webnovel

Singa, Gajah dan Kuda

“A..aku bukan pencuri... aku gak mencuri..” dengan bergetar Emma sedikit marah karena dituduh mencuri

“Lalu apa orang yang mengendap-endap keluar dan masuk rumah kalau bukan pencuri? Hah?!”

“A..ku cuma ingin lihat gajah...si..singa...” Emma ketakutan

“Aku gak percaya alasanmu! Sini! Cepat kemari!” Tae mengayun ayunkan rotan itu dihadapan Emma. “Sepertinya kau harus di hukum karena kelakuanmu yang seenaknya di rumah ini!”

“A..aku.. cuma...ma..mau lihat kuda menari...”

“Jangan mengada ada! Di mana lihat kuda menari! Jangan banyak alasan! Cepat kesini!” Tae berdiri di seberang kolam renang dan Emma berada di sisi yang lain.

“A..aku takut..maaf!”

“Terlambat! Kau harus dihukum berat karena keluar malam dan melawan peraturan di sini. Tak ada kapoknya kamu berbuat nakal!”

Emma lemas.. ia baru saja senang melihat kuda menari dan singa juga gajah, tak berpikir akan berujung seperti ini. Emma memang tak pernah berpikir panjang ia selalu melakukan apa yang ia ingin lakukan saat itu.

“Cepat kesini! Aku hitung sampai 5, kalau tak juga kesini hukumanmu aku lipat gandakan! 1...2...3....4... Kamu menantangku gadis nakal? 5! Thats it! Kau emang pembangkang. Tunggu di sana, kau menguji kesabaranku!” Tae menuju ke tempat Emma berdiri.

Tanpa memberi peringatan Emma terjun ke dalam kolam renang.

“Byuuurrr!”

“Hey anak nakal apa yang kau lakukan!” Tae kaget dengan apa yang dilakukan Emma. Malam itu dingin karena musim panas sudah mulai berakhir.

“No.. aku di sini ajah..brrrr..., aku takut, aku gak mencuri, brrrrr....aku cuma lihat kuda...” Emma mengigil dan air kolam renang itu lumayan dalam setinggi hidung Emma.

“Ini sudah malam cepat naik! Nanti kau sakit malam menyusahkan aku! Cepat naik! Sedikit lagi kau tenggelam.”

“No..a..aku disini ajah. Kalau aku harus mati aku ada di dalam air... brrr...rrr..”

“Cepat naik.. kau mau mati..?”

“Biii..biaaarr... aku takut..naikpun aku akan mati dengan rotan it..it..itu.” suara Emma sudah tak jelas karena air memenuhi mulutnya.

“Cepat naik atau aku akan bertambah marah!”

“Tap..tapi tuan Tae sud..sud..sudah marah!”

“Ya tapi aku tak bertambah marah! Aiissh anak ini! Kepala batu!”

“Bu..buang dulu ro..rotan itu.. a..aku takut..”

“Kalau kau takut rotan ini makannya jangan pernah bandel dan nakal seperti ini lagi! Ayo naik!”

“Bu..buang dulu yang jauh..jauuh..”

“Cck...okey aku buang! Tapi kau harus berjanji untuk langsung naik!”

“Bu..buang duluuu..yang jauh kesanaaaa...!”

“Okey.. aku buang!” Tae membuang rotan itu ke tengah taman. Dan Emma berjalan mendekat ke pinggir kolam. Tapi kakinya keram karena sedari tadi ia menjinjitkan kakinya terlalu lama untuk mempertahankan agar air tak masuk ke dalam hidungnya.

“A..bbleep..kkerr..bleeepp...” kepala Emma tenggelam di dalam air dan tangannya menggapai lemah. Tanpa menunggu lama Tae langsung terjun ke dalam air untuk menolong Emma.

“Paaaark, G!! Keluar kalian! Byuuurrr..” Tae mengapai Emma. Tinggi Tae melewati dari pada kedalaman air kolam ini. Lain dengan Emma yang tingginya hanya seketek Tae, ia sungguh mungil dibanding anak seumurannya.

Tae menangkat Emma beruntung Emma tak menelan air terlalu banyak, tapi sepertinya Emma lemas dan pingsan.

“Park tarik keatas! G ambilkan handuk!” Tae mengambil alih Emma dari tangan Park.

“Baik Tuan..”

Tae menatap Emma yang belum sadar dan melihat badan Emma yang terceplak jelas di bawah baju basah itu.

“Anak ini, cukup menggoda, kulitnya mulus dan badannya ramping... Aiish apa yang aku pikirkan sih! G aku akan ganti baju, gantikan baju basah emma dengan yang kering dan hangat. Park suruh dapur membuat sup dan minuman hangat!” lalu Tae mengganti bajunya di kamar.

“Apa anak itu sudah bangun?”

“Belum Tuan, badannya dingin sekali. Apa harus memanggil dr,Stacey?’

“Tak perlu...” Tae menggosok-gosok tangan Emma dengan tangannya. Lalu Emma bergerak dan mengigau.

