webnovel

Anak Manis

Seperti biasa Emma sarapan bersama angsanya.. Kali ini Emma melukis di pinggir danau, dan semua angsa mengelilinginya. Emma belum mandi karena tadi pagi ia mengaku demam dan tak mau mandi. G mempercayainya, tapi sesaat kemudian G mulai mencium kenakalan Emma yang memang tak mau mandi.

G memaksa Emma untuk mandi tapi malah para angsa mengejar G yang dikira ingin menyakiti Emma. Terjadilah kejar mengejar di pinggir danau.

Dari kejauhan, tepatnya di seberang danau, Ny.Kim memperhatikan mereka.

“Wong, siapa anak manis itu? Ia tinggal di paviliun?’

“Oh dia Emma, keponakan saya Nyonya...” Paman Wong sedikit terkejut

“Sepertinya masih kecil dan wajahnya manis.”

“Iya.. seperti yang nyonya lihat.”

“Aku mengamatinya dari kemarin. Apa itu angsa kesayangannya?”

“Iya Nyonya... untuk menemaninya bermain jika saya bekerja. Dan saya minta tolong Gwen untuk menjaganya.”

“Oh ya.. itu Gwen rupanya. Gadis itu setia sekali dengan keluarga Kim. Dari kakeknya, ayahnya hingga dirinya. Sayang saja Tae hanya menganggapnya adik.”

“Silahkan sarapan Nyonya, semua sudah siap.”

“Wong ajak anak itu sarapan denganku sekarang.”

“Ta..tapi Emma nakal dan suka manja Nyonya, saya takut menggangggu anda makan.”

“Seperti apa sih nakalnya? Seberapa mengganggunya sih? Ayo panggil kesini, aku kesepian.”

“Baiklah...” Dengan ragu paman Wong menuju paviliun memanggil Emma

Di seberang sana Emma masih terpingkal-pingkal melihat G di patuk oleh angsanya.

“G... kesini sebentar. Nyonya Kim meminta Emma makan pagi dengannya. Segera ke sana.”

“Tapi Emma belum mandi. Tuh apa kan Emma, kalau disuruh mandi nurut, sekarang Ny.Kim memanggil. Duh gimana ini..?’

“Sudah gantikan baju, sikat gigi dan seka wajahnya lalu cepat ke sana. Sarapan sudah siap!”

Dalam 10 menit Emma siap dan berjalan ke arah Ny.Kim.

“Se..selamat pagi Ny.Kim, saya Emma.”

“Ah.. nama yang cantik... Duduk sini Emma. Benar penglihatanku Emma itu gadis yang manis. Rambut Emma indah...Ayo kita makan..”

Emma menatap meja makan itu air mukanya langsung berubah dan menjadi tegang.

“Aiiish aku lupa..ini makanan diet eomma-eomma... Pasti Emma tak suka ya..hahaha.. Wong mana sarapan Emma.”

“Ini Nyonya sudah saya bawakan.” Paman Wong sudah membawa sarapan khusus buat Emma.

“Kemana orang tuan Emma?”

“Su..sudah meninggal Nyonya Kim.”

“Seharusnya Tae punya adik seumuranmu, tapi dulu aku kehilangannya. Dan semenjak keguguran aku tak bisa mengandung lagi. Kalau tidak aku akan tetap di sini dan menghabiskan waktu dengan anakku itu. Tidak meninggalkan rumah dengan kenangan itu. Tae sudah dewasa sudah tak ada lagi yang memberikan aku morning kiss.”

“Emma mau memberikan morning kiss buat Nyonya!” Emma langsung berdiri dan mengecup pipi Nyonya Kim.

“Oh.. Emma.. Maafkan keponakan saya Nyonya Kim sudah lancang.. Maaf..” Emma mematung.. ia tau ia kelewatan.

“Ah.. biarkan Wong, tak apa.. aku suka.. Terima kasih Emma untuk morning kissnya. Sudah lama sekali aku tak merasakannya.”

“Hihihi.. nanti kalo Nyonya mau aku akan berikan setiap hari!” kata Emma bangga bisa membuat Nyonya yang masih cantik pada umurnya ini senyuman yang lebar.

“Benarkah? Janji yaaa... Nah sekarang kita makan!”

Acara makan pagi selesai hingga jam 10. Karena Ny.Kim tertawa melihat ulah Emma. Ketika kabur setelah tau G membawakannya minyak ikan untuk menambah vitamin.

“Aaahh.. aku gak suka ituuu...! Gak enak rasanyaa..” Emma jalan berkeliling meja makan.

“Sini Emma ngumpet sama Eomma...Hihihi.. Gwen apa yang kau berikan itu hah?”

“Maaf nyonya ini minyak ikan. Akhir-akhir ini Emma gampang sakit.”

