webnovel

Ameera Afirah

Sekolah ini penuh keceriaan. Ameera begitu menikmatinya. Di dalam kelas, semua murid dengan penuh rasa gembira bernyanyi bertepuk tangan dipandu dengan Maryam.

Di tengah keceriaan itu, tiba-tiba seorang anak laki-laki menjerit, menangis lalu akan berlari keluar kelas seandainya saja Maryam tak segera menarik tubuh kurus anak itu.

Ameera mengernyit, lalu memandang keluar jendela. Mama anak itu berniat pulang saat mengira anaknya sudah tak memperhatikannya. Tapi nyatanya, anak itu begitu manja. Tak bisa jauh dari mamanya.

Anak itu terus menangis, walau pun Maryam telah memeluknya berusaha menenangkan. Hingga akhirnya dia terdiam setelah wanita yang tadinya sudah berada di luar pagar kembali berdiri di depan pintu kelas. Bertepuk-tepuk tangan, seakan memberi kekuatan keberanian kepada anak laki-lakinya.

"Al, kamu duduk lagi yah. Mamamu menunggu di luar" Kata Maryam, dijawab anggukan pelan dan isakan kecil anak itu, Al namanya.

Kegiatan terus berlanjut, saat bel sekolah berbunyi tanda jam istirahat. Al bermain ayunan bersama anak laki-laki yang badannya juga kurus tapi lebih tinggi dan warna kulitnya kecokelatan, berbeda dengan warna kulit Al, Afar. Sahabatnya.

"Permisi, Ameera mau naik di ayunan ini, jadi kalian harus turun" Kata anak perempuan pendek, gemuk dengan rambut yang bergelombang. Ameera hanya berdiri melipat kedua tangan di depan dada. Tanpa banyak bicara, mereka turun dan meninggalkan ayunan.

Ameera menundukkan diri di ayunan besi dengan anak laki-laki bernama Wandi, kulitnya juga putih walau tak seputih Al. Dan anak perempuan tadi mendorong ayunan hingga melayang-layang pelan di udara.

Ameera menikmati permainannya. Dia seperti saja bos kecil yang ditakuti beberapa anak seusianya di sekolah ini. Padahal dia tak selalu bersikap ceria, friendly, tapi mungkin sorot matanya yang tajam membuat orang sedikit takut.

Tapi,

Ada satu anak perempuan yang selalu saja menjahilinya di kelas, anak perempuan dengan badan kurus dan kulit agak gelap, Sari.

Setiap jam makan, Sari selalu melempar snak Ameera ke lantai dan ketika Ameera mengambil dan meletakkannya kembali, Sari kembali juga mengulang-ulang tindakannya hingga Ameera menatapnya sinis.

°°°°

Dua tahun berlalu, usia Ameera sudah enam tahun. Dan tahun ini dia akan memasuki sekolah dasar negeri yang berdekatan dengan TKnya.

Hari pertama sekolah, dia memasuki pekarangan dengan sikapnya yang masih saja seperti itu. Terlihat ceria akan tetapi sorot matanya tajam. Wida mengantarnya sampai ke dalam kelas.

"Anak-anak, sekarang kalian bukan lagi anak TK. Jadi orangtuanya tidak boleh lagi menemani di sekolah, yah." Ujar wali kelas satu itu, Pak Hudin. Dijawab siap secara kompak para murid.

Ameera tersenyum melambaikan tangan melihat mamanya akan pulang setelah cukup lama berdiri di depan pintu kelas, dibalas senyuman dan lambaian dari sang mama.

Mata Ameera mengamati teman-teman barunya. Melihat satu-satu dari ujung kaki hingga ujung kepala, kemudian kembali tersenyum merasa senang melihat orang-orang baru di sekitarnya. Hingga matanya menangkap sosok anak laki-laki yang duduk di depan barisan bangku laki-laki, sedang berbicara dengan kawan sebangkunya. Senyum Ameera memudar. Menimbang-nimbang ingatannya.

"Anak manja di TK?" Kepalanya dimiringkan sedikit berpikir terus memerhatikan perawakan anak itu, "Al?" Pikirnya lagi kemudian mengangguk mantap dan melempar pandangan ke sisi yang lain.

"Itu namanya siapa yah? Teman si anak manja itu?" Menimbang kembali ingatannya, "Ah, lupa" Ameera menepuk jidat, lalu berhenti memandangi yang lain lagi setelah Hudi kembali mengeluarkan suara.

"Semua tenang!" Titah Hudin meminta murid-muridnya agar diam karena sudah seperti anak ayam kehilangan induknya, "Bapak absen dulu"

Semua tenang. Melipat kedua tangan di mejanya masing-masing.

Satu persatu nama mulai disebutkan,

"Afar Pangerang" Sebut wali kelas itu.

"Hadir, Pak. Saya Afar" Jawab Afar di bangku ke tiga bagian kanan Ameera.

"Oiya, namanya Afar" Ameera mengangguk pelan, akhirnya mengenali anak itu.

"Al King Maufiq" Satu lagi nama disebut, tak ada suara, hanya tangan kanan yang diangkat setengah ke atas.

Hudin hanya memandangi anak itu sekilas, tak banyak protes kenapa anak itu seperti malu-malu, lalu melanjutkan ke nama berikutnya.

"Ameera Afirah"

"Hadir, pak" Ameera mengangkat tangan lurus keatas dengan semangat. Hudin mengangguk mantap.

"Ananda Sari"

Anak perempuan yang duduk tepat di depan Ameera mengangkat tangan. Ameera menatap punggungnya lekat, seakan tahu gerak-gerik anak ini. Senyumnya menyeringai memikirkan sesuatu.

"Ini yang suka jahilin saya di TK" Kata Ameera dalam hati, masih memandangi punggung Sari.

Ameera sibuk bermain dengan pikirannya sendiri. Tak lagi fokus mendengar wali kelasnya menyebut satu persatu nama yang tertulis di absen hingga habis.

Kemudian menendang pelan bangku yang ada di depannya. Sontak Sari menoleh dan disambut senyum Ameera yang sengaja dibuat seramah mungkin.

"Hai, Sari, kan?" Tanya Ameera setengah berbisik.

"Iya" Jawab Sari singkat dengan tawa kecil di ujung kalimatnya, menandakan senyum persahabatan. Mengisyaratkan mari berkawan.

Dalam hati Ameera mengutuk, semoga anak perempuan ini tak lagi menjahilinya. Ya, semoga saja.

°°°°