webnovel

Part 8/END

     Mobil melaju kencang menembus butiran salju di udara. Bisa dibayangkan seberapa dingin diluar sana. Yoona terlihat sudah siap dengan jaket tebalnya beserta selimut kuning kesayangannya, duduk tenang disamping Sehun yang tetap fokus menyetir.

    Sejak sore tadi mereka sudah berangkat dari penginapan hingga malam tiba, menuju suatu tempat yang Sehun janjikan untuknya. Tidak tahu kemana pria itu akan membawanya, Yoona hanya menerima ajakan itu karena merasa bosan jika hanya berdiam diri di kamar.

     Tak terasa akhirnya mereka tiba disana. Luar biasa, disana sangat indah. Ribuan pohon menjulang tinggi, berjajar di tepi jalan yang nyaris tertutupi salju. Lampu taman terlihat menyelip dari pepohonan, remang sehingga tampak romantis.

     Terdapat kursi taman di beberapa tempat. Dan hanya beberapa kursi yang kosong, sedangkan kursi lainnya sudah ditempati oleh para pasangan. Dengan selimut kuningnya yang melingkar di lehernya dan nyaris menutup penglihatannya, Yoona terperangah melihat pemandangan disana.

     Pada awalnya ia terkesima dengan keindahannya, namun ketika menyadari keadaan sekitarnya, wajahnya mendadak memerah merasa malu.

"Tunggulah disini, aku akan membeli minuman hangat." Sehun melangkah pergi dari hadapannya. Yoona masih tak percaya dengan apa yang tengah ia pikirkan. Kenapa dia membawaku kesini? Ia terus memikirkan itu.

     Tidak jauh darinya berada, dilihatnya sebuah pohon yang berada di ujung jurang. Setiap sisinya terdapat pagar beton. Pada pagar yang memiliki tinggi 1 meter itu dihiasi lampu taman berwarna kuning redup, terususun rapi disepanjang pagar. Dari jauh suasana disana terlihat menjanjikan, karena itu Yoona melangkah kesana. Sesuai yang ia perkirakan, disana jauh lebih indah.

--

"Ini coklat panas pesanan anda, terimakasih." kata pelayan kafe tempat dimana Sehun membeli minuman hangat yang ia janjikan kepada Yoona. Ia melangkah keluar dari kafe dan mulai mencari gadis itu.

     Sepanjang perjalanannya menghampiri Yoona, matanya terus mengintari tempat itu. Ia tersenyum, kenangan indah bersama kedua orangtuanya yang membuatnya sangat merindukan tempat itu, dan akhirnya ia dapat kembali ketempat itu. Bersama gadis itu, yang tengah berdiri di tepi jurang.

     Sehun menghela nafas melihatnya. Yoona kembali tidak mematuhinya. Syukur ia dapat menemukan keberadaan Yoona. Karena tempat itu benar-benar ramai dikunjungi wisatawan.

     Ketika hendak melangkah menghampiri Yoona, ponselnya bergetar. Ia letakkan minuman yang ada ditangannya keatas sebuah meja taman yang tengah ia lewati, lalu menjawab panggilan itu. Beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah sendu. Ia mendadak tidak bersemangat. Menjawab obrolan itu dengan malas lalu segera memutuskan panggilan itu. Menghela nafas dengan berat dan kembali melangkah.

--

     Pemandangan yang luar biasa terlihat dari bawah jurang. Lampu-lampu yang berasal dari rumah warga terlihat seperti bintang yang menyelip dari kegelapan. Ditambah butiran salju yang turun, walau udara terasa dingin, namun pemandangan indah itu menepis semuanya.

     Yoona tak henti-hentinya tersenyum akan semua itu. Mencoba mengambil beberapa gambar menggunakan ponselnya. Lalu mencoba melakukan selfie, tapi kedatangan Sehun melunturkan niatnya.

"Kau memang tidak pernah patuh padaku." gumam Sehun yang masih dapat didengar Yoona. Mengingat tadinya pria itu meminta Yoona untuk tetap menunggunya ditempat semula.

