webnovel

Sex With You [21+] END

MaharaniAlexandra · History
Not enough ratings
17 Chs

Chapter 13

Sebelum lanjut, gk bosen² nya Maharani ingetin buat kalian yg blm vote part sebelumnya mari vote♥️

Mwah😚

*

Serangan dua peluru tadi membuat Morgan bertanya-tanya dan penasaran, siapa orang itu? Jika memang niatnya untuk membunuh, mengapa ia lari dan tidak melanjutkan aksinya?

Pikir Morgan saat baru tiba di mansionnya dan masuk kedalam kamar.

Lupakan, sekarang sudah pukul 05.00 pagi dan waktunya untuk beristirahat.

Morgan tidur dan terlelap setelah seharian full lelah memikirkan wanitanya yang tak kunjung-kunjung ia temui dan itu sungguh membuat dirinya seakan ingin frustasi. Merindu begitu lama cukup membuat dirinya lupa, bahwa ini bukanlah karakternya. Sejak kapan ia bisa begitu merindukan seorang wanita sampai seperti ini? Ini aneh!

Seperti biasanya, kali ini pria bertubuh tinggi besar dan berkulit coklat itu tertidur hanya dengan menggunakan celana jeans hitam panjangnya saja dan tidak mengenakan pakaian atasannya. Bahkan ia belum melepas dan masih memakai arloji mahal dipergelangan tangannya.

Baru saja satu jam lamanya pria itu terlelap, ia merasakan ada orang lain selain dirinya didalam kamar itu. Namun karena mengantuk, pusing akibat meneguk beberapa gelas alkohol, ia berpikir jika itu hanyalah perasaannya saja. Posisi tidurnya yang terlentang dan menggunakan tangannya sebagai bantalan adalah posisi tidur kesukaannya.

Mengingat ini telah pagi, maka sinar matahari pun telah menembusi jendela kaca kamarnya dan membuat penerangan didalam kamar tersebut.

Pendengarannya saja yang salah atau memang ia mendengar ada langkah kecil didalam ruangan itu. Dan langkah kecil tersebut seakan sedang mendekatinya. Dekat, sudah sangat dekat.

Dan... Saat Morgan membuka kedua matanya yang terpejam, pria itu dikejutkan dengan ujung pistol yang sudah berada tepat pada kepalanya dan orang yang memegangnya pun sudah siap untuk menarik pelatuknya dengan mantap.

Bukan Morgan, jika merasa panik dan ketakutan. Pria tampan yang memiliki pangkal hidung yang tinggi dan rahang tegas itu menarik ujung bibirnya mengukir sebuah senyuman tipis mematikan.

Matanya yang tajam bak elang menatapi kedua manik mata orang yang sudah menodongkan pistol pada kepalanya.

Orang itu menutupi seluruh wajahnya dengan kain hitam, tak ada yang kelihatan dari orang tersebut selain kedua matanya saja.

"Siapa kau, hm? Sepertinya kau sangat tertarik padaku sampai bisa masuk kedalam istanaku, bahkan kamarku seperti ini dengan sangat tidak sopannya." Cicit Morgan sambil terus bertatapan dengan sosok asing itu.

Morgan mengeluarkan aura kuat mencekamnya yang penuh tekanan dan kuasa. Seketika ruangan dalam situ dipenuhi dengan aura yang amat kuat, bahkan sosok asing tersebut pun sangat bisa merasakan aura kejam Morgan yang penuh kuasa.

Entah apa yang terjadi, orang misterius yang siap untuk memecahkan isi kepala Morgan dengan pistolnya tadi terpejam singkat dan membuang pandangannya kearah jendela kaca kamar Morgan yang terbuka. Ia seperti tak sanggup untuk menatap begitu lama mata dingin Morgan yang penuh kekejaman didalamnya.

Dengan cepat ia ingin berlari, namun Morgan segera bangkit dari ranjang dan langsung menangkap pergelangan kiri tangan orang asing itu yang sangat kecil ditangan besar Morgan.

Sosok misterius yang memakai pakaian serba hitam tersebut terdengar meringis kesakitan. Morgan pun melihat pada bahu kiri orang itu yang mengeluarkan darah hingga menembusi pakaian hitam yang ia kenakan.

"Jadi kau kuman yang sama dengan yang ingin menembak ku subuh tadi?" Ingatan Morgan mundur beberapa saat kewaktu subuh saat ia melihat orang yang masuk kedalam mobilnya sambil memegang bahu kirinya yang terkena tembakan.

Orang itu nampak tak berdaya, ia merasa begitu sakit pada bahu kirinya yang terkena tembakan Morgan pada subuh tadi.

"Siapa kau sebenarnya?"

Tanpa di duga-duga, dengan gerakan lincahnya Morgan menarik dan membuka penutup wajah orang asing tersebut.

