webnovel

Keberadaan Yuna

Reisa menata diri didepan cermin berdandan mengikat rambut lurusnya, sedikit berpose mengamati penampilannya memakai cardigan putih dengan dalaman kaos pendek berwarna mocca bercelana kulot jeans, "Sempurna", memuji diri sendiri.

Tak jauh dari mata reisa tergantung sebuah jaket disamping dekat lemari berwarna abu variasi gambar elang putih dibelakang punggungnya. Jaket yang familiar diingatanku, benda serupa milik semmy, bedanya punya sang kakak berwarna hitam.

"Punya sammy". Reisa meraih jaketnya, terbesit wajah cowok itu tanpa ekspresi dalam benakku. ada dua benda milik sammy sengaja kubawa, memakai jaket sammy serasa melindungiku.

"Wangi aroma jaketnya", reisa mendekap jaketnya, "Aku suka" mencium bau sammy masih sedikit tertinggal dijaket. Bau-bau parfum mahal yang tak akan bisa dibeli dengan uang receh. Pikir reisa.

Mungkin berada disisimu dari awal adalah sebuah kesalahan, "Tidak" Maksudnya berada didekatmu. Ketika kau bilang dan bertanya padaku dulu, aku tak mengartikan dari segi lain tapi sekarang aku menyadari bahwa didekatmu memang sungguh berat dari yang kupikirkan. Reisa menelan kesedihannya. Teringat kembali akan masalah yang ditimbulkan yuna, Shakira sudah menjadi korban sasaran keegoisan yuna, keinginan yuna hanya agar reisa bisa menjauhi sammy. "Apa itu permintaan yang sulit?", renung reisa.

Reisa melipat jaket sammy lalu mengemas masuk kedalam sebuah tas berwarna cokelat.

"Aku harus mengembalikan ini padanya". Reisa menatap diri sejenak didepan cermin menyemangati dirinya sendiri sebelum berangkat kekampus.

Sammy celingukan bertanya pada beberapa teman reisa.

"Apa si reisa belom datang?", sammy sampai mendatangi kelas bahasa mencoba mencari gadis itu, beberapa mata cewek terpikat memandangi sammy. Si jenius kampus yang sangat tenar dikalangan anak pintar mengunjungi kelasa bahasa untuk pertama kali. Para gadis bersemangat merespon kehadiran sammy.

"Loe kak sammy dari kelas spikolog kan?", seorang cewek mendekat kagum bernada sok kenal. Sammy bersikap keren menjawab dengan anggukan. "Wah…suatu kehormatan bagi kelas kami bisa didatangi orang paling jenius dikampus.

Para cewek mengundang kerumunan mengerubuti sammy bagai semut melihat roti manis. Bedanya sammy terlalu manis untuk dijadikan santapan pagi mereka.

"Kakak ngapain nyari si reisa? emang kalian saling kenal"

"Gak sangka si reisa bisa kenal sama kakak"

Para cewek saling mendorong berebut ingin mengajak berbicara. "Boleh kenalan gak kak"

Berderet antrian riweh menunggu perkenalan dari sammy.

Sammy menghirup nafas panjang tak tertarik menanggapi ocehan semua cewek yang berusaha basa-basi memikatnya.

"Harusnya aku gak kesini", gerutu bibir sammy menahan tak berkomentar culas.

Semalam sammy mengirim pesan pada reisa janjian bertemu diperpustakaan, meski pesan sammy tak kunjung ada jawaban, setidaknya reisa sudah membaca pesannya.

"Nah… itu si reisa", seru salah satu cewek menangkap bayangan reisa dari arah pintu masuk.

Reisa tertunduk lesu sambil menenteng barang bawaan ditangannya, gadis itu tak bersemangat berjalan sendirian tanpa shakira, Shakira harus menjalani hukuman beberapa hari, otomatis reisa akan kesepian tanpa sahabatnya. Sammy terpukul agak bersalah.

"Kakak ada hubungan apa dengan reisa?"

"Apa kalian punya hubungan special?"

"Kak sem kenal reisa darimana?"

Sammy meloloskan diri dari lingkaran belenggu para cewek, telinganya hampir meledak mendengar deretan pertanyaan memusingkan yang dianggapnya tak penting. Focus tujuan awal.

Muncul seperti hantu memotong jalan. "Kau baru datang?", sammy berdiri menghalangi jalan reisa.

"Sam?!" reisa kelabakan. "Sedang apa kau disini?" tanyaku melongo mendapati dirinya berada dikelas bahasa. Kumpulan para cewek dibelakang sammy masih belum bubar ingin memastikan rasa penasaran mereka.

"Menurutmu? Apa aku harus janjian dengan salah satu cewek disini", jutek sammy mengalihkan dengan lawakan. "Itu tak lucu sam", timpalku malas.

Reisa menyodorkan tas cokelat tentengnya. "Apa ini?", tanya sammy ragu.