"Tapi kau tetap bisa menemukanku." sahut Yoona yang membuat Sehun tersenyum kepadanya.

     Sehun memberikannya segelas minuman hangat. Tangannya langsung terasa hangat ketika memegang minuman itu dan mulai menyuruput minuman itu perlahan.

"Apa aku membawamu ketempat yang tepat?" tanya Sehun tanpa menoleh. Entah mengapa Yoona terhanyut pada wajah itu. Memandangi wajah itu dari samping terasa lebih menarik. Karena jawaban tak kunjung terdengar, Sehun menoleh ke Yoona yang ternyata masih menatapnya.

"Kenapa?" tegur Sehun pelan.

"Ani." segera ia melayangkan pandangannya ke jurang yang tampak indah itu. Melihat keindahan itu membuat senyuman diwajahnya kembali terlihat. "gomawoyo, sudah membawaku kesini." Sehun merasa puas mendengar perkataannya.

"Kau tidak merasa dingin?" jantung Yoona berdebar kacau.

"Tidak" jawabnya berbohong. Tentu saja dingin. Sehun kembali tersenyum mendengarnya.

     Ia meletakan minumannya diatas pagar, lalu melangkah ke belakang tubuh Yoona. Tanpa ragu ia memeluk tubuh itu dari belakang. Tubuh Yoona mendadak kaku. Terdiam dalam pelukan pria itu.

"Aku hanya berusaha membuatmu tetap hangat." bisik Sehun tepat disamping telinga Yoona. "eottae?" tanyanya kembali berbisik. Seakan kesetrum, bernafas pun sulit Yoona lakukan, apalagi menjawab pertanyaan itu. Yoona hanya bisa menjawab dalam hati. Johayo! Johayo!  "kenapa hanya diam?" merasa bingung karena tidak juga mendengar jawaban Yoona.

     Sehun mencoba mencondongkan sedikit kepalanya kedepan untuk dapat melihat wajah Yoona. Menyadari bahwa wajah Sehun tengah mendekati wajahnya, Yoona pun reflek memalingkan wajahnya. Kini ia benar-benar merasa gugup.

"Bagaimana kalau lanjut berjalan-jalan? " hendak bergerak, namun Sehun kembali menariknya kedalam pelukan itu.

"Tunggu dulu." kini Sehun memeluk Yoona lebih erat. Ia membenamkan wajahnya di bahu Yoona yang berbalutkan selimut. "sebentar saja." bisiknya lagi. Entah mengapa, kini Yoona mendadak mengkhawatirkannya. Ini pertama kalinya Sehun berlaku seperti itu.

"Kau kenapa?"

"Aku hanya ingin memelukmu."

     Mengamati tempat itu dengan langkah mereka yang beriringan. Sepanjang kaki melangkah, mereka terus berpapasan dengan banyak pasangan. Membuat Yoona merasa malu akan itu. Kenyataan bahwa kini ia tengah berjalan bersama Sehun, sang tuan rumah tempat dimana ia bekerja. Masih sulit untuk ia terima.

     Tapi sepertinya Sehun tidak mempermasalahkan itu. Pria itu malah semakin menikmati waktu berdua mereka. Terlihat dari tangannya yang kini menggenggam tangan Yoona, dan perlahan mengisi setiap sisi jemari gadis itu.

Dugg!  Dugg! Dugg

     Untuk yang kesekian kalinya jantung Yoona kembali mengacau. Hanya dengan genggaman tangan itu sukses membuat tubuhnya menjadi hangat. Kehangatan itu menjalar dengan cepat keseluruh tubuhnya. Tentu membuat Yoona merasa nyaman hingga tak mampu menyembunyikan senyuman diwajahnya.

    Melihat senyuman itu Sehun kembali merasa puas. Mereka terus melangkah hingga tak terasa kaki terhenti dihadapan mobil Sehun. Sudah waktunya untuk mereka kembali ke penginapan.

