webnovel

Sky-01

Apa yang bisa kau banggakan dari kulit seputih salju,mata sipit berbulu mata lentik,bibir tipis merah muda bak cherry dan senyuman semanis gula?

Bagiku,itu bukan suatu kebanggaan.

Hal itu biasa saja,tidak ada yang perlu di banggakan.

Kwon Soonyoung.

Pemuda manis seperti dirinya tak banyak yang mengenali.

Selain sifatnya yang tertutup ia juga sukar untuk berteman.

Kwon Soonyoung bekerja disebuah kafe seberang perkuliahan.

Soonyoung,itu adalah nama panggilan untuk dirinya selama ini.

Pemuda manis itu perlu menghidupi dirinya dan juga orangtua dikampung halaman.

Menjadi tulang punggung keluarga,hidup ditengah kota Seoul begitu rumit.

Soonyoung sendiri terpaksa harus putus sekolah karena ketidak adanya biaya,terakhir kali pemuda itu bersekolah saat umur 18 tahun.

Kini usianya sudah menginjak 23.

Soonyoung hanya tinggal disebuah flat sederhana disekitar tempat kerjanya.

Pemuda bermata sipit itu cukup rajin dalam bekerja,akan tetapi tak dapat dikenali banyak orang karena sifat tertutupnya.

Hong Jisoo adalah satu-satunya teman dekat pemuda pendiam tersebut.

Hanya dia yang mau berteman dengan Soonyoung.

Akan tetapi,Soonyoung malah tidak menyukainya.

Kenapa?

Karena mereka menyukai pria yang sama selama ini tanpa Jisoo sadari.

Kendaraan beroda empat itu melaju dengan kecepatan sedang menuju suatu tempat.

Si pengemudi tampak sedikit bernyanyi mengikuti alunan musik lewat ponselnya.

Lee Seokmin.

Pria berhidung bangir itu selalu tampak ceria.

Mobil mewahnya telah sampai pada sebuah restoran mahal dipusat kota Seoul.

Segera,kaki panjang pria itu masuk kedalamnya.

"Soo-ya,sudah lama menunggu?" Jisoo menggeleng,lelaki dengan bibir kucing itu mempersilahkan Seokmin untuk duduk.

"Bisa temani aku ketoko buku hari ini,refrensi bacaanku telah habis." Seokmin setuju saja.

Keduanya berbincang ria sembari menikmati hidangan masing-masing.

Sesekali melempar candaan.

Ada satu pekerjaan tambahan Soonyoung saat ini,yakni menjaga toko buku.

Toko buku itu berjarak sekitar satu kilometer dari tempat flatnya berada.

Pemuda berpipi chubby tersebut kadang juga akan ikut membaca seperti pengunjung lainnya.

Seperti sekarang ini,ia duduk secara santai disudut toko dengan kedua tangan memegang buku bertajuk astronomi.

Soonyoung menjadi gemar membaca saat menjadi penjaga perpustakaan.

Ia satu-satunya karyawan di toko itu,pemilik toko mau menerimanya karena alasan masa lalu.

Hanya pemilik toko yang tahu bagaimana sifat asli seorang Kwon Soonyoung.

Kriiinnggg

Suara bel pintu masuk berdering.

Pertanda bahwa ada pengunjung,pemilik toko menyambut tamu mereka dengan baik.

Soonyoung menyudahi bacaannya,kemudian ia berjalan mengelilingi rak-rak buku yang menjulang tinggi untuk merapihkan kembali buku-buku yang belum tersusun secara rapi.

Jari-jari berisi Soonyoung bergerak lihai menyusun segala macam buku sesuai isinya.

Dibelakangnya,terdapat Jisoo dan Seokmin sedang melihat-lihat buku yang terpajang.

Soonyoung menyadari bahwa itu mereka,segera ia bersembunyi sambil memasang masker warna hitamnya.

Sebisa mungkin ia tak bertemu dengan Jisoo maupun Seokmin.

Relung hatinya terasa sakit saat melihat pujaan hatinya tertawa bersama orang lain.

Soonyoung kalah dalam hal menaklukan hati Seokmin.

Keduanya kembali berjalan menyusuri rak buku,Soonyoung menghela nafas setelahnya.

