webnovel

SHIRO THE MAGICIAN

Beberapa bab akhir, sekitar 5 bab sedang dalam proses revisi/perbaikan. ____""____""____ Eikki Valkoinen seorang siswa akademi sihir dari Kerajaan Severi hanyalah siswa biasa yang menjalani hari biasa yang membosankan. Suatu hari setelah pulang sekolah dengan diantar oleh kakak sepupunya, terjadi sebuah serangan teroris terhadap saluran pipa gas yang ada di tengah kota. Dengan kemampuan sihir terbatas miliknya, Eikki menahan gelombang serangan dari teroris. Karena membuka segel sihir terlarang miliknya, tiba-tiba Eikki berubah menjadi seekor kucing. Setelah itu, hari-hari membosankan Eikki berakhir dengan kehidupan baru dan petualangan barunya sebagai seekor kucing, bersama teman sesama kucing dan tentunya para cat lover, Eikki menjalani kehidupan barunya. Update: minggu. Cover pribadi.

Ai_S_Sena · Fantasy
Not enough ratings
230 Chs

JANGAN SENTUH AKU HUMAN!!!

Si Mami yang baru pulang dari luar menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Sepertinya lelah dari luar setelah mengantar pesanan yang ia maksud tadi. Ia mengusap tubuhku yang dari sejak kepergiannya hanya berbaring saja karena tidak ada apapun yang bisa dikerjakan di dalam kamarnya. Ya...walapun ada boneka berbentuk ikan yang hampir sama besar dengan tubuh kucingku. Tapi itu bukanlah mainanku. Itu mainan kucing.

"Lihat apa yang mami belikan hasil jualan hari ini? Tadaaa!!" si Mami memperlihatkan sebuah tongkat lentur sepanjang setengah meter yang ujungnya ada beberapa helai bulu ayam warna warni.

Tubuhku otomatis mengejar tongkat lentur dengan bulu ayam diujungnya. Aku melompat, lompat lincah di atas tempat tidur mengejar bulu ayam warna warni.

"Hahaha..." si Mami tertawa terbahak-bahak melihat aku melompat mengikuti gerakan tangannya.

Aku terdiam. Ngos ngosan. Apa yang aku lakukan? Kenapa tubuhku bergerak sendiri? Apa karena tubuh kucingku yang ingin bermain?

"Capek, ya? Istirahat dulu kalau begitu."

Untunglah si Mami ini memiliki perasaan. Ia tahu aku lelah setelah melompat lompat seperti kucing dan mengikuti permainannya. Aku belum terbiasa dengan tubuh kucing ini karena sebelumnya aku kurang aktif dan lebih banyak tidur di kelas daripada belajar.

Ah...apa jangan-jangan aku dikutuk menjadi kucing karena keseharian yang banyak tiduran seperti kucing.

Si Mami menggendongku, meletakkan tubuh kucingku di atas bahunya dengan kepala menghadap ke belakang. Mami membawaku keluar dari kamarnya untuk pertama kali sejak aku sadar sekitar tiga jam yang lalu sebagai seekor kucing.

Sesampainya di luar, Mami menurunkanku di depan sebuah karung besar bergambar kucing di salah satu sudut ruangan. Apa ini? Perasaanku rasanya tidak enak, namun insting kucing membuat aku melotot melihat Mami mengambil sebuah piring kecil lalu mengisinya dengan sesuatu dari dalam karung. Dengan piring di tangan kiri dan mangkok di tangan kanan, Mami meletakkan ke dua benda itu di hadapanku.

"Makanlah. Biar kuat lagi." Ucapnya lalu duduk memperhatikan aku yang terdiam melihat sepiring sereal makanan kucing dan semangkuk susu.

Aku menatap Mami. 'Apa kamu menyuruhku memakan sereal kucing yang bau amis ikan ini?'

"Kenapa sayang? Ini kan makanan kesukaan kamu."

Aku menghela nafas. Yang benar saja? Ayolah, aku ini baru beberapa jam menjadi kucing. Tidak adakah makanan layak lainnya? Kalau susu, oke. Aku memang suka.

"Hum...sepertinya kamu tahu kalau mami membeli wet food, ya?" si Mami tertawa kecil. "Ya ampun...kamu kok tahu aja sih sayang, Mami beli wet food? Oke lah, makan wet food saja." Si Mami mengambil kembali sereal kucing dalam piring. Mami lalu mengambil sesuatu di dalam lemari gantung di atas karung sereal kucing.

Sebuah kaleng kecil diperlihatkan padaku begitu si Mami kembali duduk. "Kamu mau inikan?" si Mami membuka tutup kaleng setelah itu meletakkan kaleng yang telah dibuka tutupnya di hadapanku.

Apa ini ikan? Sarden? Aku melihat tulisan yang ada di kaleng. Rasa tuna. Aku harus makan ini?! Aku menatap si Mami lagi.

"Makanlah. Kamu paling suka wet foodkan?"

Aku menghela nafas. Memperhatikan kaleng berisi ikan sarden tuna lama kelamaan membuat perutku menjadi lapar. Apa ini insting alami kucing? Ugh...ini bagian tidak enaknya menjadi kucing. Tapi bagaimanapun sekarang aku adalah seekor kucing. Aku harus mencobanya walaupun tidak suka.