--

     Yoona baru saja keluar dari kamar mandi dan hendak berbaring di kasur. Tapi ketika itu ponselnya berdering yang ternyata sebuah panggilan dari Chanyeol. Walau tidak bersemangat untuk menjawab panggilan itu, tetap saja tangannya menyentuh layar ponsel. Belum juga ia menempelkan ponsel ke telinga, suara Chanyeol sudah lebih dulu mengisi rongga telinganya. Reflek ia menjatuhkan ponselnya ke kasur.

Apa ia tidak bisa lebih tenang? Gumamnya dan kembali meraih ponsel itu.

"Wae?!!" bentak gadis itu.

"Kenapa kau baru mengangkat teleponku!" teriak Chanyeol penuh tenaga.

"Aku baru saja selesai mandi."

"Itu, tuanmu. Ani, maksudku, apa namanya Oh Sehun?" tanyanya buru-buru.

"Iya. Kenapa?"

"Beneran?" teriaknya tak percaya.

"Kupikir oppa sudah tahu dari awal."

"Aku tidak tahu marganya. Jadi, benar namanya Oh Sehun?" Chanyeol terus merasa ragu dan juga gelisah.

"Harus berapa kali aku katakan!" bentak Yoona merasa geram. "tapi, kenapa kau menanyakan ini?"

"Mengenai kepulanganku ke Seoul, sebenarnya itu karenanya."

"Mwoya, apa maksudmu?" Tanya Yoona seraya berbaring dan mendapatkan posisi yang nyaman di atas kasur.

"Begini, aku diperintahkan kembali ke Seoul untuk bekerja dengan Presdir terbaru di perusahaan tempat ku bekerja. Aku sudah mengetahui namanya, tapi aku tidak menyangka bahwa Presdir yang mereka maksud adalah tuanmu. Bagaimana ini? Aku sudah banyak berbuat salah padanya." suara semakin terdengar gelisah. Yoona masih diam tak paham. "yeoboseyo..? yeoboseyo? Yak! Kau mendengarku?!!"

"Hmm." sahut Yoona. "jadi maksudmu, tuanku adalah si Presdir? Ani, pemimpin perusahaan? Pemilik perusahaan? Sesungguhnya aku tidak paham akan itu, tapi, apa kau serius dengan ucapanmu?"

"Saat ini yang kupikirkan, bagaimana caraku meminta maaf padanya. Yak, apa kau sedang bersamanya?" tanyanya tergesa-gesa. "aku harus segera meminta maaf padanya sebelum kami berangkat lusa nanti. Aku takut jika harus satu pesawat dengannya, mengingat apa yang telah aku lakukan, aish.. Bodohnya aku!" celotehnya tanpa putus.

"Berangkat? Lusa? Oppa, apa maksudmu?"

"Aku harus menemani tuanmu ke Paris untuk urusan pekerjaan. Jika aku tidak segera memperkenalkan diri, ani, meminta maaf terlebih dahulu. Aku tidak akan tenang berada didekatnya selama itu."

"Paris? Kau akan ke Paris bersamanya? Lusa?" suara Yoona mendadak melemah. Sebenarnya ia masih tidak memahami apa yang tengah Chanyeol katakan. Tapi entah mengapa, ia mendadak merasa tidak bersemangat.

"Ne. Itu makanya aku ingin segera menghadapnya, dan menjelaskan atas semua kekeliruanku."

"Jika memang kalian akan berangkat Lusa nanti, lalu kapan kalian akan kembali?" perasaannya semakin terasa suram.

"Kurasa setahun kemudian."

--

     Tangannya reflek membuka pintu kamar itu. Kosong. Dengan gelisah Yoona kembali berlari menelusuri rumah itu. Tidak ada siapa pun disana selain dirinya.

     Kini kakinya melangkah keluar dari rumah. Mengamati halaman rumah juga halaman penginapan yang remang dengan teliti. Disana benar-benar sepi. Mungkin karena saat itu malam sudah sangat larut.