Kini,Soonyoung makan siang dibelakang gedung toko buku. Soonyoung tak suka makan ditempat ramai,maka dari itu ia memilih makan menyendiri.

Seekor kucing terbuang menghampiri Soonyoung. Bulu kusut serta bau kotoran melekat pada kucing itu,bukannya merasa jijik Soonyoung malah mengelus bulu bau kucing itu.

"Kau lapar? Ini,makanlah bekalku hingga kenyang." Soonyoung menaruh kotak bekalnya ditanah untuk kucing itu santap.

Walaupun rasa lapar menderanya,Soonyoung pikir hewan malang itu lebih membutuhkan daripada dirinya.

Masih mengelus bulu kasar kucing,Soonyoung mengalihkan mata sipitnya kesegala arah.

Pandangan matanya menemukan kotak bekas disamping tong sampah.

Dari duduk jongkoknya,Soonyoung berdiri untuk mengambil kotak lusuh tersebut.

Maksud hati ingin memelihara kucing buangan itu.

"Nenek Kakek,aku pulang dulu."

"Oh,hati-hati dijalan..Soon-ah."

Soonyoung membawa kotak yang berisikan kucing didalamnya.

Sampai di flat sederhananya,Soonyoung segera memandikan kucing yang ia pungut tadi kemudian memberinya sedikit sisa makan malamnya kemarin.

Soonyoung itu suka kucing..sewaktu kecil ia mempunyai banyak kucing dirumah. Bukan membeli,tapi hasil pungutannya jikalau sudah pulang sekolah atau tak sengaja bertemu diladang.

Orangtua Soonyoung tak pernah melarang anaknya untuk memelihara hewan. Mereka malah turut senang.

Soonyoung terduduk diatas lantai dingin kamar flatnya,sembari memperhatikan kucing barunya yang terlihat lebih segar dan terawat.

"Aku harus memberi namamu apa?" tanya Soonyoung pada diri sendiri.

Soonyoung menggigit bibir bawahnya bingung,dengan posisi kaki menekuk hingga menyentuh dagu.

Seketika kepalanya yang ia tundukan tadi menegak dan mata berbinar,

"Hoshi..bagaimana kalau Hoshi? Apa kau suka kuberi nama itu?"

Meoowww…

Aungan kucing tersebut setidaknya membuat Soonyoung sedikit tersenyum simpul.

Ia mengelus kepala kucing barunya dengan lembut.

"Sekarang kau punya nama,Hoshi."

Soonyoung bangkit menuju kasur kecilnya,kemudian menarik selimut tipis itu sampai dagu.

Malam semakin larut,Soonyoung putuskan untuk segera tidur.

Hoshi duduk meringkuk dibawah kaki ranjang tuannya. Kucing berjenis kelamin laki-laki itu tampak menjilati bulunya yang sekarang lebih lembut daripada sebelumnya.

Keesokan paginya,Soonyoung tampak buru-buru memakai sepatu lusuhnya dan hampir lupa membawa tas yang terletak disamping pintu masuk flatnya.

Hoshi yang baru bangun tidur pun mengelus kaki Soonyoung yang sudah terbalut celana jeans dengan bulu lembutnya.

"Hoshi,aku titip flat ini padamu. Aku akan segera pulang dan membawakan makanan untukmu." Soonyoung menepuk-nepuk kecil kepala kucingnya.

Kemudian berlari secepat yang ia bisa menuju kafe.

Hampir saja ia terlambat masuk kerja.

Segera,Soonyoung memakai baju pelayannya dan mulai bekerja.

Terik disiang hari membuat siapa saja pasti akan merasa haus.

Seokmin memilih berteduh sebentar didalam kafe yang letaknya tak jauh dari lokasi perkantoran.

Kaki jenjang pria itu langsung menuju kasir untuk memesan secangkir minuman dingin.

"Ice vanilla latte satu." ujar Seokmin.

"Ah ya,tunggu sebentar Tuan."

"Hei Soon,tidak perlu se-formal itu padaku. Aku ini kan temanmu."

Walaupun keduanya sering bertemu,tapi mereka jarang untuk berbicara.

Soonyoung hanya diam sambil membuat pesanan Seokmin.

