webnovel

SHIRO THE MAGICIAN

Beberapa bab akhir, sekitar 5 bab sedang dalam proses revisi/perbaikan. ____""____""____ Eikki Valkoinen seorang siswa akademi sihir dari Kerajaan Severi hanyalah siswa biasa yang menjalani hari biasa yang membosankan. Suatu hari setelah pulang sekolah dengan diantar oleh kakak sepupunya, terjadi sebuah serangan teroris terhadap saluran pipa gas yang ada di tengah kota. Dengan kemampuan sihir terbatas miliknya, Eikki menahan gelombang serangan dari teroris. Karena membuka segel sihir terlarang miliknya, tiba-tiba Eikki berubah menjadi seekor kucing. Setelah itu, hari-hari membosankan Eikki berakhir dengan kehidupan baru dan petualangan barunya sebagai seekor kucing, bersama teman sesama kucing dan tentunya para cat lover, Eikki menjalani kehidupan barunya. Update: minggu. Cover pribadi.

Ai_S_Sena · Fantasy
Not enough ratings
230 Chs

Berakhirnya Hari Yang Membosankan

"Aku memiliki sihir pelindung dan tugas kalian adalah untuk melindungiku. Ayo kita bekerja sama melewati hari biasa yang membosankan." Aku tersenyum tipis.

"Baiklah!" jawab Josh yang juga diangguki pengemudi mobilku tadi.

Kami kembali ke jalan utama di mana terdengar suara kepanikan. Begitu keluar dari jalan kecil aku melihat dengan mata membulat tidak percaya, beberapa tutup gorong-gorong telah melambung tinggi dan dari lubang gorong-gorong itu menyembur api yang sangat ganas dan tepat di pertigaan jalan terjadi ledakan besar.

Aku tidak akan mampu menahan hempasan tutup gorong-gorong, meredam semburan api dan ledakan besar yang terjadi dengan sihir pelindung biasa secara bersamaan. Tapi aku punya cara lain...

"Jangan!" Josh menahan gerakan tanganku yang membuka cincin di kelingking kanan

"Lebih baik mengorbankan satu dari pada ratusan nyawa!" ucapku tenang. Cincin telah lepas dari jari, aku memberikannya pada Josh lalu dengan cepat aku memalingkan tubuh kembali ke depan. Tangan kanan kembali kuulurkan ke depan. Aku menggumamkan satu kata.

Lempengan besi tutup gorong-gorong, semburan api dan ledakan di pertigaan jalan terhenti. Tampak seperti terserap kembali. Tapi yang sebenarnya aku menekan semua daya hancur dari semburan api dan ledakan yang terjadi. Tidak ada yang namanya sihir pemulihan dari kehancuran.

Aku merasakan puluhan pasangan mata terdekat melihat kepadaku walau kami berada dimulut jalan masuk khusus pejalan kaki. Josh dan pengawal yang mengemudikan mobil mengawasi sekitar kami sempat terkagum melihat aku berhasil meredam semuanya secara bersamaan.

"Ah...akhirnya..." aku menghela nafas lega.

"Kamu tak apa-apa?" Josh menghampiriku.

Aku ingin menjawab ya, tapi sedetik sebelum aku menjawab tiba-tiba saja aku merasa semuanya memutih. Tidak ada yang bisa aku lihat selain hanya putih. Hum... Sepertinya aku mendapatkan ganjaran karena menggunakan sihir terlalu berlebihan.

***

Aku membuka mata karena merasakan sesuatu yang hangat dan lembut didekatku. 'Hangat, empuk dan nyaman sekali!' pandanganku sedikit buram yang pasti efek menggunakan sihir. Aku mengucek mata agar pandanganku cepat membaik.

"Eh... Sudah bangun?" terdengar olehku suara seorang perempuan yang begitu dekat dengan telingaku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya di telingaku. Hangat dan geli.

Pandanganku akhirnya kembali jelas. Aku melihat sekitar masih dalam posisi berbaring. Aku melihat segala sesuatunya serba lain. Yang pasti bukan di kamarku ataupun ruang kamar rumah sakit yang akan berbau khas.

Tempat aku berada saat ini terang, bersih walau sedikit berantakan. Oh... ada cermin di sudut ruangan. Aku harus bercermin untuk melihat penampilanku yang pasti berantakan setelah menggunakan sihir. Sudah berapa lama aku tidak sadar dan siapa yang membawaku ke tempat ini.

Aku duduk dan bercermin. 'Wah... ada kucing putih yang cantik! Kemari pus pus pus...'

Kucing yang sombong sekali, kenapa kucing itu tidak mau menghampiriku.

"Kamu lihat apa?" terdengar lagi suara perempuan tadi.

Aku mencari sumber suara dan saat itu terasa kepalaku diusap-usap. Ah... enak sekali. Siapa yang melakukannya padaku.

"Uuhh... manjanya! Kesayangan mami..." kembali suara perempuan itu terdengar.

