webnovel

Kecemasan Semmy

"Kak sem ayo angkat…", bunyi panggilan sibuk diponsel semmy, berulang kali Sammy balik menghubungi kakaknya tapi tak ada jawaban.

Sammy berada dirumah kelabakan mencemaskan kondisi kakaknya yang masih dipertanyakan, Sammy mengutak-atik handphone mencari kontak yang bisa dihubungi, mencari solusi hingga akhirnya memiliki ide untuk menelpon salah satu teman kakaknya. Salah satu dari teman semmy pasti bisa menjawab segala pertanyaannya.

Abbay menjadi orang yang terpilih dihubungi Sammy, sedikit gugup abbay berbicara terbata-bata menanggapi pertanyaan Sammy tentang kasus kakaknya, terakhir abbay dan teman lainnya berpisah diparkiran, semuanya ikut kabur menyelamatkan dirinya masing-masing, meninggalkan semmy.

Sammy mulai mengerti alasan kakaknya berulang kali menghubungi, mendengar cerita abbay sammy bergegas mengambil mobilnya, bisa jadi kakaknya menjadi salah satu orang yang terjaring Razia polisi dan sekarang semmy berada di kantor polisi seperti perkiraan abbay, meski cerita abbay masih agak ragu, keyakinan itu makin kuat setelah Sammy beberapa kali dapat panggilan dari sang kakak.

Sammy menancap gas mobil keluar rumah, "Kak sem…dimana kau sekarang", Sammy sedikit kesal menggerutu memutar otak, abbay tak menginformasikan tempat kantor polisi yang membawa semmy, butuh informan lain untuk mendukung Sammy menemukan kakaknya.

Rem mobil Sammy diinjak tajam sampai mobilnya mengeluarkan bunyi decitan, mengambil ponselnya Kembali menyambungkan pada seseorang.

"Hallo pak bahtiyar, dimana bapak sekarang, saya butuh bantuan bapak", nada suara Sammy terbilang sangat cemas, kalimat serupa seperti diucapkan semmy beberapa menit lalu, Sammy menelpon pengacara andalan papanya.

"Iya tuan muda, saya sekarang ada dikantor polisi"

"Apa kak sem disana?", bertanya tanpa basa-basi.

"Benar tuan muda". Pak bahtiyar tak menutupi permasalahannya dikantor polisi.

"Tolong kirimkan posisi tempat anda sekarang", pinta Sammy.

"Baik tuan muda…", pak bahtiyar melaksanakan perintah Sammy memberikan alokasi tempat semmy digelendeng, kelegaan hati sammy terobati, menarik nafas panjang mengucap rasa syukur kakaknya telah ditemukan.

Sammy memutar kunci mobil, kembali menghidupkan mesin menuju kantor polisi tempat kakaknya disekap.

"Maaf sem aku tak bisa pulang denganmu", tolak reisa. Semmy bingung akan sikap reisa menolak ajakannya untuk mengantar pulang. Reisa bimbang.

"Kenapa? Gue gak bisa ninggalin loe disini gitu aja, lagian ini udah malam", pikir semmy keberatan, "Udah ayo jangan banyak alasan" reisa dipaksa lagi, gadis itu tak bisa memberontak, tangan reisa ditarik keluar menuju motor semmy.

Reisa tak bisa menepis elakan semmy, kebaikannya membuatku tak enak hati, haruskah ku katakan? Mengenai ayah.

"…tapi…sem kau gak ngerti…, reisa terus berusaha menolak secara halus. Berjalan dibelakang semmy penuh keraguan.

"Kak sem…" Suara seseorang menghadang mereka. Sammy melihat kakaknya disana tak sendirian, semmy sedang menarik tangan seorang gadis tak lain adalah reisa.

Sammy syok tak percaya adanya reisa dibelakang kakaknya. Sammy berjalan menghampiri.

"Sedang apa dia disini?", herannya pada reisa. Semmy tak menyangka adiknya akan muncul menjemput dirinya disana.