“Maaf, takuut... dingin... liat singa dan ku..kuda menarii.. uhuuk.. uhhhuhuhuuh..” lalu Emma menangis piluu

“Anak ini polos.. ia tak berbohong..” Tae merasa bersalah terlalu keras tadi

“Eommaaa.. dingiiin....” Emma menggigil.

Lalu Tae mengangkat badan Emma agar terduduk dan memaksanya minum minuman hangat. Sedikit-sedikit Emma mau meminumnya. Lalu dengan nyaman ia memeluk Tae yang berbadan hangat dan tertidur dengan nyenyak.

“Iiissh..gadis bodoh ini seenaknya saja mencari hangat di atas badanku,” gerutu Tae.

“Maaf Tuan Tae, akan saya bangunkan agar tua bisa beristirahat.” G ingin mengangkat Emma menjauh dari Tae.

“Jangan! Biarkan saja. Ambilkan selimut dengan pemanas.”

“Baik Tuan..” G menyelimuti Tae dan Emma dalam satu selimut.

“Kalian tunggu di sofa itu. Aku mulai mengantuk.”

Emma mempererat pelukannya dan mendusel hangat di atas dada Tae menghadap ketiak Tae yang sudah pasti wangi.

“Gadis bodoh ini kenapa lucu sekali...nyaman sekali memelukku. Eh..hihih..ia menghisap ibu jarinya..hihii... Aku biarkan apa aku copotnya? Tapi ia nyaman sekali seperti itu... Biar sajalah.”

“Aaaaaaaarrrrrkkkh.. Noona G!!!!!” teriak Emma pagi-pagi sekali ketika ia tersadar tidur dalam pelukan Tae.

“Ahhhh.. kau berteriak di dekat telingaku Emmaa!”

“Tuan Tae kenapa tidur di sini? Apa kasur tuan ketakutan? Kasur tuan rusak?” tanya Emma tanpa curiga berlebihan

“Aku tak takut apa pun! Kau yang ketakutan tadi malam dan nyebur ke dalam kolam! Lalu kau mengigil parah aku hanya menghangatkanmu! Jangan besar kepala!” Tae bangun dan membiarkan Emma tersungkur di atas kasur.

“Awww..hidungku uhukk..uuuww..syakit noonaaa.”

“Ssshh..jangan nangis... nanti Noona tiup.”

“Tapi yang harus tiup itu Tuan Tae karena ia yang mendorongku jatuh!”

“Apaaa?”

“Ssshh.. nanati noona ajah tuan Tae mau mandi dan pergi kerja!”

“Huuk..huuuk...hidungkuu..huuuk...”

“Jangan menangiss..cup..cup..cup..”

“Uhuuukk..huuk...”

“Okey aku tiup! Huuuff! Huuuufff! Sembuh!” Tae meniup hidung mungil Emma.

“Sudah sembuh?” tanya G

“Ya sudah.....” Emma nyengir kuda

“Nona Emma bilang apa sama Tuan Tae...?”

“Tuan Tae Emma minta maaf karena Emma pergi gak bilang, itu karena Emma mau lihat Gajah, Singa dan kuda. Emma gak tau kalau harus bilang jika kabur dari rumah. Emma pikir Emma boleh keluar dari pintu kecil itu harusnya kita punya singa untuk hiburan di rumah ini Tuan Tae boleh kan kita punya gajah? Soalnyaa..” Emma berbicara tanpa putus..

“Stoooooppp, bicaramu panjang sekali tanpa tanda baca! Sudah aku maafkan! Jangan diulang. Hukumannya kau tak boleh keluar rumah selamanya dan tak boleh memelihara gajah, kuda dan singa!” Tae pergi berlalu dari kamar itu untuk bersiap ke kantor.

“Huuuuwaaaaaa....” tangis Emma semakin kencang

“Sssshh.. kenapa Emma malah nangis..?’ tanya G

“Kalau Emma gak dihukum, tuan Tae mau membelikan singa, gajah dan kuda! Huuwaaaaaawww..”

“Ya tidak juga begitu sih... Sudah ya.. kita ganti baju dulu dan sikat gigi. Lalu kita sarapan.”

“Bolehkan aku tetap tidur? Tadi malah tidurku tak nyenyak, karena dadaku berdetak kencang. Aku tak tahu kenapa...”

“Emma punya tugas kan dari tuan Tae?”

“Uuugh..iyaaa..uuhh...membawakan tas Tuan Tae sampai mobil...”

“Nah..yuuk!”

Emma duduk manis menunggu Tae untuk sarapan. Tapi rasa kantuk melanda dan ia tertidur di kursi makan.

“Nona Emma..ssstt..Emma..bangun tuan Tae sudah datang..” bisik Gwen mencoba membangunkan Emma

“G.. biarkan dia tidur. Seharusnya ia istirahat dan sarapan di kamar.”

“Maaf tuan.”

Tae menggendong Emma ke dalam kamarnya lagi.

“Berikan laporan setiap jamnya, bagaimana kondisi gadis nakal ini!”

“Baik tuan..”

Tae tersenyum melihat gadis nakal itu tertidur dengan damai...

Wah pertanda apakah ini? Apa lagi yang dilakukan Emma yang membuat Tae pusing? Next bab yaaa..