webnovel

FIVE

komen❤vote

___________________________________________

- 수없이 많은 날들이

스쳐 지나가고 아득해져

흩어져버린 시간 속에 널

아무리 그리워해봐도

들리지도 않는 너의 기억 -

_sueopsi manheun naldeuri

seuchyeo jinagago adeukhaejyeo

heuteojyeobeorin sigan soge neol

amuri geuriwohaebwado

deullijido anhneun neoui gieok_

"Begitu banyak hari berlalu dan memudar

dalam waktu yang berantakan

tidak peduli betapa aku merindukanmu

aku tidak bisa mendengar kenanganmu"

[Baekhyun(EXO) ft K.Will - the Day]

hampir setengah malam terlewati, samar-samar dia merasakan pegal dilehernya, terasa nyeri dan kaku. mulai sedikit bergerak sampai dia mendapatkan dirinya tersadar penuh bahwa dia sedang tidak ada diruangan So hyun sekarang. tapi dimana?

dengan pelan Somi mengangkat kepalanya mendapatkan sepasang paha telah menjadi bantalan kepalanya, seketika matanya membulat. bagaimana bisa sampai seperti ini, perasaan dia hanya membahas perkembangan So hyun tadi malam, tapi kenapa dia bisa sampai tertidur dipaha Baekhyun. apa dia mabuk semalam? bahkan dia belum pernah menyicip rasa alkohol. bodoh

masih dengan gerakan pelan, menyimpan rasa terkejutnya yang masih dirasakannya. melihat Baekhyun juga tengah tertidur pada posisinya. sangat tidak nyaman melihat posisinya sekarang dengan bantal yang menyangga kepalanya tapi Baekhyun terlihat pulas, mungkin pria itu sudah terbiasa tertidur seperti itu dulu kala masih menjadi dokter jaga IGD.

Somi mengambil tasnya lalu dengan langkah mengendap dia mulai membuka pintu

clkek

suara yang tak diharapkan itu terdengar begitu keras ditengah keheningan malam, Somi menyesalkan suara yang ditimbulkannya, merutuki dirinya sendiri. dengan pelan dia menengok kearah Baekhyun yang masih pulas diposisinya, terlalu lelap untuk merasa terganggu suara pintu yang dibukanya, tersadar masih ada waktu Somi segera melangkah keluar ruangan yang tak seberapa luas tapi membuatnya terasa panas.

Kim Somi apa kau gila!, sesalnya mengambil langkah cepat menghindari ruangan itu seolah takut seseorang didalam sana segera sadar akan kepergiannya.

tangannya mendorong pintu kamar bernomor 247. gelap, tidak seperti biasanya, siapa yang mematikan ruangan adiknya?. dengan raut wajah datar dan perasaan takutnya Somi meraba dinding kamar mendapatkan saklar lampu yang tak jauh dari pintu

klik

sinar lampu meneranginya, membuat silau seorang laki-laki yang tertidur disofa yang kemudian mengerjapkan kelopak matanya.

sayu-sayu dia mulai bangun, mendapatkan seorang wanita masih mematung menempelkan jari telunjuknya pada saklar lampu sedang menatapnya tajam, seolah masih meyakinkan dirinya bahwa orang yang dilihatnya benar-benar dia. Kim Kai

"Somi?" suara serak Kai menyadarkannya dari ketakutan yang sempat menghampirinya, lagipula dia tidak memberinya kabar akan kembali dari Busan setelah menyelesaikan kuliahnya.

laki-laki itu memang sedang disibukkan dengan skripsi terakhirnya, tahun ini Kai benar-benar ingin segera lulus dia sudah tidak sanggup lagi menahan diri agar tidak berjauhan lebih lama dari So Hyun, sempat menyesal karna menunda kuliahnya 2 tahun pada awal semester 3. saat itu dia sudah tidak sanggup lagi melanjutkannya, otaknya sudah dirasa tidak mampu lagi untuk menyerap ilmu.

fakultas hukum, dengan berbagai macam alasanpun dia tidak bisa untuk menyukainya, masih menjadi misteri kenapa dia mengambil jurusan itu jika dia sendiri tidak berminat.