Aku melihat baik-baik sumber suara. Oh... ini tidak mungkin sungguhan?! Ini pasti mimpi! Tahukah kalian apa yang aku lihat di depan mataku? Tidak tahu? Akupun juga sama. Dan tidak yakin dengan penglihatan sendiri. Aku, aku melihat seorang manusia super besar dan... dan aku ada di atas permukaan dadanya yang hangat, empuk dan lembut.

Manusia perempuan itu yang sebelumnya berbaring, kini duduk dengan memegang tubuhku tetap di dekat dadanya. Dadanya?! Tahukah maksudnya? Aku ini seorang laki-laki yang masih suci dan belum pernah terjamah. Tapi... tapi manusia raksasa ini seenaknya menyentuhku. Oh... ya ampun... tapi, tapi... rasanya empuk sekali... Hehehe...

Ya ampun apa yang aku pikirkan? Aku harus fokus pada apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ada di mana aku saat ini? Kenapa bisa ada manusia raksasa?

Si perempuan raksasa masih dengan memelukku membawa aku pada suatu tempat. Ia berhenti di tempat yang tidak jauh dari tempat berbaringnya tadi lalu bercermin. Perempuan itu bercermin sambil menimang-nimang tubuhku dalam pelukkannya seolah aku seorang bayi.

"Kesayangan mami lihat apa tadi di cermin? Apa mau melihat kegantengannya di cermin?" perempuan itu mengangkat tubuhku dan mengarahkanku pada cermin.

Mataku membulat melihat diriku yang aku pikir dari tadi digendong oleh manusia perempuan raksasa. Ini tidak mungkin diriku? Pasti ada yang salah? Ya pasti! Tidak mungkin aku bisa berubah menjadi seekor kucing putih yang tadi aku lihat di cermin dan aku pikir sombong karena tidak mau menghampiriku.

Tapi...aku melihat tanganku yang diselimuti bulu putih dan bercakar tajam. Apa aku telah tewas karena menggunakan sihir berlebihan lalu bereinkarnasi menjadi seekor kucing? Jika itu benar, sepertinya hari-hariku yang membosankan sebagai siswa dari akademi sihir telah berakhir. Jika hal ini benar terjadi pada diriku sepertinya aku harus menjalani semuanya.

Tidak ada buruknya juga menjadi kucing yang lucu dan menggemaskan. Apalagi aku bisa merasakan dipeluk dalam dekapan hangat dan dada yang lembut. Heheheee... Ah...apa yang aku pikirkan? Aku adalah Eikki, seorang anak dari keluarga terhormat dan menjaga kesopanan dan menghargai orang lain.

"Mami mau pergi mengantarkan pesanan orang, kamu tinggal di rumah dulu ya? Jangan nakal, ya?" ucap perempuan itu meletakkan tubuh kucingku di atas tempat tidurnya. Perempuan itu kemudian langsung melepaskan pakaiannya.

Aku memalingkan tubuh. Bagaimanapun dulunya aku adalah laki-laki terhormat. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak terhormat dengan memandangi tubuh seorang perempuan yang hanya terbalut pakaian dalamnya karena ingin mengganti pakaian.

Perempuan itu kembali menggendongku setelah berpakaian, membawa ke cermin. "Lihat? Mami sudah cantik belum?"

Aku memperhatikan perempuan itu dari cermin ketika ia menggendongku. 'Ya.' Jawabku tetapi yang keluar dan terdengar oleh perempuan yang memanggil dirinya 'mami' itu hanyalah 'nyiau, miau, mau, mah dan nyiau lagi'. Seperti yang dulu juga aku dengarkan dari setiap kucing.

Si Mami mengambil sebuah benda kotak dan tipis yang ternyata adalah sebuah ponsel. Ia lalu mengarahkan kamera ponsel ke cermin setelah memastikan posenya yang menggendongku sesuai keinginannya.

Aku memasang senyum dan... KLIK!!! suara dari kamera ponselnya.

"Eh...?! Sayang, kamu tersenyum?!" ucapnya setelah berfoto. Untuk meyakinkan diri sendiri si Mami segera melihat hasil jepretannya. "Wah... benar kamu tersenyum sayang?! Kok bisa, ya?"

'Oii... tentu saja aku bisa tersenyum.' Bagaimanapun aku ini dulunya manusia.

Si mami meletakkan tubuh kucingku di atas kasur. "Senyum Ro, sayang."

Aku tersenyum dan... KLIK!!!

"Pintar banget sih anak mami! Shiro, cintaku, sayangku, manisku! Muah muah muah!!" si Mami kembali menggendong dan mencium pipiku kiri dan kanan lalu dahi. "Hahaha... kena lipstick." Ia menghapus lipsticknya yang menempel pada bulu di wajahku.

Oh... manusia ini sungguhan mencium kucing. Aku baru pertama melihatnya. Sebelumnya aku hanya pernah melihat orang memeluk dan membawa kucing tidur.

Setelah mengirimkan foto hasil jepretan tadi ke media sosial miliknya. Si Mami pergi mengantarkan pesanan yang ia maksud dan meninggalkan aku di dalam kamarnya sendirian. Dan aku akan menghabiskan waktu dengan tiduran.