa.

"Kamu, aku lagi sedih, kamu malah tertawa." Jenifer tambah tertawa terbahak-bahak.

"Tidak apa Kay, aku iklas kok, ambil positifnya aja. Aku akan kenalan dengan dia dan mendapat relasi sebanyak-banyaknya." Aku menggangguk dan menghapus air mataku.

***

Jenifer sudah pulang duluan, dia bilang, dia ingin melihat kondisi ayahnya di rumah sakit. Jadi, hari ini aku akan pulang sendiri lagi. Saat aku keluar dari gedung kantor, aku melihat mobil yang sangat familiar. Mobil sedan putih yang terpakir di dekat depan kantorku. Saat aku ingin melihat lebih dekat, tiba-tiba ada orang yang keluar dari mobil itu. Louis. Dia Louis. Dia menghampiriku dan "Ayo pulang, aku sudah menunggumu." Ha?? Tidak salah dengar? Dia menungguku? Darimana dia tau tempat aku bekerja dan, darimana dia tau jam pulangku?

"Kenapa? Tidak mau pulang?" Dia mengatakan hal itu setelah dia membuka pintu mobil dan ingin mempersilahkan aku duduk.

"Ah.. Emm.. Iya deh.. Mumpung kamu sudah menungguku." Aku langsung masuk, duduk, dan dia menutup pintu mobilnya, kemudian berjalan berputar dan masuk ke mobil.

"Kenapa kamu mengungguku?" Kutanya dia saat mobilnya sudah jalan.

"Tidak apa-apa, hanya saja kerjaanku sudah siap, jadi ya, sekalian deh jemput kamu."

"Kamu kok bisa tau aku kerja disana?"

"Rahasia dong. Aku kan Secret Admirer kamu."

Aku tertawa ngakak. "Jangan ngelucu deh." Kulihat dia juga ikutan tertawa. Yaampun, dia diam saja sudah tampan sekali, apalagi kalau tertawa, tambah cakep.

"Terima kasih ya, sudah mau anterin." Kubilang padanya saat kita sudah turun dari mobil.

"Iya, tidak usah sampai segitunya, kamu pasti capek kan? Istirahatlah."

"Kenapa kamu kadang ada di cafe kadang tidak?" Aku langsung menanyakan hal yang ada dikepalaku. Sejujurnya, sepertinya aku terlalu berlebihan langsung menanyakan hal seperti ini.

"Kalau ada hal yang aku kerjakan, aku tidak akan bekerja di cafe."

"Memangnya bos kamu tidak marah? Seenaknya libur sendiri." Kubalas perkataanya saat kita lagi berada di dalam lift.

"Aku rasa tidak. Kenapa? Kamu tertarik bekerja di cafe??" Tanyanya usil.

"Haa.. Mana mungkin, buat kopi dan seduh gitu-gitu bukan keahlianku." Kuanggap bercandaanya serius, kemudian dia tertawa lagi.

"Kamu lucu ya.." Dia tertawa lagi dan lagi.

"Ah sudahlah, aku capek, makasih untuk tumpangannya. Lain kali boleh tuh jemput aku lagi." Aku bercanda mengatakannya, tapi dia malah menganggap itu serius.

"Boleh tuh.."

"No, no, no, aku bercanda. Kalau begitu, see you tomorrow." Segera aku langsung masuk ke kamar apartemenku. Kuletakkan tas dan berkas-berkas kertas di meja makan, dan memikirkan untuk sesi pemotretan yang akan datang.