     Pintu gerbang juga sudah tertutup rapat, dan yang terlihat jelas, mobil Sehun masih terparkir disana, itu artinya pria itu masih berada disana. Entah mengapa, Yoona merasa kali ini ia bisa menemukan keberadaan pria itu, dengan penuh keberanian ia melangkah menuju sungai yang berada dibelakang penginapan.

"Kenapa disini gelap sekali." gumamnya seraya terus mencari keberadaan pria itu. Mondar mandir disana guna memastikannya. "Haaachim!" menyadari selimut tak melingkar di lehernya.

"Bukankah kau membenci udara dingin seperti ini. " entah dari mana pria itu datang. Dan kini sudah berdiri disampingnya. mengamati aliran air sungai disana. "kenapa kau keluar? Kau mencariku?" tanyanya tanpa menoleh. Segera Yoona berusaha menemukan jawaban yang tidak terlalu memalukan untuk dikatakan.

"Aku ingin lihat sungai." ceplosnya dan sedetik kemudian mengutuk dirinya dengan kesal. Apa tidak ada jawaban yang lebih baik?!!

"Apa Sungai Han tidak cukup untukmu?" ujar Sehun dengan senyum tipisnya. "ada apa? Katakanlah." sambungnya seakan dapat memahami pikiran Yoona.

    Tidak dulu mengatakannya, Yoona kembali terjebak pada wajah tampan itu. Ia selalu menikmati waktunya ketika memandangi wajah itu dari samping. Bahkan nyaris lupa untuk bertanya. Tepat ketika mata itu membalas tatapannya, barulah ia sadarkan diri.

"Itu.. Kudengar dari oppa.." ia masih ragu untuk mengatakannya, sedangkan Sehun masih menatapnya menunggu perkataannya. "kau akan berangkat ke Paris?" entah mengiyakan atau apa, Sehun malah mengatup rapat mulutnya. Menatap Yoona dalam diam. Seakan tengah menahan sesuatu didalam dirinya. "benar begitu?" Ia menarik nafas dengan berat.

"Ne, majjayo." kata Sehun dan kembali diam.

    Ia menunggu reaksi Yoona. tapi yang terlihat, Yoona juga ikut terdiam sepertinya. Menatapnya dalam diam. Lama kelamaan terlihat mata gadis itu memerah, melihat itu Sehun hanya bisa menghela nafas. Ia sudah bisa menduga akan itu. Yoona menundukkan wajahnya dan ragu-ragu membalikkan tubuhnya hendak pergi dari sana.

"Aku balik dulu." ujarnya pelan dan mulai melangkah.

"Lalu.." perkataan Sehun menghentikan langkahnya. "bagaimana menurutmu?" Yoona berbalik dan kembali menatapnya. Yang tengah menatap Yoona dengan penuh keseriusan. "apa yang sebaiknya aku lakukan?" suaranya terdengar berat. "Pergi atau tidak?"

"Kenapa kau menanyakan itu padaku?" tanyanya takut-takut. Dengan gagah Sehun melangkah mendekatinya. Menatapnya dari jarak dekat.

"Karena aku akan melakukan apapun yang kau katakan." Ujarnya kepada Yoona.

     Saat ini hanya satu yang ada dipikirkan gadis itu. Rasa takut akan kepergian pria itu. Ia mencoba menahan itu, kesedihan yang tengah ia rasakan.

"Kalau begitu, bolehkah aku memelukmu?" belum juga Sehun menjawabnya, Yoona sudah lebih dulu memeluknya.

    Perasaan itu, perasaan yang tengah ia rasakan. Seperti rasa takut kehilangan. Selama ini ia tidak pernah bisa memahami Yoona. Yoona tidak pernah sekalipun mengatakan hal baik tentangnya. Yoona juga tidak sekalipun membalas perasaannya. Hal itulah yang membuat Sehun berpikir untuk tidak mengatakan mengenai kepergiannya kepada Yoona. Tapi ia tidak menduga bahwa Yoona akan bereaksi seperti ini.