“Coba lihat? Pantas saja Emma menolak ini rasanya tak enak! Wong kau terlalu tua memberikan obat ini, jaman sekarang banyak obat yang lebih enak! Tak usah kau lanjutkan obat itu. Gwen ambil kotak berwarna pink dikamarku, isinya beberapa saset vitamin cair, itu multivitamin yang rasa strawberry. Emma pasti suka. Dan buang minyak ikan itu.”

“Yess.. makasih Eomma!! Cup..cup!” Emma spontan mengecup pipi Ny.Kim karena girang.

“Hahahah.. iya sayang...”

“Ayo Emma kita kembali ke paviliun, Ny.Kim mau ke kantor.”

“Bye Emma besok kita sarapan lagi ya..”

“Bye Eommaaaaa...”

*****

Setelah bosan menggambar dan bermain bersama angsa, Emma menemukan mainan baru.

Tae menghubungi G lewat video call

“Hallo G.. mana Emma? Apa dia sudah makan siang? Apa sudah tidur siang?”

“Emma baru bangun dari tidur siang, masih ada di kamar. Sebentar aku ke sana.”

“Apa hari ini sedih?”

“Oh tidak sama sekali. Eh.. di mana anak itu? Tidak ada dikamar...”

“Gwen gimana sih?”

“Oh itu dia berlari ke danau... Oh apa yang dibawanyaa? Oh tidaakkk!!” G berlari mengejar Emma yang sudah menaiki pelampung besar berbentuk angsa ke tengah danau. Dan para angsa memberikan dorongan hingga Emma mengapung di tengah danau.

“Arahkan ipad nya aku mau melihatnya!”

“Nona Emmaaa... kemarilah.. jangan ke tengah. Ayo jangan pakai pelampung itu, nanti tercebur..!”

“Oh.. nakalnya babyku hihi, cepat panggil Park dan wong untuk menarik ke pinggir.”

“Nona Emma... tuan Tae melihat melalui ini loh..!” G mengacungkan ipad. Emma malah melambai-lambaikan tangan dan tersenyum.

“Cepat Park masuk ke dalam danau, nanti Emma jatuh!”

“Byuurr..”benar saja Emma oleng dan jatuh ke dalam danau. Untung Park cepat sampai dan mengangkat Emma keluar dari danau itu.

Musim panas sudah mulai habis air di danau sudah sangat dingin. Dan benar saja setelah mandi Emma demam.

“Bagaimana kondisi Emma? Letakkan ipadnya di sisinya aku mau melihat wajahnya,” titah Tae

“Baiklah. Emma baru saja minum obat sekarang ia mengantuk.”

“Gweeen.. jangan lepaskan pandanganmu barang sedetik pun.. lihat kan gadis ini lincah sekali dan penuh kejutan. Aku jadi rindu sekali...” Tae menatap wajah Emma yang sedang terlelap tapi semakin cantik dan menggemaskan.

“Maafkan aku, aku lalai. Nanti akan aku tambah pelayan jika aku sedang meninggalkan ruangannya.”

“Pasti dia bosan, makanya dia mencari mainan baru. Ya sudah aku pergi dulu. Kalau demamnya tak turun juga panggil Stacey. Beri kabar setiap 2 jam!”

*****

Saat sarapan Ny.Kim sudah membawa coklat untuk Emma.

“Wong, mana Emma? Aku mau sarapan dengannya lagi.”

“Maaf Nyonya. Emma sakit. Semalam demam. Kemarin sore ia terjatuh ke danau, lalu jadi demam.”

“Bagaimana sih bisa terjadi? Kemana Gwen?"

"Anak itu bergerak seperti kilat nyonya, kadang sudah diatas pohon, sudah di pinggir danau, tanpa ada yang lihat."

"Oh.. kasihannya... bawa sarapan ke kamarnya. Dan antar aku ke sana, aku mau lihat.” Nyonya Kim khawatir dan berniat sarapan bersama Emma di sana.

“Ny.Kim.” sapa G yang kaget ketika tahu Ny.Kim datang ke kamar Emma.

“Bagaimana kondisi Emma?”

“Sudah membaik Nyonya, panasnya sudah turun.”

“Kasihan... Hmmm... kamar di paviliun ini belum pernah di renovasi ya, masih seperti dulu. Catnya sudah suram. Wong.. pindahkan Emma ke rumah utama. Di sebelah kamar Tae. Kalau Emma di sini kau tak bisa mengawasi keponakanmu kan? Biar suasana di rumah utama lebih hangat dan ramai kalau ada Emma. Segera ya.. hari ini juga setelah Emma terbangun.”

“Ba...baiklah Nyonya akan segera saya laksanakan.”

“Biarkan Emma tidur dulu, jangan dibangunkan. Undur sarapannya. Sekarang saya ke kantor dulu. Panggil Stacey untuk memeriksa. Berikan obat yang bagus!”

Siang itu juga peralatan milik Emma kembali ke kamarnya semula.