webnovel

Senjaksara

"Aku suka kamu nja" Ucap Aksara dengan Wajah serius. "Tapi, kamu tau aku belum siap aksa" Posisi duduknya tak tenang kini, bibir nya kelu, dada nya berdegub kencang. Ia tak menyangka secepat ini Aksara akan menjatuhkan hati nya. "Aku akan berjuang. Sampai kata Iya itu keluar dari mulut kamu" Dan kini, aku benar-benar jatuh hati padamu. Rasa yang selama ini ku fikir hanya sebuah empati sebatas sahabat ternyata empati melebihi ekspetasi di luar nalar ku sendiri. Dengan sabar kau mengajariku arti bahagia lagi. Setelah lama tertatih mati karena di hujam semesta berkali-kali. Kini, aku merasa waktu tidak akan indah nikah tak ku habiskan bersama mu Ini untuk kamu, Aksara terindah di planet Bumi.

QueenAyy · Teen
Not enough ratings
27 Chs

Duapuluh empat

Laura mempersiapkan segala keperluan untuk berangkat bekerja, ia sudah izin kepada Rendi bahwa hari ini ia akan sedikit terlambat pergi bekerja di karenakan ada acara keluarga tadi malam.

Ia memasukan beberapa berkas dan buku, tak lupa alat make up nya, ia tipe wanita yang tak bisa hidup tanpa menggunakan make up sama seperti wanita kebanyakan, bahkan di kantor ia adalah wanita yang handal sekali dalam bermake-up.

Laura sedikit mengaca di kaca yang menempel di dinding, kaca itu menampakan bentuk tubuh segitiga nya, dada yang sedikit kecil dan pinggul yang agak melebar menambah kesan cantik dalam diri gadis tersebut.

Ia memilih work fit atasan turtleneck dan di padukan dengan pantsuit pastel, menambah kesan feminim dalam diri Laura. Lipstik berwarna peach serta beberapa taburan bedak di pipi nya, eyeshadow yang ia pilih hari ini adalah warna krem dan taupe warna natural yang tak membuat matanya terlihat norak.

Drttt...!

Handphone nya berdering, satu pesan masuk dan ia mulai membuka nya.

"Kok belum dateng ra?" tanya seseorang disana.

Laura hanya membaca pesan tersebut dan memasukan kembali handphone ke dalam tas nya, lalu beranjak keluar, tak lupa menutup pintu kost nya dan mengunci.

Ia menuruni tangga perlahan, Tiba-tiba handphone berdering kembali kini tanda ada panggilan masuk. Laura berdecih pelan, lalu mengangkat telfon tersebut.

"Apa sih bas, gue udah mau berangkat ini, ribet banget sih lo, Rendi aja gak ribet" Amuk Laura terhadap Bastian.

"Sorry ra, gue mau nitip izin ke lo, gue lagi sakit sekarang, gue telfon Rendi gak di angkat, Anak-anak juga gak ada yang angkat telfon gue" ucap Bastian yang kini sedang terbaring di kasur rumah sakit dengan infus yang menempel di tangan kiri nya.

Laura pun sedikit memelan kan suaranya, ia merasa bersalah sudah membentak Bastian tadi.

"Ha, lo sakit? sakit apa? terus lo dimana sekarang?" tanya Laura bertubi-tubi.

"Iya, gue dirumah sakit sekarang" ucap Bastian.

"Rumah sakit mana?" tanya Laura.

"Harapan Indah, nanti gue pap deh biar lo percaya" ucap Bastian.

Laura pun mengiyakan dan berpamitan untuk pergi ke kantor.

***

Rendi, Bimo dan Senja kini sibuk dengan laptop masing-masing, handphone mereka silent agar tak mengganggu waktu kerja. Senja sibuk mengoreksi tulisan penulis yang sudah dikirim beberapa hari yang lalu, ia sangat fokus karena akhir bulan buku tersebut akan terbit.

Bimo bertugas mengedit cover sebagus mungkin, ia menyeruput kopi yang sudah di sediakan oleh OB disana, otaknya mulai encer kini ide-ide pun bermunculan.

Rendi bertugas melihat kerja Senja dan teman-teman lainnya jika masih ada kesalahan akan Rendi akan menyuruh untuk membenarkan kembali hal yang salah.

Pintu kantor tiba-tiba terbuka.

"Gaes... Bastian sakit dia masuk rumah sakit" ucap Laura dengan nafas yang memburu, ia pasti berlari dari lantai bawah menuju ruangan tempat mereka bekerja. Bimo yang mendengar hal itu pun sontak kaget, ia merasa Bastian baik-baik saja dan tak pernah bercerita bahwa ia sakit.

"Ha? kapan?" tanya Senja yang juga kaget dan menghentikan pekerjaan nya.

Laura pun duduk di kursi kerjanya dengan menyandarkan punggung, lalu meminum air putih yang sudah di sediakan.