"Jika kau perbolehkan, aku akan menunggumu." kata Yoona setelah melepaskan pelukannya. Yoona kembali menunduk.

    Sehun amati wajah itu. Dilihatnya Yoona melangkah mundur hendak pergi, tapi dengan cepat tangannya menarik tubuh itu hingga membuat tubuh Yoona menempel padanya.

     Yoona menatapnya terkejut. Sedangkan Sehun terlihat tenang membalas tatapannya. Mengamati wajah manis itu membuatnya merasa gemas.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu." Yoona masih saja diam. Mungkin dikarenakan jarak mereka yang terlalu dekat. Ia bahkan dapat mendengar suara nafas pria itu. Merasa gelisah dengan itu, Yoona mencoba kembali menjauh.

    Sehun malah melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu. Membuat Yoona terpejarakan olehnya. Yoona kembali melotot menatapnya. Sehun masih saja membalas tatapannya dengan tenang. "Aku.." ia ragu untuk mengatakannya. "mau.." itu karena Sehun semakin mendekatinya. "kembali.." mendekati wajahnya. "ke.." dan kini 1cm dihadapannya. Tentu Yoona diam mematung, karena kini wajah itu berada tepat didepannya.

"Kau bisa kembali setelah ini." ujar Sehun lalu mengecup lembut bibir Yoona.

     Disempatkannya untuk memandangi wajah Yoona yang sudah bersemu merah. Wajah itu semakin terlihat imut, membuatnya tidak bisa menahan itu lebih lama. Hasrat itu timbul dengan kuat.

     Tak lagi menunggu, Sehun kembali menyentuh bibir itu. Menikmati kelembutan itu. Perlahan, mulai melumatnya penuh perasaan. Gejolak itu membawa mereka kedunia yang berbeda. Dimana musim dingin tak lagi ada. Mereka sukses melewati malam itu dengan hangat. penuh cinta.

--

     Pagi ini Seoul tak lagi menerima butiran salju. Sepertinya musim dingin akan segera berakhir. Yoona baru saja bangun dari tidurnya, duduk ditepi kasur seraya melamun memikirkan sesuatu. Mengingat hari ini adalah hari keberangkatan Sehun ke Paris, Yoona menjadi tidak bersemangat untuk berangkat kerja.

    Ia masih saja duduk dikasurnya walau jarum jam dengan jelas terus berputar dihadapannya. Menghembuskan nafas beratnya, memaksa dirinya untuk segera bergegas berangkat kerumah itu.

     Sudah siap dengan jaket dan celana jeansnya. Dikarenakan udara tak lagi sedingin dulu, ia memilih menggunakan syal tipis. Memandangi wajahnya dari pantulan cermin, ia tidak tersenyum sekalipun. Pagi ini ia begitu murung. Ketika itu pantulan cermin memperlihatkan selimut kuningnya yang terlipat rapi di atas kasur, mendadak ia memikirkan itu. Dengan cepat ia memasukkan selimut itu kedalam paper bag berwarna merah lalu memeluknya. Kini ia terlihat lebih semangat dan mulai melangkah keluar rumah.

--

     Melangkah tenang melewati pintu gerbang yang terbuka lebar. Dari sana ia dapat melihat Xiumin yang tengah memeriksa mobil dihalaman rumah itu. Tidak hanya Xiumin, beberapa pelayan dirumah itu juga terlihat berdiri disekitar halaman. Seperti hendak mengantar keberangkat Sehun. Melihat itu tentu membuat Yoona kembali murung. Cepat-cepat ia melangkah menghampiri Xiumin disana.

"Xiumin-a.." tegur Yoona. Pria pendek itu langsung tersenyum lebar kepadanya.

"Nuna, apa kau mau ikut denganku ke bandara? Tuan pasti akan senang jika.." bukannya mendengar perkataannya, Yoona malah buru-buru masuk kedalam mobil, meninggalkan paper bag yang berisikan selimut miliknya disana, lalu kembali kehadapan Xiumin, berusaha membalas senyuman itu.

