webnovel

(9)

Mark membuka matanya perlahan.Ia menyentuh hidungnya yang terdapat darah mimisannya yang sudah mengering.

Dengan perlahan, Mark bangun dari tidurnya yang dalam posisi tengkurap karna tadi ia benar-benar sudah tak bisa mempertahankan kesadarannya, sekedar untuk membaringkan tubuhnya dengan benar jadi tadi dia langsung menjatuhkan dirinya di kasurnya walau hidungnya masih saja mimisan sampai-sampai kasurnya terdapat noda darahnya sekarang.

"Ahh!"Mark memengang kepalanya yang berdenyut.Badannya hangat tapi perutnya tak sesakit tadi dan rasa mualnya pun tak semenusuk tadi.

Mark berjalan pelan ke balkonnya.Ia membuka pintu balkon yang menghadap langsung ke halaman luas rumahnya.Hari masih malam tapi Ia tak tahu sekarang pukul berapa karna tak sempat melihat jam.

Mark menoleh ke kanan, dimana ia bisa melihat balkon kamar kedua adiknya yang memang kamarnya berdampingan.

Dulu biasanya mereka akan keluar dari balkon kamar masing-masing untuk melihat indahnya langit malam tapi lebih sering di kamarnya karna balkon kamar Mark lebih luas dan kamar Mark merupakan tempat favorit kedua adiknya bermain juga berkumpul bersama.

Mark memengang sanggahan besi balkonnya dengan erat, takut ia terjatuh karna ia masih belum bisa menyeimbangkan dirinya dengan benar apalagi sekarang kepalanya masih saja berdenyut sakit.

Mark mendongak kepalanya untuk melihat langit malam yang sekarang di penuhi bintang-bintang juga bulan sabit yang bersinar terang, menjadikan malam hari ini, langit malam sangat indah baginya.

Tanpa sadar, Mark menitikkan air matanya saat melihat bulan, apalagi ia teringat saat sebelum ia pingsan, ia seperti melihat adik perempuannya yang berlari memeluknya.Mark jadi teringat juga percakapannya saat malam terakhir bersama kedua adiknya sebelum adik perempuannya pergi untuk selama-lamanya.

'aku ingin menjadi bulan deh'.

Mark menutup matanya yang terus mengeluarkan air matanya.Dadanya sesak karna ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suaranya.

Kesedihannya yang selama ini ia simpan akhirnya meledak juga.Mark benar-benar merindukan keluarganya yang dulu walau tanpa ibu tapi dengan adanya kedua adiknya dan sang ayah, baginya keluarganya sudah sangat sempurna.

Kenapa tuhan mengambil salah satu adiknya?Ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri padahal dulu, sedari ia kecil, ia sudah berpisah dengan sang ibu yang sekarang ada di kampung halamannya bahkan ibunya tak menghadiri pemakaman adik perempuannya.

Mark jadi menyesali keputusannya satu tahun yang lalu, meninggalkan Dae Eun hanya sendirian di depan sekolahnya dengan tak menunggu Jeno sampai kembali dari tugas piketnya.

Seharusnya ia mengajak keduanya pergi bersama, pastinya sekarang adiknya masih ada bersamanya dan sekarang pasti sudah bersekolah yang sama dengannya dan Jeno.

Jeno dan sang ayah pun  pasti tak akan menjauhinya seperti sekarang dan dirinya pasti tak akan mempunyai penyakit bahaya yang sekarang masih betah saja bersarang di tubuh kecilnya akibat ia yang tak memperhatikan kesehatan maupun makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.Mark bahkan selalu berpikir, seharusnya ia saja yang mati bukan adik perempuannya.

Mark kembali mendongakkan kepalanya untuk melihat bulan dan bintang di langit malam.

Tak ada lagi waktu untuknya untuk terus menyesali kejadian yang tak bisa ia ubah karna ini takdir yang sudah Tuhan berikan padanya.Mark harus menerimanya dengan ikhlas dan sabar.Sebisa mungkin juga Mark berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan ayah dan adik satu-satunya agar ia bisa merasakan keluarganya yang utuh kembali, setidaknya sebelum penyakitnya merenggut nyawanya.

"Dae Eun...sekarang kau sudah jadi bulan ya?menyinari malam yang gelap ini bersama bintang...kenapa Dae Eun tak menunggu kakak?kakak kan bilang padamu saat itu, jika kakak ingin menjadi bintang yang dekat dengan bulan agar kakak bisa menemani Dae Eun juga kan?"ujarnya sambil menatap bulan dan bintang di langit malam sambil terus menangis.

Pandangannya terus terfokus pada bulan.Ia teringat jika sang adik dulu ingin menjadi bulan.

"Maafkan kakak...kakak sangat menyesal hiks...Hari ini bahkan kakak tak bisa mengunjungi makam mu Dae Eun...maafkan kakak hiks"ujarnya sambil memengang erat pembatas besi balkonnya.