tapi disisi lain dia pria yang sangat setia walau tau keadaan So hyun seperti ini. Somi juga dibuatnya bingung apa yang sebenarnya Kai sukai dari adiknya sampai membuatnya setia dan bertahan hingga sekarang. bahkan So hyun pun tidak dapat dipastikan akan sadar atau tidak mengingat sudah 2.5 tahun dia tetap tak ada perkembangan yang signifikan

dalam kondisi seperti ini, saat mungkin orang lain sudah memutuskan untuk memilih pergi dan mencari yang lebih pasti, Kai tidak demikian. dia masih bertahan untuk So hyun, satu-satunya orang yang masih peduli terhadapnya dan berharap kesadaran kekasihnya

"sejak kapan kau datang?" tanya Somi kemudian pada pria yang sudah mengubah posisinya. tanpa ingin melihatnya lebih lama Somi hanya melewati Kai dan menilik So hyun ketempat tidurnya. masih sama

"pukul 10. kau baru pulang?" tanyanya lagi menengok kearah Somi.

gadis itu masih sama, pekerja keras, mengorbankan masa mudanya untuk bekerja mengingat So hyun sangat membutuhkan perawatan yang lebih, bukan dengan biaya yang murah tentunya, dia sendiri bisa merasakan tekanan dan kesakitan yang harus ditahan Somi, sebagai seorang wanita tak akan mudah menjalani kehidupannya yang berat seperti ini apalagi usianya masih muda. 20 tahun, 5 tahun dibawahnya

sayangnya Kim Sehun, pria berengsek itu yang juga seusianya tak pernah bertanggung jawab pada perannya sebagai seorang kakak untuk kedua adiknya, Somi dan So hyun. kenapa juga kehidupan begitu keras memperlakukannya

ujung matanya masih menatap tajam kegiatan Somi. sungguh jika dia sebagai laki-laki harus mengalami hal serupa dengannya mungkin dia juga tidak akan sanggup, haruskah dia melarikan diri seperti Sehun? mungkin saja tapi tidak dengan meninggalkan juga mereka dengan setumpuk hutang. Sehun sialan. dia terlalu brengsek sebagai seorang kakak

sedikit melepaskan nafasnya yang terasa menyendat didada

"aku baru membahas perkembangan So hyun diruangan dokter Baek dan ketiduran disana" jawab Somi menghampirinya, duduk disebelah Kai, sepertinya laki-laki ini benar-benar baru sampai di Seoul melihat banyak sekali barang yang dibawanya

"ketiduran, diruangannya?" tanya Kai, seperti tak percaya. jangankan dia, Somi sendiri masih tak habis pikir bagaimana dia bisa sampai tertidur disana, dipaha Baekhyun pula. adakah rasa lelah yang Somi rasakan setara dengan alkohol yang membuatnya mabuk sehingga dia tak bisa mengingat cara dia tertidur.

"iya" jawabnya singkat lalu meninggalkannya kekamar mandi, apakah dia juga lupa jika sehari ini dia juga belum membasuh badannya

waktu istirahatnya sangat singkat tadi malam, apalagi lehernya masih terasa pegal dan kaku karna insiden tertidurnya dipaha Baekhyun. entah apa yang harus dia katakan pada pria itu jika nanti bertemu, haruskah dia meminta maaf karna pergi begitu saja atau marah karna Baekhyun membiarkannya tertidur dipangkuannya dan tidak membangunkannya?

hal itu masih Somi pikirkan sampai dia tiba pada koran terakhirnya, seperti biasa setiap pagi dia mengantarkan koran, lalu bergegas ketempat laundry hari ini cukup beruntung karena dia akan datang tepat waktu, jadi dia akan terhindar dari ocehan atasannya yang selalu mengancam akan memecatnya.