    Xiumin dapat merasakan senyum terpaksa itu. dan yang lebih terlihat jelas, raut gelisah diwajah Yoona.

"Nuna, kau bisa saja meminta Tuan untuk membawamu bersamanya, bukankah.. 

"Apa mobilnya sudah siap? Tuan muda sudah melangkah kesini." Kata ketua memutuskan perkataan Xiumin.

    Kehadiran Ketua membuat semua pelayan berdiri rapi didekatnya. Menyambut Sehun yang tengah melangkah mendekati mobil. Terlalu takut melihat wajah itu, Yoona memilih bergabung bersama pelayan lainnya, dan berdiri di barisan paling belakang. Jantungnya berdebar hebat, tak kuasa menahan rasa sedih yang tengah ia rasakan.

     Pria itu sudah terlihat rapi dengan setelan kemeja dan jasnya. Dengan sedikit gel, rambutnya terlihat lebih rapi, memperlihatkan garis alisnya yang tegas. Walau ia terlihat siap, tapi hatinya masih terasa sangat berat untuk pergi dari sana. Mengingat ia harus meninggalkan gadis itu, yang sedari tadi tidak ia ketahui keberadaannya. Semakin membuatnya gelisah.

"Aku serahkan semuanya padamu." ujar Sehun kepada Ketua. Ketua mengangguk seraya tersenyum kepadanya.

    Pada saat itu mata Sehun tak sengaja menangkap sosok itu, berdiri menyelip di barisan. Tak menatapnya, menunduk entah memandangi apa. Sehun hanya bisa menghela nafas kecewanya, tapi disamping itu ia mencoba memahami perasaan Yoona. dengan berat hati ia masuk kedalam mobil.

"Kita sudah bisa berangkat, Tuan?" tanya Xiumin.

"Ya, berangkat sekarang." kata Sehun tak bersemangat. Mobil mulai bergerak pelan keluar dari perkarangan rumah. "ini apa?" tanya Sehun setelah menyadari keberadaan sebuah paper bag di sampingnya.

"Ne? Apa?" tanya Xiumin yang tidak mengerti maksudnya. Penasaran, Sehun langsung membuka kantong palstik itu.

"Berhenti!" teriaknya. Reflek membuat Xiumin menekan rem dan laju mobil pun terhenti tepat di depan gerbang rumah itu.

     Tepat ketika terdengar suara bantingan pintu mobil, barulah Yoona berani untuk memangkat wajahnya. Memandangi kepergian mobil itu semakin mengiris hatinya. Ia terus bertekad, bahwa ia pasti bisa mengatasinya.

    Mobil berhenti secara mendadak. Sedetik kemudian Sehun keluar dari mobil, melangkah dengan cepat menghampiri sekumpulan pelayan. Tidak. Seakan mengetahui tujuan Sehun dengan melihat arah pandang pria itu, para pelayan yang ada disana reflek melangkah menyingkir memberi jalan, tentunya menuju Yoona.

     Sehun menatap Yoona dengan lekat. Dan kini langkahnya membawanya kehadapan gadis itu. Yang tengah membalas tatapannya dengan bingung, juga berusaha menahan airmata yang tengah membrontak hendak turun.

"Aku akan kembali tepat ketika kau membutuhkan selimut itu." ucap Sehun setengah berbisik. Menatap Yoona tepat ke tengah bola mata gadis itu. "kuharap kau tetap menungguku hingga waktu itu tiba." tidak hanya Yoona, Sehun juga tengah berusaha agar tetap terlihat tegar. Yoona memaksakan sebuah senyuman.

"Karena selimut itu adalah satu-satunya barang kesayanganku, aku pasti akan tetap menunggunya." jawab Yoona. "juga menunggumu." tambah Yoona.