"Maaf,tapi ini masih jam kerja. Jadi saya harus lebih sopan pada pelanggan yang datang." Soonyoung berbicara tanpa mengalihkan pandangan matanya dari kegiatan membuat ice vanilla latte.

Selesai membayar pesanan,Seokmin pun memilih duduk didekat jendela kafe.

Soonyoung kembali melanjutkan tugasnya.

Seokmin selalu mencuri pandang kearah Soonyoung.

Memperhatikan setiap gerakan yang lelaki hamster itu buat. Seokmin tersenyum simpul saat ia melihat cara melayan pada pengunjung yang baru datang.

"Bahkan kau tidak pernah tersenyum seperti itu padaku." Seokmin mengulas senyum pahitnya.

Selama mengenal Soonyoung,tak pernah ia mendapatkan ataupun melihat seulas senyum dari bibirnya.

Seokmin selalu bertanya dalam hati,pernahkah ia berbuat salah hingga tak dapat melihat keceriaan dari Soonyoung selama ini?

Pemuda manis itu selalu tertutup bila bersama Jisoo atau dirinya. Tak terlalu banyak bicara,sekalinya membuka bibir maka hanya singkat kata saja yang keluar.

Bahkan tak akan ragu mengeluarkan kata sarkas sekaligus tajam.

Jam makan siang tiba,Soonyoung mengambil satu kantong besar plastik sampah yang terdapat disamping pintu belakang kafe.

Ia segera membuang sampah tersebut pada tempatnya.

Selesai pada pembuangan sampah kemudian Soonyoung beranjak mengambil kotak bekal pada tas punggungnya.

"Kau cukup rajin sebagai karyawan,Soonyoung-ssi. Jadi gajimu aku naikkan bulan ini,ambilah." Tanpa banyak bicara Soonyoung pun mengambil amplop coklat yang atasan berikan padanya.

Soonyoung berinisiatif untuk membeli makanan kucing.

Satu belokan lagi menuju klinik.

Soonyoung sengaja mendatangi klinik hewan disekitaran kafe,menurut informasi yang ia tanyakan pada sesama karyawan kafe.

Bahwa ada sebuah klinik hewan yang menjual berbagai macam jenis makanan kucing maupun binatang lainnya.

"Permisi,aku ingin membeli makanan kucing. Apa disini masih ada?"

"Tentu tuan,berapa usia kucing anda?" ini yang membuat Soonyoung kembali bingung.

Ia baru memungut Hoshi kemarin,ia juga tidak tahu berapa usia kucing tersebut.

"Tidak tahu. Tapi seingatku ia sebesar ini," Soonyoung tampak membuat gestur tangannya seukuran tubuh Hoshi.

Si penjaga toko langsung mengangguk paham.

Satu kantung berukuran sedang ia sodorkan pada Soonyoung.

Ini pertama kalinya ia membeli makanan khusus kucing,dari dulu ia hanya akan memberi makan kucing-kucingnya menggunakan kepala ikan bercampur nasi atau bahkan ikan mentah.

"Terimakasih." setelah membayar,Soonyoung sedikit berlari pulang menuju flat.

Takut Hoshi kelaparan.

Meoowww…

Dan benar saja,Hoshi langsung menarik kecil celana yang Soonyoung pakai.

Segera,Soonyoung buka dan tuangkan makanan hewan itu dalam mangkuk kecil. Kemudian menyodorkannya ke hadapan Hoshi.

"Semoga kau suka." Soonyoung melempar tas punggungnya keatas kasur,lalu menyambar handuk yang tergantung dibalik pintu kamar mandi.

Bahan makanan Soonyoung hampir habis,yang tersisa dalam kulkas hanyalah seikat bayam,satu bungkus kimbab dan mie ramyeon.

Besok ia harus pergi berbelanja.

Persediaan makanannya sudah kosong.

Menu makanan Soonyoung malam ini hanyalah mie ramyeon dan kimbab.

Melihat Hoshi makan begitu lahapnya mampu membuat sudut bibir Soonyoung sedikit naik keatas.

Walau hanya seulas senyum tipis tapi itu bisa menenggelamkan kedua mata kecilnya diantara pipi gempil seputih susu tersebut.

Kini ada Hoshi yang menjadi teman tidurnya,atau bahkan tempat curhatnya mungkin.