"Ini kukembalikan jaketmu", sammy menerima dengan tangannya," Makasih…", tambah reisa.

Cewek satu ruangan terpaku menonton adegan reisa mengobrol santai bareng sammy, kenyataannya reisa dan sammy memang saling kenal. Menambah rasa penasaran mereka untuk terus mengulik kedekatan reisa dengan si jenius kampus yang terkenal cuek dan tak mudah bergaul dengan orang lain.

"Hey rei…sejak kapan kau kenal sama kakak kelas sammy", kejulitan mita kawan reisa yang dari awal mengidolakan sammy. Gadis lainnya ikut terpancing. "Kenalin sama kita-kita dong, kami juga pengen berteman ama kak sammy"

"Dia gak mau ngobrol bareng kita tapi mau ngomong sama loe"

Reisa agak malu diprotes beberapa cewek. Tak membalas hujatan teman sekelasnya. Reisa mematung paham, sammy tak akan mudah menerima teman-temannya agar bisa bersikap manis dan ramah menyapa mereka.

Reisa melirik sammy sedetik. "Kenapa? Kau ingin aku menyapa mereka"

Reisa salting sammy mengerti bisikan hatinya. "Aku akan melakukannya jika itu yang kau inginkan", bersikap sok keren sammy membuka peluang mengabulkan permintaan reisa.

Sammy menunggu reisa membuka suara, "Aku…harus pergi sam", pamitku kikuk berputar membalikkan badan menuju pintu.

"Tunggu…" sammy mencegat jalan reisa lagi. "Mau kemana?"

"Aku…ada janji harus ketemu pak handoyoh"

"Untuk apa?", selidik sammy.

Reisa kebingungan menjawab, kegugupanku tak luput dari mata sammy. "Boleh aku ikut?"

"Jangan…" refleks reisa keberatan. "Kenapa?", sammy mengerutkan kan kening.

Tenanglah reisa! Keteganganmu hanya akan menimbulkan kejanggalan bagi sammy. Otak jeniusnya bahkan bisa membaca pikiranku.

"Aku…ada urusan sam", tanpa menunda lama reisa kabur secepat kelinci. Sammy membiarkan reisa lolos.

Reisa tergopoh menghindar dari sammy, panik takut sammy mengekor dari belakang membuntutinya, saking terburu-buru reisa tak sempat waspada, terjadi insiden tubuhnya menyeruduk tubuh seseorang sedang mengangkat sebuah pel-pelan beserta tong ditangannya, sebagian air kotornya tumpah pada baju orang itu dan ambyar bercecer dilantai.

"Kalo jalan lihat-lihat dong?! Mata loe taruh mana sih" meradang si pembawa tong geram. "Iya…ya…maaf, aku akan bantu membereskannya" barang reisa ikut jatuh terbengkalai dilantai. reisa tak banyak berkata lagi saat tau orang yang ditabraknya adalah yuna.

"Loe lagi…loe lagi", kesal yuna.

Tong yang tadi dibawa yuna seketika dilempar kebawah kaki reisa. Sepatu sneakers reisa jadi sedikit basah terkena air pel. "Loe cewek paling nyebelin, gak bosen loe ganggu hidup gue, gue kayak gini juga karna loe", yuna nerocos mengeluarkan emosi.

Reisa bersikap besar hati terus memunguti semua barangnya yang terjatuh.

"Hey…loe dengerin gue gak sih?!", yuna semakin kesal.

Reisa terus sibuk membersihkan mainan rubik ditangannya. Yuna ikut terpikat.

"Mainan itu?!", yuna mengeluarkan nada seolah mengenal rubik ditangan reisa.

"Dari mana loe dapatkan benda itu" mainan reisa hampir direbut yuna "Berikan!"

Reisa menepisnya. "Jangan…, ini bukan milikmu", terjadi perebutan hebat berdampak saling tarik menarik, reisa mendorong tubuh yuna sampai terlempar ke lantai. "Aauu…loe kasar banget"

Reisa menggenggam erat rubiknya. "Itu…benda kesayangan sammy, berikan pada gue"

Tak asing yuna mengetahui itu barang milik sammy. Reisa sekuat tenaga menjaga.

"Loe pasti mencurinya" teriak yuna berusaha bangkit dari lantai.

"Ini milikku…aku tak mencurinya", elak reisa berkelit.

"Enggak mungkin…inisial S dirubik itu jelas milik sammy, gue sangat mengenalnya",

Yuna berusaha merebut kembali dari tangan reisa, "Ini milikku…dia sendiri yang memberikannya"

Reisa mendorong lagi yuna kuat-kuat sampai badan yuna terpental menabrakkan diri pada seseorang dibelakangnya. Tubuh tinggi dan kekuatan tangan sigap. Cowokk itu muncul seperti hantu untuk kedua kalinya.