Hum...sepertinya rasanya lumayan enak. Bukan, tapi ini enak sekali! Wah...pantaslah kenapa kucing-kucing pada suka. Ow...rasanya benar-benar enak! Pantas saja kalau tubuh kucingku sangat menyukai tuna sarden ini.

Ketika menunggui aku makan, Mami menekan suatu tombol dari remote. Sebuah gambar berupa proyektor terlihat di dinding lain ruangan itu.

"Ah...kenapa isinya hanya gosip saja jam segini?" si Mami terlihat kesal ketika duduk di sofa.

Aku melihat pada televisi sekali sambil mengunyah makanan. Melihat si Mami yang akhirnya pasrah memutar siaran berita dari pada harus melihat acara gosip di siang hari. Aku mempercepat makanku agar bisa menonton televisi juga. Asal kalian tahu saja, walau aku berasal dari keluarga terhormat tetapi aku sangat jarang menonton televisi karena kesibukan aktivitas. Dalam sebulan mungkin hanya empat kali, itu juga karena hari minggu yang ada empat kali dalam sebulan.

"Sudah siap makannya, Ro?" tanya si Mami ketika aku melompat duduk di sampingnya, di sofa empuknya.

Aku baru mengambil posisi duduk nyaman untuk menonton ketika si Mami malah mematikan televisi. Apa dia pikir aku butuh perhatiannya sehingga harus mematikan televisi. Yang paling aku butuhkan saat ini adalah menonton.

Ugh...enak sekali! Kenapa dia tahu sekali memanjakan tubuh kucing. Enak sekali usapannya pada perutku ketika aku duduk. Ya, duduk malas ala manusia yang dalam matanya aku menelentangkan tubuh karena kekenyangan. Makanya si Mami leluasa mengusap perutku. Si Mami mendekatkan wajahnya padaku, lalu...lalu....

TIDAK!!! JANGAN SENTUH AKU!!! AKU MASIH SUCI DAN BELUM PERNAH TERJAMAH!!! AH...TOLONG!!! JANGAN COBA-COBA MENCIUM PERUTKU HUMAN!!!

Aku memukul wajahnya tanpa mengeluarkan cakar dan aku juga menendang wajahnya, ketika si Mami terus saja berusaha mencium perutku.

"Shiro, kan sakit!" ucapnya manja sambil mengusap wajahnya yang aku tendang. Lalu ia pun menahan tanganku dengan ke dua tangannya dan menahan kakiku dengan ke dua sikunya. Kini tubuhku terlentang dan manusia durjana ini leluasa menjamah perutku.

TIDAAAKKK!!! Walaupun kini aku adalah seekor kucing tetapi jiwaku masih manusia. Diperlakukan seperti ini bukan hal biasa bagi jiwa manusiaku yang masih suci dan belum pernah terjamah. JANGAN SENTUH AKU HUMAN!!!

KRAUP!!! Aku menggigit hidung human yang berusaha menjamah kesucianku.

"Aduuuuuh... kok Shiro gitu sih? Biasanya juga mami cium kan perutnya." Si Mami melepaskan diriku lalu mengusap hidungnya yang aku gigit walaupun tidak keras. Tapi cukuplah membuatnya berhenti menjamah tubuhku.

Tapi sekarang sudah tidak biasa lagi human! Jangan menjamah tubuhku tanpa izin! Aku menjauhi si Mami dengan tidur melingkar setelah perut kenyang di sudut sofa.

"Nanti sore mami mau pergi jalan keluar. Kamu mau ikut Shiro?"

Aku diam saja karena malas meladeninya.

Si Mami yang diabaikan mulai mencolek-colek hidungku karena minta diperhatikan. Setelah hidung, dia mulai memeriksa telingaku yang dia pikir akan ada kutu atau semacamnya. Tentu saja aku tidak akan membiarkan parasit menempel pada tubuhku. Walau kini aku hanyalah seekor kucing, kebersihan tetap nomor satu.

"Hei...tak bisakah aku dibiarkan istirahat?" aku menepis tangannya.

Si Mami tiba-tiba berdiri. "Apa aku salah dengar?!"

Aku mengangkat kepala dan melihat kepada human yang memanggil dirinya Mami. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa ada yang salah?

"Tapi tidak mungkin juga sih, kucing bisa bicara bahasa manusia?"

Eh...Apa maksud human ini aku tadi bicara bahasa manusia? Kalau memang begitu aku harus mencobanya. Tadi aku juga tidak sadar bicara apa padanya.

"Tak ada yang tak mungkin!" ucapku yang memang terdengar seperti suara manusia di telinga kucingku. Aku menutup mulut dengan ke dua tanganku yang penuh bulu putih karena aku sendiri juga terkejut.

Si human menunjukku dengan tangan kiri dan menatap dengan wajah terkejut luar biasa. "Shi... Shiro ngomong bahasa manusia?!" serunya hampir berteriak.

Halo....

Apa kalian suka cerita ini? Jika ya, ayo tinggalkan komentar, kritik, saran dan vote dengan Power Stone nya ^_^

Sampai jumpa lagi :)

Ai_S_Senacreators' thoughts