    Rahang pria itu mengeras, Sehun sudah berusaha keras menahan emosi pada dirinya. Tanpa memikirkan keadaan disekitarnya, dengan santai ia mengecup kening Yoona, penuh kasih sayang. Tidak ingin berlama-lama ternggelam pada dilema itu, dengan cepat ia berbalik dan melangkah pergi. Ketika itulah airmata mengalir diwajah Yoona. Kini perasaannya baru terasa jelas setelah melihat pria itu melangkah menjauh darinya.

     Mobil itu benar-benar sudah pergi dari sana. Tidak menghiraukan pandangan dari semua pelayan disana, dengan malas Yoona masuk kedalam rumah itu.

--

1 Tahun Kemudian..

"Oo? Kenapa ini tidak bisa dibuka?" batin Yoona. Ia kembali mencoba menekan beberapa tombol, tetap saja pintu itu tidak terbuka. "hoh, apa yang salah denganmu!" bentaknya kepada pintu ganda itu hingga menendang pintu itu karena kesal. "110xxx.." sebutnya seraya kembali menekan tombol itu. Tetap tidak bisa. "aa wae?!" kembali menendang pintu itu dengan kesal. "Hachimmm!" lalu bersin dengan hebat. "aish, sepertinya musim dingin sudah tiba."

Cklek.

     Pintu itu terbuka dengan sendirinya. Ia terbodoh beberapa detik memikirkan itu, tapi mengingat ia harus segera membersihkan kamar itu, segera ia melangkah masuk dan melupakan hal janggal itu.

     Sebuah kotak besar terletak di samping rak buku. Segera ia memeriksa isi kotak itu. Buku. Berpikir bahwa itu barang kiriman untuk Tuannya, ia pun mulai menyusun buku-buku itu di rak.

    Menggeser sebuah kotak kecil untuk membantunya menggapai rak teratas. Membuka hells 3cm yang ia gunakan terlebih dahulu, barulah ia merasa lebih leluasa dan bergerak dengan lihai. Haaaachim! Kembali bersin. Sepertinya tubuhnya mulai mengulah. Tubuhnya memang tidak pernah bisa bersahabat dengan musim dingin. Berusaha untuk tetap kuat, ia semakin mempercepat gerakannya.

"Nuna, annyeonghaseyo!" tegur Xiumin yang baru saja masuk kekamar itu, membawa sebuah nampan yang berisikan secangkir teh hangat.

"Oo annyeong.." sahutnya menoleh sejenak. "wah, kau baik sekali, sampai membuatkanku minuman." ujarnya senyum-senyum lalu meletakkan buku yang ada ditangannya ke rak.

"Ne?" Xiumin terlihat bingung. "ini bukan untukmu." Yoona yang tengah melangkah kearahnya lantas menghentikan langkahnya.

"Lalu, untuk siapa lagi jika bukan untukku? Hanya aku yang ada disini."

"Untukku." bukan Xiumin yang mengatakannya. Dilihatnya Xiumin menoleh ke arah lain, Yoona mencoba ikuti arah pandangnya.

Dugg! Dugg! Dugg!

     Dengan rambutnya yang masih setengah basah. Celana tidur dan kaos putihnya, Sehun keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tersenyum ramah kepada Xiumin dan juga Yoona lalu dengan santai meraih cangkir yang berisikan teh hangat itu. "kembalilah bekerja." katanya kepada Xiumin. Si pendek pun langsung pergi dari sana, disempatkannya untuk melirik Yoona, gadis itu masing termenung. "kau sedang menyusun bukunya?" Sehun sudah melangkah melewatinya dan menghampiri buku-buku yang ternyata telah ia bawa dari Paris. "terlalu banyak bukan? Baiklah, aku akan membantumu." kembali tersenyum.

     Yoona mencubit pipinya. Aw!  Kembali menatap pria itu. Pada saat itulah, mata mereka saling bertemu, dan Sehun tak lagi tersenyum seperti sebelumnya, melainkan menatapnya penuh kerinduan.

"Aku merindukanmu." kata pria itu. Perkataan pria itu melayang di kepalanya yang tak lama kemudian memperlihatkan senyum manisnya.