"tumben?" seorang karyawan lain berkata. Somi hanya membalasnya dengan senyuman dan segera memulai pekerjaannya

disatu sisi, seorang laki-laki tengah mengingat kejadian tadi malam dibalik salah satu meja cafe, disaat waktu libur jaganya siang ini. tiba-tiba senyumnya merekah, bahagia? ya sudah seharusnya Baekhyun bahagia seorang gadis yang sudah dia taksir hampir 2 tahun itu akhirnya bisa terlelap didekatnya. sebenarnya sudah lama dia ingin lebih dekat dengan Somi, tapi melihat kesibukannya bekerja, hingga kadang tidak bisa menjenguk So hyun membuatnya mewurungkan niatan untuk mengungkapkan perasaannya. dia terlalu takut gadis itu akan menolaknya. apalagi dia adalah dokter yang menangani So hyun selama ini.

sebenarnya dia sadar saat Somi pergi darinya tadi malam, bukan karena dia tidak bisa tidur dengan posisinya yang tidak nyaman, ya walaupun hal itu ada benarnya lagipula siapa yang dapat tidur saat posisi tidurnya saja tidak nyaman

bukan karna itu, tapi untuk kali pertamanya dia bisa menatap wajah Somi dari dekat bahkan terlelap dipahanya, mana bisa dia kemudian terlelap tidur begitu saja saat apa yang diinginkannya selama ini terjadi. dia sendiri tidak menyangka saat wajah Somi jatuh kepundaknya saat dia sedang menjelaskan kondisi So hyun.

Somi terlihat sangat lelah malam tadi hingga tak tega membangunkannya untuk berpindah posisi. yang berakhir dia sendiri yang memindahkan Somi untuk tidur dipahanya.

cukup lama sampai wanita itu terbangun dan meninggalkannya diam-diam, padahal dia melihat bagaimana caranya dia menjaga langkahnya agar tidak menganggu tidurnya, sungguh sangat lucu. ditambah lagi suara pintu yang dibukanya percayalah sekalipun dia tertidur, mendengar suara pintu dibuka pasti dia akan terbangun juga, apalagi telinganya sensitif terhadap suara, mungkin karena terbiasa mendapat panggilan saat tidur malam pada jaman dia masih menjadi Co. Ass

Baekhyun menyesap lagi Coffee Lattenya memikirkan bagaimana dia harus mengungkapkannya. haruskah dirumah sakit? atau mengajaknya dinner romatis diluar?. ah tidak, Somi terlalu sibuk untuk hal semacam itu, yang ada dia malah akan menerima penolakan pertamanya sebelum sampai berkata 'i love you'

tidak, tidak mungkin kenapa memikirkan hal semacam itu saja membuat Baekhyun menjadi sakit perut. lalu bagaimana dia akan bisa mendapatkan hati Somi?

tak terasa sudah hampir jam 11 siang ini. Somi juga sudah rapi dengan penampilannya, kemeja putih dengan rok span yang menjadi seragamnya direstoran milik Irene. harus diakui dia tepat waktu lagi sekarang, itu sedikit membuatnya bangga jarang dia bisa on time pada pekerjaan selanjutnya.

masih sedikit sepi untuk satu jam awal restoran dibuka, tapi lihat saja setengah jam sebelum jam makan siang restoran itu sudah tidak memiliki celah lagi, bahkan ada yang sampai rela menunggu dikursi luar restoran demi bisa menyantap menu yang disediakan dari restoran tersebut. dan disaat seperti itu jangan harap karyawan bisa istirahat makan. lupakan hal itu untuk sejenak sampai semua pengunjung restoran telah lebih dulu puas oleh pelayananmu, hal ini juga yang selalu jadi motto restoran.

dan saat-saat itu sedang terjadi sekarang. tidak satupun yang terlihat santai, semuanya pelayan memegang buku menu, menulis menu pesanan, mengantar makanan, membersihkan meja yang mengosong untuk dipakai pengunjung yang lain.

sudah 2 jam terlalui, pesanan mulai berkurang, pengunjung juga mulai pergi. tapi waktu istirahat belum juga datang sedangkan restoran akan tutup sekitar satu setengah jam lagi.

jangankan Somi, pelayan lain pun sudah banyak yang berbisik menanyakan kapan mereka akan istirahat. sampai seorang wanita keluar dari ruangannya dan mengisyaratkan pada penjaga pintu untuk mengganti papan tulisan didepan pintu masuk utama restoran tersebut menjadi petunjuk kata 'istirahat'. sesuatu yang para pegawai nantikan akhirnya tiba.

