webnovel

Pergaulan Bebas

Reisa cemas akan sosok kira.

Kakiku ingin sekali berlari dari tempat berniat mencari kira tapi keramaian ini akan menenggelamkanku diantara para kaum bebas hambatan yang sedang terjun melakukan hal diluar kebaikan, berbagai macam perkumpulan, pemuda pemakai narkoba berjingkrak-jingkrak kehilangan kesadaran setelah menghisap bubuk halus agak nya berwarna putih bernilai fantastis, ditambah minuman alcohol yang tersedia mereka oplos dengan minuman soda atau lainnya, sekali atau dua kali tegukan akan bikin over orang yang menelannya, berjoget ria sedang bernyanyi-nyanyi gila mengangkat tangannya, belum lagi sederet pasangan kekasih sedang asyik bercumbu rayu, meraba-raba lawan jenis tanpa rasa malu dimuka umum, mungkin agak menghibur untuk para penonton eksotis, semua kejadian itu telah kusaksikan didepan mataku, terkadang sedikit tak percaya akan hal yang disampaikan oleh ayah dan semuanya sudah terjawab. Aku sendiri tak ingin hilang apalagi sampai tercemar berada diantara kuman buruk yang menular seperti mereka. Jemari reisa mulai dimainkan lagi seperti sebelumnya tanda gadis itu mengalami kegelisahan. Semmy menyadari akan hal itu mencoba menenangkannya.

"Dengar…" reisa langsung menatap semmy berbicara. "Loe kesini karna ajakan gue jadi…loe adalah tanggung jawab gue"

Reisa terkesima. Semmy bertutur kata dengan tenang mengartikan pemuda itu ada untuk reisa. kegelisahan dalam hati reisa mulai hilang tergantikan takjub akan sikap yang dimiliki semmy. Penampilannya mungkin buruk tapi dalam kepribadian dia sungguh baik persis seperti diungkapkan Shakira, layaknya batubara yang gelap tapi bernilai mahal, shakira benar-benar mengetahui tentang semmy dan sammy. Begitu sangat mengenal mereka.

"Kita nyari adik loe sekarang?", tawar semmy mempersilahkan reisa sopan. Mendengar keluh kesah reisa tanpa dipungkas. Apa dia selalu memperlakukan semua orang dengan sangat baik? kekaguman reisa terhadap semmy mulai tumbuh bila dibandingkan Sammy yang selalu menindas dan memperlakukan dirinya dengan buruk.

Abbay mulai berisik, sedari tadi mengawasi tingkah semmy pada reisa.

"Kalian mau disini berduaan apa barengan ama kita", goda abbay si resek. Kenakalannya, suka jail dan tak tahan jika lihat cewek cantik atau manis, badannya sedikit berisi dari temannya yang lain. "Julid mulu loe daritadi", sambar dias teman segandengnya. Biasa berdua bareng abbay, mengerti tingkah laku si abbay, serupa senang menggoda cewek tapi tak bisa dibilang playboy karena tak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.

"Loe juga sama aja kayak si abbay", tambah alex bekomentar, cowok paling cerewet diantara lainnya, hal yang paling disukainya, ikutan balap liar setiap ada pertandingan.

"Kalau kelamaan disini si alex bisa ketinggalan pertandingan", ucap satya sibuk dengan ponsel ditangannya fokus menatap layar handphone mengabaikan sekitar, si gammers yang tak tau tempat dan waktu, dimanapun kakinya berpijak disitulah tempat buat duel.

"Ngomong sambil natap layar ponsel itu gak sopan", sewot raka sambil merebut handphone yang dipegang tangan satya, raka terbilang lebih tua daripada yang lain, punya sikap lebih dewasa dan tenang. "Woee…kembaliin", protes satya merebut ponselnya kembali.

Pendiam dan tak banyak bicara jika tak penting, sekali bicara mengeluarkan kalimat pedas.

"Kalian semua berisik banget", protes zaky pada semua temannya.

Alhasil semuanya menutup mulut tak membalas ucapan zaky. Termasuk aku, wajahnya paling garang menurutku dan agak sedikit menakutkan. Ditengah perkelahian mereka semmy memotong kegaduhan. "Hentikan…, kalian bisa nakutin reisa", santai semmy.

Tak ada lagi gunjingan dan perlawanan dari mereka berenam, kurasa sikap semmy sebagai pemimpin cukup berwibawa. Jiwa kepemimpinan yang bakal bisa menjadi calon pemimpin baik. Semmy panca wangsah.

"Salam kenal dari kami semua ", ucap raka memperkenalkan diri ditambahi senyum manis dari bibirnya yang tipis.

Zaky, alex, satya, abbay, dias, serentak mengikuti raka tersenyum padaku. Reisa merasa senang bisa diterima diantara mereka, menjawab perkenalan mereka penuh kepedean menyebutkan nama reisa. Semmy melirik mengamati reisa terkesan mulai nyaman, kebiasaan memainkan jemarinya tak dilakukan lagi setelah beberapa menit sebelumnya penuh kegelisahan dan ketakutan.

"Come on guys…", ajak semmy bersemangat.

"Bisa kita nyari adek loe sambil seneng-seneng", tawar semmy padaku. Reisa terseyum menyetujui pendapat semmy tanpa ragu, keberadaan semmy membuat reisa merasa aman

Keberadaan semmy membangun kemeriahan, hampir semua orang diarea mengenal dan menyapa semmy, sosok semmy yang murah senyum disegani orang lain. Apa semmy orang penting diacara ini? Atau ini acara yang diadakan oleh semmy? Mataku terbayang akan gambaran bahwa semmy adalah raja dari mereka semua. Disana menjadi area kekuasaannya.