Kenapa mereka bisa barengan? Apa mungkin cuma kebetulan? Sammy mendekat pada kami menyorotku dengan tatapan tak biasa, mungkin ia terkejut kenapa aku berada disisi semmy. Reaksi sammy, matanya tak lepas dariku, sorot matanya seakan ingin mengatakan sesuatu.

"Hay sam…, sedang apa kau disini?", tanggap semmy ingin sedikit melucu ingin mengurangi ketegangan.

Masih mematung mengarah pada reisa. "…tadi gue hubungi loe tapi gak loe angkat jadi gue telpon pak bahtiyar", semmy bercerita dibumbuhi cengingisan seperti biasanya. "Kok loe bisa tau gue ada disini"

Sammy tak juga merespon. Mata reisa dan Sammy terus bertemu pandang meniadakan semmy.

"Sammy…kakak sedang bicara". Kakaknya memukul pelan lengan sammy merasa tak ditanggapi. "Pak bahtiyar", jawab Sammy singkat.

Semmy mengumpat. "Dasar…orang tua itu benar-benar gak bisa jaga rahasia"

Reisa merasa kikuk bersembunyi dibalik punggung semmy, tak tau harus bicara apa. Rasa malu muncul menyelimutiku, kepergok bareng semmy ditempat yang tak sepantasnya.

"Kenapa dia ada disini?", tanya sammy mulai mempertanyakan lagi akan reisa. Bibir reisa terbuka ingin menjawab tapi sudah diwakili semmy "Ceritanya Panjang sam"

"Jangan bilang kau yang menempatkan dia dalam situasi ini", tebak sammy mengira-ngira, semmy tak heran, pemikiran jeli adiknya tak akan mampu menyembunyikan rahasia apapun darinya.

"Gue sungguh ingin loe jadi detektif sam", sambar semmy menggoda adiknya terkesan menunjukkan kekesalan. Tangan kanan Sammy meraih kaos kakaknya. "Apa kau sudah gila?! Gimana bisa kau mengajak dia?!", tangan Sammy mendorong tubuh sang kakak. "Kau…bener-bener gak waras", emosi Sammy bercampur aduk antara senang dan kesal, Semmy tak berpikir lawakannya akan menjadi amarah untuk Sammy.

"Loe tak perlu semarah itu, oke gue salah dan gak akan ada lagi kejadian kayak gini", semmy mengangkat tangannya menyerah pada sang adik. Sammy tak ada pilihan.

Reisa berusaha tak ikut berkomentar perdebatan kakak beradik itu, menutup mulutnya akan lebih baik daripada menjadi batu sandungan membuat mereka semakin bertengkar.

"Maafin kakak, sam", merayu sang adik. "Ini sudah larut malam kita pulang saja, oke?!"

"Dengar…" Kembali dengan mimik muka serius "Jika aurel tau kau melakukan ini, dia bisa membunuhmu", ujar sammy menakut-nakuti kakaknya.

"Aurel? Apa hubungannya?"

Sammy melirik pandangannya tepat dimana reisa berdiri. Kegalauan mulai keluar dari muka semmy," Ooh shit…gue lupa sam", semmy menggaruk kepala pusing, adiknya Sammy mungkin masih bisa dikendalikan tapi Shakira tak akan menahan diri untuk mengomelinya sepanjang hari.

Reisa paham orang yang dimaksud kakak beradik itu adalah shakira, tak terpikirkan dari awal reisa masih memiliki sahabat yang bisa membantunya disaat darurat.

"Kak sem pulanglah, aku akan nganter reisa pulang", sahut Sammy menawarkan diri.

Waktu sudah menunjukkan diatas jam Sembilan, reisa gelagapan mendengar tawaran Sammy, reisa kembali diingatkan persoalan ayahnya.

"Enggak…reisa akan pulang sama gue", tolak semmy tak mengizinkan, "Dia adalah tanggung jawab gue"

"Sejak kapan?", sewot sammy. "Dia hanya akan dapat masalah jika bersamamu"

Mereka berseteru lagi tak meminta pendapatku, berselisih seperti anak kecil merebutkan permen, apa aku terlalu murah?