"Dia tadi telfon gue, dia nyoba telfon kalian katanya gak ada yang angkat atau pun bales chat dia" jelas Laura.

Lalu Bimo, Rendi dan Senja pun mengecek handphone masing-masing, benar saja beberapa panggilan tak terjawab dan pesan yang belum mereka balas.

"Weh beneran gak dia nih, nanti prank lagi" ucap Rendi.

"Video call aja ren" pinta Senja dan di setujui oleh teman lainnya.

Akhirnya Rendi pun memencet tombol video yang ada di pojok kanan atas.

Memanggil... Lalu berdering. Seketika teman-teman lainnya pun mulai berkumpul menghadap Handphone Rendi yang sudah di pegang.

Bastian yang sedang tertidur pun kaget dengan bunyi handphone yang berdering, lalu mengangkat nya.

"Bassss" teriak 4 Sekawan lainnya di kantor.

"Woi berisik lu pada haha" ucap Bastian dengan tawa renyah, wajah nya pucat pasi dengan infus yang masih menempel di punggung tangan nya.

"Lo sakit apa broh?" tanya Bimo yang sudah seperti kakak bagi dirinya.

"Gak cerita sama gue" lanjut Bimo.

"Enggak, gue mungkin kecapean aja" ucap Bastian.

"Nanti kita kesana deh ya, jengukin lo, lo kirim nomer kamar aja ya" ucap Rendi.

"Iya, gue izin dulu ya ren, beberapa hari deh biar sembuh dulu, kerjaan gue tolong wakilin dulu" ucap Bastian.

Rendi pun mengangguk paham.

"Get well soon Bastian" teriak mereka lagi dan diiringi senyuman Bastian yang merekah.

Rendi pun mematikan telfon dan menginstruksikan untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing.

***

"Bagus juga ya kantor lu" ucap Nadhira yang sedang duduk di kursi pribadi milik Noval. Noval yang hanya berkacak pinggang pun hanya mengangkat satu alis kanan nya.

"Ya begitulah" ucapnya singkat.

"Ini punya lu sendiri?" tanya Nadhira meyakinkan diri.

"Iya lah masa gue pura-pura kaya" jelas Noval dan Nadhira hanya tertawa.

"Lu udah punya cewek gak sih? istri gitu?" tanya Nadhira.

Noval pun hanya terdiam, pertanyaan Nadhira kini sudah menyangkut urusan pribadi nya, namun mau bagaimanapun ia harus tetap berperilaku baik karena ia akan butuh infromasi tentang Senja maupun Aksara lewat Nadhira.

"Emm, enggak.. maksud gue belum" ucap Noval.

"Yess.. kesempatan gue dapetin cowok muda yang kaya raya" ucap Nadhira dalam hati.

"Nadh..." panggil Noval.

Nadhira pun segera tersadar dan mengajak Noval untuk makan, dan Noval pun mengajak nya untuk pergi ke kantin yang terdapat di basement bawah.

Seperti halnya Nadhira, Noval juga memiliki list pribadi bahkan lift tersebut terhubung untuk semua lantai terutama basement tempat kantin kantornya. Berbeda dengan karyawan lain yang harus menuruni tangga untuk pergi makan ke kantin.

Dalam hati Nadhira, ia harus bisa mengambil hati Noval, ia menjamin hidup dengan laki-laki seperti Noval akan membuat ia bahagia, ia akan berusaha agar mendapatakan Noval seutuhnya.

Mereka pun sampai di basement dan keluar lift secara perlahan, kedatangan Laura dan Noval pun menyita beberapa karyawan yang sedang istirahat dengan makan di kantin termasuk penjual makanan di sana.

Ada beberapa macam makanan di jual seperti nasi goreng, Bakso dan aneka makanan serta camilan yang biasa kita temui di jalan.

Noval pun memilih dudukh di meja panjang depan stand Bakso favorit nya diikuti dengan Nadhira yang juga ikut duduk.

"Mau makan apa?" tanya Noval.

"Apa aja yang enak disini" ucap Nadhira.

Noval pun memanggil pelayan kantin yang biasa melayani karyawan yang ingin memesan. Hanya terdapat Dua orang pelayan disana pelayan pertama sedang sibuk mengantar makanan.

"Bakso nya dua ya" ucap Noval dan pelayan tersebut mengangguk paham lalu beranjak pergi.

"Wah gila sih, kantor lo ada kantin juga, di kantor gue gak ada, gue kalo pesen makanan ya catering gitu, sekalian karyawan gue beliin" ucap Nadhira.

"Oh sistem lo gitu? kalo gue sih mending gue kasih duit mereka bebas makan yang mana, toh disini lengkap gak kalah sama makanan diluar" jelas Noval.

Nadhira pun izin untuk pergi ke WC terlebih dahulu karena ingin membuang air kecil.