Semmy memperlihatkan dunia yang tak pernah kujangkau sebelumnya. Dipenuhi kejutan dan ketegangan.

"Sem boleh kutanya sesuatu?"

"Boleh…"

"Apa kau sering kesini? Maksudku…teman-teman…

"Ooh…gue paham apa yang mau loe tanyain"

"Gue sama semua temen-temen gue emang masuk didunia yang terkesan brutal kayak gini tapi…asal loe tau kita bebas dari yang namanya narkoba, alcohol ataupun mainin cewek, anggap aja kita kesini cuma sekedar mampir dan pengen seneng-seneng dengan cara kita sendiri"

Reisa tak enak hati "maaf sem udah berpikiran buruk". Semmy terseyum lagi.

"It's Okey, Santai aja…"

Reisa tak jauh-jauh menempel seperti lalat pada semmy. Berjalan diantara semmy dan teman-temannya kepedeanku timbul, aku seperti gadis jalang diapit oleh sekelompok cowok atau berasa jadi seorang putri dikelilingi para pengawalnya. Bersama mereka tak seburuk yang kupikirkan.

Mata reisa masih menelusuri setiap sudut tempat memastikan sosok kira, namun batang hidungnya tak ada tanda-tanda menampakkan diri. Apa reisa salah lihat? Tak ada kemungkinan adiknya berada diantara keramaian yang tercatat kumpulan berbagai macam anak orang kaya sedang bersenang-senang.

Anak berpakaian hoodie warna hitam mendatangi semmy belagak sok jagoan menunjuk jari telunjuknya pada semmy tanpa canggung. Penampilannya terkesan masih dibawah umur, lebih muda dari kami, sikapnya tak sopan berkata "Loe namanya semmy kan, gue tantang loe balapan sama gue", sumbarnya agak oleng.

Semmy sangat santai menanggapi tantangan dari bocah yang tak tau etika, malahan si alex terpancing lebih meradang ingin maju memukul pemuda kurang ajar itu namun ditahan tubuh raka dan lainnya.

Pakaian yang dikenakannya tak asing dimata reisa.

"Hey bocil belajar dulu sana baru boleh nantang kami", oceh abbay. Keinginan menantang semuanya, "Diem loe gendut", timpalnya tak gentar.

Si abbay mulai ikutan emosi mendengar olokan tentang postur tubuhnya, badan abbay yang bebas langsung menyeruduk badan pemuda itu hingga terpental dari tempatnya berdiri lalu secepat kilat membalas mendorong tubuh abbay yang berisi, kawanannya tergopoh ingin melerai.

Reisa menengahi terjadinya perkelahian, "Abbay jangan…, dia masih kecil", larang reisa.

Tangan semmy menyentuh bahu kanan abbay, "Hentikan…", pinta semmy.

Seorang gadis dengan pakaian hoodie hitam serupa dipakai pemuda itu masuk diantara kami, berlari dan berteriak memanggil namanya. "Rega…"

Hoodie couple yang biasa dikenakan sepasang kekasih, reisa melotot kaget melihat adiknya muncul berpakain persis rega, tak layak reisa merasa tak asing melihat hoodie yang dikenakan rega. Kira mendekati rega sendirian ditawur oleh geng semmy.

"Kira? Sedang apa kau disini?", kejut reisa dihadapan kira. Adiknya juga merasaan hal yang tak jauh beda dengan reisa. Tempat yang tak akan pernah dikunjungi kakak nya malahan mempertemukan kira bareng seorang cowok. "Kak reisa?"

"Dia adik yang loe cari?" tanya semmy. Kepala reisa mengangguk. Seperti apa reaksi ardiansyah bila tau kedua putrinya berada ditempat tak semestinya. Reisa mulai berpikir sejak kapan adiknya mengikuti pergaulan bebas seperti ini.

"Ayo kita pulang sekarang", ajak reisa menarik tangan kira menjauh dari rega.

"Enggak kak lepasin…", tolak kira menepis tangan kakaknya. "…tapi kira seharusnya kau gak berada ditempat seperti ini", tutur reisa.

"Kakak sendiri ngapain disini?", kritik kira sambil melirik arah semmy berdiri.

Kira berpikir kakaknya pasti bersama cowok yang dipunggungi reisa, bertanya akan kedatangan dirinya. Kira berlari menuju posisi rega lagi. Reisa bertanya-tanya dalam hati siapa cowok yang sengaja dibela mati-matian oleh kira.

Sirine polisi berbunyi sangat keras memenuhi arena balap tersebut. Semua orang dalam keadaan panik termasuk reisa dan geng semmy.

Tanpa pikir Panjang semmy langsung menarik tangan reisa menjauh dari kira menuju parkiran motor. Reisa melihat kira dibawa lari rega.

"Sem lepasin…", ronta reisa. "…. Aku harus membawa adikku", ujarku.

Semmy masih menggenggam erat tangan reisa tanpa dilepas meskipun reisa terus meminta untuk melepaskan dirinya.

"Bahaya…, kita harus segera pergi sem", pinta satya.

Semua kawannya menyetujui pendapat satya. Mobil polisi semakin mendekat, usaha mereka melarikan diri masing-masing terlaksana. Kegigihan reisa ingin membawa adiknya lari dari sana tetap ingin terlaksana. Semmy ikut lari mengejar reisa nekat kembali ke arena balap, menilisik suasana yang tadinya ramai puluhan orang lenyap seketika disapu para polisi.

Layaknya tikus sudah terperangkap. Reisa dan semmy tertangkap gerombolan polisi yang masih merazia disekeliling arena balapan. Semmy mengangkat tangan menyerah sedangkan reisa hanya panik kuatir masih memikirkan adiknya kira hilang entah kemana.

Mereka berdua terjaring dibawa ke kantor polisi.