"Akhirnya kau kembali." ucapnya pelan, namun tetap bisa didengar Sehun. Tidak bisa menahannya lagi, langkah besarnya membawanya mendekati Yoona. Sehun langsung memeluknya.

     Memeluk Yoona dengan erat. Kenyamanan itu membuat Yoona membenamkan wajahnya pada dada pria itu. Kehangatan menjalar keseluruh tubuhnya. Menciptakan sebuah getaran yang sudah sangat lama ia rindukan.

"Aku sangat merindukanmu." Ujar Yoona. Terlalu bahagia untuk berkata banyak. Dari luar kamar, dari pintu yang tak tertutup rapat, Xiumin mengintip dengan senyum gemasnya.

"Kau sedang apa?!" bentak ketua.

"Eomma, jangan berisik. Sini, lihatlah." wanita berbadan gemuk itu malah ikut senyum-senyum sepertinya. Ibu dan anak itu akhirnya bisa bernafas lega. Setelah selama setahun melihat Yoona tenggelam dalam kesepian..

--

     Malam itu Sungai Han tengah memperlihatkan aksi air mancurnya yang hebat itu. Air yang terbang keatas, menari seakan tengah mengikuti irama musik. Ditambah lampu sorot yang membuat air tampak berwarna warni, bagaikan pelangi.

     Yoona tersenyum puas melihat itu. Bersandar pada mobil yang Sehun parkirkan di tepi sungai. Tidak menghiraukan butiran salju yang tengah turun. Keindahan itu telah menghipnotisnya.

     Sehun baru saja kembali setelah membeli beberapa cemilan. Tak dulu menghampirinya, pria itu masuk kedalam mobil lalu keluar dari mobil dengan membawa sesuatu. Melangkah menghampiri gadis itu. tepat dihadapan Yoona, Sehun membentuk selimut yang ada ditangannya lalu melingkarkan selimut itu di leher Yoona. Mencoba merapikan letak selimut itu agar tidak menutupi wajah imut Yoona. lalu tersenyum puas.

"Apa aku mengembalikannya tepat waktu?" bisiknya mencoba menggoda Yoona. Yoona tertawa geli mendengarnya.

"Apa selama ini kau memakainya?" tanya gadis itu.

"Hemm." pria itu mengangguk dengan imut. "kau tahu? Chanyeol selalu berusaha mencuri selimut ini dariku, sayangnya ia selalu tertangkap olehku. Dia benar-benar kekanak-kanakkan." Yoona kembali tertawa mendengarnya.

"Tapi, kenapa oppa belum menghubungiku?" mengamati ponselnya.

"Dia masih di Paris. Masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Kau beruntung memiliki seseorang sepertinya. Dia benar-benar baik." kata Sehun.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa aku tidak beruntung bertemu denganmu?" bisik Yoona mencoba balik menggoda pria itu.

"Mmm.." Sehun terlihat berpikir keras. Ia kembali berdiri dihadapan Yoona. "pertemuan kita bukan didasari keberuntungan." menatap Yoona dengan lekat. "tapi TAKDIR." ucapnya dengan tenang. Tentu Yoona diam terpana. Memanfaat itu, Sehun mengecup bibir gadis itu. Wajah Yoona mendadak bersemu merah. "yeppo." mencubit pipi Yoona dengan gemas.

"Yak.." Yoona terlihat kesal dicubit seperti itu. Tapi Sehun terus mencubit pipinya. "Yak.." tak bisa melanjutkan perkataanya, itu karena Sehun kembali mengecup bibirnya. Ditemani keindahan malam, mereka menikmati malam itu dengan ciuman mesra yang perlahan mulai memanas.

--The End--

Gimana kakak2?

Selanjutnya mau cerita komedi romantis atau drama romantis?

BACA CERITA BARU SAYA YA KAK..

Judulnya → YOU (by Hyull)

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tanya2, bisa dm saya di instagram @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan sejauh ini White Romance adalah novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..