Ia kesal dengan dirinya yang tak bisa melawan rasa sakitnya, padahal kemarin ia sudah menjadwalkan dirinya yang sudah jauh lebih baik untuk melakukan aktivitasnya yang sudah di susun rapi tapi karna teman-teman yang merundung nya, Mark harus kembali menahan rasa sakitnya bahkan bukan penyakitnya saja sekarang, melainkan luka-luka yang di dapatkannya dari teman-teman jahatnya itu.

"Dae Eun mengapa kau tak pernah hadir dalam mimpi kakak?Kakak merindukan mu Dae Eun!sangat merindukanmu!banyak sekali yang ingin kakak ceritakan padamu...Bukannya kau selalu ingin tahu apa yang hari ini kakak lalui-

Mark tak melanjutkan ceritanya karna tiba-tiba perutnya kembali sakit "Shhhh!...Dae Eun, sepertinya sakit kakak kambuh kembali.Kaka harap, kau mau mendatangi mimpi kakak sekarang.Kakak benar-benar merindukanmu"tuturnya sambil kembali memandang bulan.

Mark sebisa mungkin berjalan masuk ke dalam kamarnya kembali.Suhu udara malam semakin dingin dan ini tak baik untuk dirinya yang sedang drop, lagipula sakit perutnya kembali datang juga suhu tubuhnya semakin hangat.

Ia menutup pintu balkon juga menutup gorden besar untuk menutupi pintunya.

Dengan perlahan dan sekuat tenaga, ia berjalan ke kasurnya kembali sembari sebelah tangannya terus memengang perutnya.

Mark ingin minum tapi ia tak mungkin menuruni anak tangga dengan kondisinya yang seperti ini jadi Mark terpaksa menahan rasa hausnya.

Dengan perlahan, ia membaringkan tubuhnya yang mulai lemas.Berharap besok pagi sakit yang sekarang menderanya menghilang.Mark harus kembali ke rumah sakit untuk memperiksakan sakitnya karna ia rasa penyakitnya ini semakin parah saja.

Anak bersurai coklat madu itu mulai memejamkan matanya, mencoba tidur.Ia membungkus dirinya dengan selimut tebalnya karna merasa udara di sekitarnya semakin dingin saja.Mungkin karna tadi ia cukup lama di luar yang membuat tubuhnya terkena angin malam bahkan ia tidak menganti seragam sekolahnya yang kotor juga sobek di beberapa bagian karna sudah tak kuat jika harus berganti pakaian.

Mark membuka matanya perlahan saat merasakan pipinya di elus pelan oleh seseorang.Bisa ia lihat, orang yang sangat ia rindukan berada di hadapannya sembari terus mengelus pipinya pelan bahkan orang itu sudah menampilkan senyuman manisnya.Senyuman yang sangat Mark rindukan.

"Dae Eun!"panggil Mark pelan, memastikan jika yang sekarang tengah mengelus pipinya adalah adik perempuannya yang sudah lama meninggalkannya.

Dae Eun mengangguk pelan sambil terus tersenyum"iya kak, ini Dae Eun"jawabnya yang membuat Mark bangun lalu mendudukkan dirinya.Ternyata tadi Mark tertidur di paha Dae Eun.

Dae Eun memakai gaun putih.Wajahnya sangat cerah, ini membuat adik bungsunya sangat-sangat cantik walau begitu, Mark selalu menganggap adiknya dari dulu itu cantik tapi yang sekarang ia lihat benar-benar berbeda.Bahkan tubuh Dae Eun mengeluarkan wangi yang berbeda dari parfum yang sedari dulu dia pakai.wanginya lebih natural.

Mark duduk di samping Dae Eun.Di hadapan mereka berdua ada danau yang sangat jernih airnya bahkan Mark bisa melihat isi dari danau tersebut.

Pemandangan disekitar Mark pun sangat indah membuat Mark ingin berlama-lama disini apalagi disini ada adiknya dan Mark pun sama sekali tak merasakan rasa sakit yang tadi terus menyerangnya.Ia seperti sangat sehat malahan jika disini.

Dae Eun seperti biasanya menaruh kepalanya di pundak sang kakak.Mark tak mempersalahkannya.Ia membelai rambut hitam legam sang adik seperti dulu.Ini adalah salah satu momen favorit Mark jika Dae Eun tengah bersamanya.

"Maafkan aku kak.Gara-gara aku, kak Jeno dan ayah marah pada kakak...Ini semua salahku...Maafkan aku"tutur Dae Eun tiba-tiba membuat Mark refleks menggelengkan kepalanya karna tak mau jika adik bungsunya malah menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sekarang menimpa dirinya.

"Ini bukan salahmu.Jangan salahkan dirimu...Kakak tak suka"sanggah Mark membuat Dae Eun menyudahi acara menaruh kepalanya di pundak sang kakak.Kini dia menatap mata coklat sang kakak dalam.