begitupun Somi tak akan melewatkan setengah jamnya untuk istirahat, kakinya sudah sangat nyeri untuk berjalan mondar-mandir sedari tadi

setelah mengambil makanan yang disediakan Somi mulai duduk sekedar merehatkan kakinya juga untuk menikmati makan siangnya. belum juga sempat memasukan sesendok makanan kedalam mulutnya, seseorang telah memanggilnya

"Somi. kau dipanggil nona Irene untuk makan diruangannya" kata Joy setelah menepuk pundaknya, dan kembali meninggalkannya. terlihat pelayan lain mulai mengamatinya aneh, percaya saja mereka sedang menggosip kedekatannya dengan pemilik restoran mereka sekarang. tapi Somi peduli apa, yang ada dia segera membawa makanannya keruangan Irene. bukan bermaksud untuk menyombongkan diri karena dia lebih dekat dengan atasannya tapi karna dia tau akan selalu seperti itu reaksi orang lain saat si miskin lebih dekat dengan si kaya. pasti penonton akan berkata 'si miskin hanya mengincar uangnya!'. drama kehidupan yang sangat tidak berfaedah! itulah kenapa Somi tak pernah berbicara perihal kehidupannya pada orang lain.

"sini Somi!" sambut Irene saat Somi membuka pintu ruangannya, tak perlu ijin atau ragu-ragu lagi Somi segera mendudukan bokongnya disebelah Irene yang juga disambut dengan senyumannya dan tak lama kemudian berubah menjadi gelak tawa, bagaimana tidak Somi yang sudah kelaparan dari tadi pagi belum makan apapun tak sabar lagi untuk menahan laparnya dan sekali dia menyuapkan makanan kedalam mulutnya dia terus saja menjejalkan beberapa sendok nasi sekaligus.

matanya membulat sekarang mendengar Irene menertawakannya, adakah yang salah? Somi sudah teramat lapar, bahkan kakinya sudah gemetar sejak tadi.

masih menatap Irene bingung sambil mengunyah makanan yang penuh dimulutnya

"aduh perutku sakit Somi-" katanya memegangi perutnya sendiri

kenapa?, satu pertanyaan muncul diotaknya tapi tak dia realisasikan karna mulutnya sibuk mengunyah, hanya saja tatapannya mungkin sudah cukup mengisyaratkan pertanyaannya pada Irene yang kemudian berusaha menahan tawanya

"kau sama sepertiku dulu!" ungkap Irene membuka alasannya tertawa sampai membuat perutnya sendiri sakit. Somi hanya terdiam melanjutkan makanannya

"aku dulu sama sepertimu kalo makan kaya gitu, beda banget sama saudara kembarku" kata Irene lagi. kali ini sukses membuat Somi berhenti mengunyah, saudara kembar?. maksutnya wanita secantik Irene ada dua dimuka bumi? entah hanya saja pikiran itu mencuat begitu saja diotaknya kali ini.

sesegera mungkin Somi menelan makanannya, ingin mendengar lagi kelanjutan kata-katanya atau setidaknya bertanya tentang maksutnya saudara kembarku.

Somi menatap Irene dalam mencoba bertanya, walau tidak ditanyakannya secara gamblang mengenai ucapan terakhirnya karna hanya tatapan Somi yang menunjukan rasa penasarannya

entah kenapa raut wajah ceria Irene kembali mendingin, sedikit menunduk

"ada apa?" tanya Somi pada akhirnya, melihat mood mode Irene berubah seketika

"aku memang punya saudara kembar, dia lebih baik dan lebih girly daripada aku-" katanya terhenti seolah berat untuk mengatakannya, Somi semakin menatap penasaran Irene sekarang. apakah sesuatu yang menyedihkan?