"Sudah hentikan", teriak reisa memotong berdebatan si kembar. "Kalian gak nanya apa yang kumau?" reisa menunjukkan ponsel miliknya dihadapan sem dan sam. "Aku akan telpon shaki, aku akan pulang sama dia"

Mereka kalah telak, mulut si kembar terkunci tak bisa menolak keputusan reisa, membiarkan reisa pulang diantar Shakira akan jadi ide lebih bagus, mengingat waktu sudah larut, tak baik untuk seorang gadis masih berkeliaran bersama seorang laki-laki apalagi terbilang berstatus dewasa.

Reisa menelpon sahabatnya, Shakira bersedia menjemput reisa dan mengantarkan balik pulang kerumah. alangkah panik Shakira mendengar kisah reisa berada dikantor polisi. Shakira paham bagaimana kondisi keluarga reisa, memiliki ayah begitu sangat overprotective membuat kebebasannya dipertaruhkan.

Tak menunggu beberapa lam Shakira datang dalam kepanikan berlebih.

"Rei…, kau baik-baik saja?" Shakira memeriksa badan sahabatnya ada luka lecet atau tidak akibat diintrogasi oleh para polisi. "Aku baik shaki, kau tak perlu kuatir", jawab reisa menenangkan.

Mata Shakira melotot pada si kembar, semmy membuang muka pura-pura tak berdosa. Sammy bermuka cuek seperti biasanya.

"Kalian bener-bener ya?! Gimana kalau sampai terjadi apa-apa pada reisa", maki shakira.

"Dimana otak kalian?! Jika sekali lagi kalian berbuat seperti ini lagi gue gak akan maafin kalian berdua" Shakira tersu nerocos tanpa henti pada si kembar.

Sammy menghela nafas tak tau apa-apa terkena amukan shakira juga. Tak dapat melawan, sangking geramnya shakira menendang pelan kaki si kembar.

"Shaki…kau gak perlu sejahat itu sama mereka", bela reisa menghentikan aksi ekstrim Shakira melukai fisik semmy dan Sammy.

"Habis gue kesel rei…", omelan shakira memenuhi sunyinya malam. "mereka memang salah"

Semmy dan Sammy tutup mulut tak mengeluarkan pembelaan. Kemarahan Shakira kali ini beralasan. Waktu malam jadi makin panjang akibat ceramah yang didemokan Shakira.

"Tuan muda masih disini?"

Ditengah kegaduhan, pak bahtiyar muncul memberi kabar baik, semua masalah sudah terselesaikan, pengacara sekaligus bodyguard si kembar terpaut pandangannya pada Shakira.

"Nona juga ada disini?", heran pak bahtiyar. Shakira berpaling cuek.

"Kita pulang sekarang, rei"

Tanpa basa-basi lagi shakira menarik tangan reisa pergi. Reisa merasa aneh, sahabatnya mengenal pelayan si semmy, bersikap ramah bahkan memanggilnya nona. Apa itu juga kebetulan? Bibirku ingin sekali bertanya tentang itu.

"Kak sem mau kemana?"

Semmy buru-buru mengambil jaketnya ingin menyusul para gadis," Gue mau ikutin mereka dari belakang". Sammy mencegah lengan kakaknya pergi. "Apaan sih?!"

Adiknya mencengkeram lengan semmy tak melepaskan.

"Ini sudah terlalu larut sam, diluar akan sangat berbahaya"

"Itu hanya alasan kakak", tampik Sammy keberatan. "Please… biarin kakak pergi sam" meski memohon sammy tetap tak mengizinkannya, pak bahtiyar menawarkan diri untuk membuntuti Shakira dan reisa sampai pulang kerumah mereka, Sammy tak menolak niat baik pak bahtiyar dan mengiyakan keputusannya. Gerutuan semmy masih berlanjut pada Sammy sampai mereka pulang kerumah.