"tapi sekarang kakak di diami oleh kak Jeno bahkan ayah selalu memarahi kakak.Aku rasanya ingin sekali mengomeli kak Jeno yang seenaknya menuduh kakak kalo kakak sudah lalai menjagaku...padahal aku yang memintanya waktu itu dan memang itu sudah takdirku juga-

-Aku ingin mengomelinya Kak...Tapi tak bisa, dan juga aku ingin menegur ayah, tapi juga tak bisa.Ini saja aku baru bisa menemui kakak kan"jelas Dae Eun panjang lebar dengan wajah yang menahan kesal yang malah membuat Mark tersenyum tipis melihatnya.Ia merindukan marahnya Dae Eun.

"kakak?...kakak kenapa tersenyum?"tanya Dae Eun kesal karna kakak pertamanya malah tersenyum, padahal ia sedang kesal.

"Karna aku merindukanmu Dae Eun.Apapun yang ada pada dirimu"jelas Mark ini membuat Dae Eun tak menampilkan wajah kesalnya lagi.

"Jangan memarahi Jeno ataupun menegur ayah Dae Eun...Jika nanti Dae Eun di ijinkan untuk menemui Jeno dan ayah.Dae Eun harus menemui mereka seperti Dae Eun menemui kakak.Jangan memarahi mereka.Mereka semua merindukanmu loh"ujar Mark sambil mengelus rambut halus sang adik.

"kakak yakin, suatu saat nanti Jeno dan ayah akan seperti dulu.kakak yakin itu"tambah Mark lagi.

Dae Eun memengang tangan kakak sulungnya yang berada di pipinya.Ia mencium punggung tangan sang kakak lembut."kakak, aku tahu kakak sakit.Aku berharap dan memohon pada kakak agar kakak tak berpikir untuk menyusul ku...Kesian Jeno dan ayah...Tak apa aku disini sendiri karna suatu saat nanti juga kalian akan bersama ku lagi"tutur Dae Eun sambil menundukkan kepalanya.

Mark mengangkat dagu Dae Eun perlahan.Ia tersenyum manis membuat Dae Eun juga membalas senyumannya"jika takdir kakak bersama Dae Eun...maka kakak tak bisa menolaknya.Kakak akan menerimanya dengan senang hati karna kakak jadi bisa menemani Dae Eun lagi...Tapi jika belum takdirnya, kakak akan berusaha untuk sembuh Dae Eun.Dae Eun tenang saja ya disini"ucap Mark yang membuat Dae Eun langsung memeluknya.

Mark dengan segera membalas pelukan Dae Eun yang sangat ia rindukan dan sangat ia butuhkan belakangan ini"kakak jangan melupakanku ya"pinta Dae Eun.

"Tentu saja.Mengapa kakak harus melupakan mu?"balas Mark.Ia sedikit bingung dengan penuturan Dae Eun.Kenapa ia bisa melupakan adik perempuannya yang sangat ia sayangi ini?sama seperti Jeno tentunya.

"Janji kak?"Dae Eun menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Mark agar Mark mau menempati janjinya

"Bahkan kakak akan selalu berusaha mengunjungimu setiap harinya Dae Eun.Kakak janji itu"balas Mark sambil menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Dae Eun tanda 'ia berjanji tak akan melupakan adik bungsunya sampai kapanpun'.

"Terimakasih Kak.Aku sayang kakak".

"kakak lebih menyayangimu Dae Eun"

"Tuhan, terimakasih sudah mengijinkan ku bertemu dengan adik perempuanku.Biarkan dia bertemu dengan adik keduaku dan ayah juga Tuhan...Mereka juga sangat merindukannya".

Jeno membuka sedikit pintu kamarnya.Ini adalah jam dimana pasti ia akan melihat sang kakak yang menuruni anak tanggaTapi hari ini, ia sama sekali tak melihat punggung sang kakak yang pastinya sedang menuruni anak tangga dengan seragam sekolahnya yang sudah rapi seperti biasanya.

Jeno menengok ke arah kiri, dimana ada kamar Dae Eun dan kakak sulungnya.Pintunya masih tertutup rapat seperti biasa"Apa dia tak sekolah?apa dia sudah pergi dari tadi?"tanya Jeno pada dirinya sendiri.

Apa hari ini kakaknya kesiangan atau Jeno yang kesiangan melihat sang kakak yang pastinya sedang menuruni tangga?Jeno rasa tidak.Ini adalah waktu sang kakak pergi sekolah.Jeno sudah hapal malahan.

Jeno menghembuskan napasnya pelan.Ia menutup mulutnya saat kantuknya kembali datang"Ah sudahlah aku tak perduli!Sebaiknya aku tidur lagi sebelum si berisik Haechan datang"ujarnya lalu kembali menutup pintu kamarnya untuk kembali tidur sebelum Haechan, tetangganya sekaligus sahabatnya datang ke rumahnya dan membangunkannya untuk pergi ke sekolah bersama seperti biasanya.

"Semonga dia baik-baik saja sih".