"namanya Airen. dia berkali-kali lipat lebih baik dan cantik, sifatnya juga lebih halus dan hangat" jelasnya lebih detail, Somi mengangguk. Somi tau itu, bahkan Irene yang dikenalnya sekarang berada depannya juga seperti itu, dia malah seperti sedang mendeskripsikan dirinya sendiri menurut Somi

"lalu dimana saudara kembarmu sekarang, apakah di Selandia Baru?" tanya Somi penasaran sambil memasukan lagi sesendok nasi kedalam mulutnya, yang ditanya malah kelihatan bingung? murung? atau malah sedih? Somi tak bisa menebaknya

"dia juga ada disini sekarang!" jawabnya menatap kosong keluar jendela kaca, Somi segera menoleh seolah berkata, Benarkah? dimana!.

belum juga Somi sempat menjawab, Irene telah lebih dulu memegang dada kirinya dan jika Somi tidak salah lihat sekarang matanya sedang berkaca-kaca

"Airen mendonorkan mata dan jantungnya untukku"

seolah kehilangan nafsu makannya Somi berhenti mengunyah, apalagi saat air mata Irene menetes. jadi maksutnya apa lagi sekarang?

Somi tertegun, menatapnya penasaran, meletakan piring yang sedari tadi dipangkunya keatas meja dan mendekat ke Irene

"aku tidak paham?" hanya itu kata-kata yang bisa diproses diotaknya sekarang melihat Irene, pemilik restoran itu menangis didepannya sekarang

Irene segera menyeka air matanya menatap Somi yang memasang muka bingung dan penasaran sekaligus

"dulu aku dan Airen mengalami kecalakaan, sayangnya Airen kritis dan koma selama 9 bulan, sedangkan aku baik-baik saja hanya saja karna benturan dikepala mataku menjadi buta-"

ceritanya kemudian, Somi terlihat serius mendengarkannya bahkan dia tak kuasa untuk tidak memegang tangan Irene. hanya mendengarnya saja membuat Somi dapat melihat penderitaan Irene saat itu

"karna tak ada perkembangan dari Airen akhirnya orangtua kami memutuskan untuk merelakannya. hanya saja-" kata-katanya terpotong terlihat mencoba mengatur nafasnya, Somi mengusap punggung tangannya

"orangtuaku menginginkan Airen untuk mendonorkan jantung dan matanya untukku, jelas aku menolaknya. aku mungkin tidak sebaik Airen tapi untuk mengambil organnya disaat akhir hidupnya, aku tidak setega itu pada saudara kembarku sendiri!" katanya lagi diiringi air matanya yang kembali membasahi pipinya. Somi masih tak bisa berkata apapun, hanya saja dihidup ini dia sadar memang tidak ada cerita yang berjalan mulus, tidak ada yang mudah. tapi siapa sangka Irene memiliki kisah tragis seperti itu dibalik wajahnya yang dingin

"aku memang memiliki gagal jantung dari kecil, karena itu juga orangtuaku terus memaksaku menerima donor dari Airen. mereka bilang setidaknya mereka akan bahagia jika bisa melihat mata Airen ada padaku!" lanjutnya. entah kenapa mendengar cerita Irene membuat hati Somi terasa teriris apalagi mengingat So hyun yang sudah begitu lama tidur dalam komanya, apakah iya usahanya selama ini juga berakhir sia-sia. tidak! itu tidak akan terjadi! So hyun harus bangun bagaimanapun caranya! tiba-tiba saja pikirannya membawanya ke So hyun

"maaf aku membuatmu mengingat kejadian itu" kata Somi kemudian, seolah merasa bersalah karena telah membiarkannya menceritakan hal terpahit bagi Irene. Somi tau tidak mudah baginya untuk menceritakan pengalaman hidup yang sangat kejam mentakdirkannya harus seperti ini

"tidak, aku malah lega bisa bercerita denganmu setelah sekian lama aku merasakan penderitaanku sendiri!" jawabnya setengah tersenyum, walaupun terlihat sedikit dipaksakan

"sejak saat itu aku merasa hidupku bukan hanya milikku tapi juga milik Airen, aku berusaha mengubah penampilanku layaknya Airen bahkan cara berbicara dan hal-hal yang Airen sukai aku juga berusaha menyukainya, termasuk seseorang yang Airen suka!"

[ WATTPAD 4BABYBOO_ ]