Orang itu membuang muka kesamping agar Morgan tak bisa melihat wajahnya.

Rambut panjang halus lebat yang indah menutupi wajah orang asing itu yang ternyata adalah seorang wanita.

Morgan terdiam. Ia terpaku ditempatnya berdiri, tatapan mata yang tadinya begitu tajam dan penuh ancaman kematian, kini berganti menjadi tatapan mata yang sangat senduh dan sayu.

Tak ada yang bersuara. Morgan masih terus menahan pergelangan tangan wanita asing yang ingin membunuhnya itu. Angin pagi meniup-niupi rambut indah wanita itu dan membuat wajahnya terlihat jelas dimata Morgan. Morgan semakin lemah tak berdaya, dirinya seakan terpukul begitu keras.

"Monalisa.. Sayangku.."

Bagai tersambar petir, hati kedua orang itu sama-sama tak percaya.

Morgan tak percaya, jika wanita yang sangat ia rindukan selama enam bulan ini adalah orang yang ingin membunuhnya. Wanita yang sangat ia rindukan disetiap saatnya ingin membunuh dirinya.

Dan, dan wanita itu, wanita bernama Monalisa yang ingin membunuh Morgan tadi merasakan jantungnya yang terasa ingin meledak saat namanya terpanggil begitu lembut dari bibir Morgan. Bibir pria yang ingin ia tembak mati tanpa alasan yang jelas.

"Kenapa?" Morgan semakin mendekatkan dirinya pada wanita itu, pada Monalisa yang masih terus menunduk tak ingin melihat wajah pria yang ada didepannya.

"Kenapa kau menjadi seperti ini?" Tanya Morgan begitu halus masih tak percaya.

"Diam!" Monalisa kembali menodongkan ujung pistolnya tepat pada kepala Morgan, dan kini mereka kembali bertatapan. Tatapan Morgan begitu berbeda dari sebelumnya. Mata tajam dingin itu kini dipenuhi akan hasrat rindu yang begitu amat dalam.

"Baby.." Tidak, Monalisa tidak sanggup mendengar panggilan-panggilan seperti ini. Ia menarik paksa tangannya hingga darah semakin banyak keluar dan bertetesan pada lantai.

"Diam, kumohon!" Morgan merobek pakaian hitam Monalisa dengan tangannya dan melihat bekas tembakan yang ia lepaskan subuh tadi cukup parah pada bahu wanita itu. Terlihat dari bahu Monalisa yang bengkak dan membiru.

"Kau terluka, maafkan aku."

Cup!

Monalisa cukup melotot karena Morgan yang seketika mengecup didekat bahunya yang terluka dengan sangat lembut.

Tak ingin larut dalam situasi, Monalisa dengan tenaganya mendorong tubuh besar Morgan dengan kuat agar mereka berjauhan. Sangat jelas pada raut wajah Morgan yang sedih dan kecewa karena wanitanya itu tak ingin berdekatan dengannya lagi.

"Kenapa?" Morgan kembali bertanya dengan kata yang sama.

"Karena kau seorang pria kejam yang aku benci. Kau merusak dan menghancurkan diriku sesuka hatimu berkata. Kau iblis."

Hanya pandangan Monalisa yang salah, atau memang ia melihat pada kedua mata Morgan yang memerah seperti ingin menangis dan mengeluarkan air matanya dari dalam sana?!

"Iblis, iblis yang selalu merindukanmu disetiap saat." Morgan mengutarakan apa yang selama ini ia rasakan. Tapi,

"Omong kosong!"

Dor🔫

Monalisa menarik sekali pelatuk pistolnya dan menembak tepat pada bahu kanan Morgan, ia pun segera melompat keluar dari dalam kamar pria itu melalui jendela kaca kamar Morgan yang terbuka.

Ia meninggalkan Morgan yang masih tidak percaya akan apa yang ia lihat.

Morgan jatuh berlutut pada lantai sambil memegang bahu kanannya yang bercucuran darah segar. Sakit, sakit pada bahunya ini bukanlah apa-apa baginya, tapi sakit pada hatinya begitu membuat ia tak sanggup dengan apa yang Monalisa katakan tadi.

Monalisa membencinya?

"Tidak. Itu bukan Monalisaku, bukan, dia bukan wanitaku yang dulu."

Kedua mata Morgan telah berkaca-kaca, sosok yang amat ia rindukan menjadi orang yang ingin membunuhnya.

"Monalisa.." Pria itu menatap pada jendela kamarnya yang terbuka dengan tatapan kosong dan matanya yang sudah merah berkaca-kaca.

"MONALISAA!!!!"

*

Hmmmm🙂

Bisa kalian jelaskan apa yg kalian rasakan skrg? Emosikh? Sedihkh?😂

Vote

Komen

Juga

Follow

💙