"Sammy?!", pemuda itu menahan dan memegangi badan yuna terjatuh menimpanya.

"Sam…dia mendorong gue", yuna berlagak manja minta pertolongan, mencuri kesempatan ingin menempel melingkarkan tangan pada leher sammy.

"Maaf…aku gak sengaja", sela reisa.

Yuna bereaksi sok teraniaya agar dapat pembelaan. "Mainan itu! Rubik milik loe kan, itu ada pada dia", yuna mengambil simpatik lagi. Reisa bungkam tak membalas tuduhan yuna.

"Dia mencurinya sam, kau tak mungkin memberikan itu padanya kan?", Terlepas dari sammy, yuna ingin merebut mainannya lagi dari tangan reisa.

"Yuna hentikan…", halang sammy.

Yuna tak menghiraukan larangan sammy. "Cepat kembalikan", ingin terus merampas mainannya sampai reisa kesulitan bertahan.

"Kubilang hentikan…"

"Yuna?!" bentakan Sammy membuat yuna mematung, kedua tangan sammy menggoncang pundak yuna agar tersadar, memegang begitu erat sampai yuna terasa agak kesakitan.

"Sakit sam…", rintihnya.

Reisa menarik baju Sammy "Lepasin dia sam…" mendengar teguran reisa, Sammy melepaskan cengkeramannya dari lengan yuna.

"Kau… memberikan rubik itu padanya?" yuna masih juga bertanya memastikan.

"Minta maaf pada reisa", suruh Sammy. Mata reisa melirik sammy. Pemuda itu menyuruh yuna menyesali perbuatannya.

Yuna menggelengkan kepalanya "Enggak…gue sangat benci dia", yuna mengamuk tak terima berniat menyakiti reisa. "Gue benci loe?!"

Tanpa banyak bercengkeramah lagi. Sammy cepat menarik tangan reisa menjauh dari yuna.

"Kita pergi sekarang"

"Sam…sammy...", teriak yuna berkali-kali "Berhenti sam…"

Reisa tak enak hati meninggalkan yuna berteriak-teriak memanggil nama Sammy. Pemuda itu tak menghiraukan sama sekali. "Sam…kita gak bisa begini", keluhku.

Perkataan reisa tak digubris, Langkah kami semakin cepat, masih ditarik sammy reisa mengamati belakang melihat posisi yuna. Tak lama setelahnya tubuh yuna tumbang.

Mataku terperanjat. "Sam…yuna pingsan", Sammy tetap tak ingin dengar dan terus mengendalikan reisa memegang erat tangannya.

"Sammy berhenti…", bentak reisa mengakhiri langkah hingga menepi ditengah jalan.

Reisa melepaskan tangannya dari sammy berlari menuju yuna sudah tergeletak pingsan dilantai. Sammy agak berat ikut berjalan mendekat, tubuh yuna lemas. "Kita bawa dia ke UKS sam", pintaku memohon.

Sammy mengangkat tubuh yuna tanpa penolakan, membopong menuju ruang kesehatan. Reisa pun mengikuti dari belakang.

Sammy meletakkan tubuh yuna disalah satu tempat tidur diruang kesehatan, membaringkan lalu menyelimuti rok pendek yuna agar tertutupi. Perhatian sammy disaksikan reisa. Tertegun pemuda itu begitu menghargai kesopanan seorang gadis (tak memanfaatkan seseorang disegala situasi).

Mata Sammy melirik reisa meratapi kagum, "Ada apa"

"Tak ada apa-apa", alihku melihat yuna pingsan,

"Ini bukan salahmu", ujar sammy.

"Tapi yuna mendapatkan hukuman karena aku", sahut reisa menyalahkan dirinya sendiri. Mereka berdiri disebelah sisi ranjang yuna.

Memandang yuna terbaring tak berdaya, reisa merasa bersalah. Yang diinginkan yuna hanya sammy tak berada disampingku, apa itu keinginan yang terlalu sulit? Reisa menatap sammy membisu memandangi yuna.

"Sammy…", nama itu keluar berulang kali dari mulut yuna, remang-remang mulai agak sadar membuka mata pelahan. "Kenapa aku disini?" yuna memegangi kepalanya agak pusing.

Sammy duduk menyamping menolong yuna bangun, mengangkat punggung yuna untuk duduk. "Gue gak mau jauh dari loe, sam…" kedua tangan yuna tiba-tiba merengkuh tubuh Sammy, memeluknya sangat erat. Reisa membeku menyaksikan mereka.

Yuna menangis sesenggukan saat berada dipelukan, sammy membalas dengan tepukan pelan dipunggung yuna.

Kehadiran reisa disana tak berarti apa-apa untuk mereka, agak berat hati reisa mengalah melangkahkan kaki mundur keluar ruangan. Yuna tak bisa kehilangan Sammy. Dia begitu lemah. Tak berdaya, aku paham apa arti seseorang yang keberadaannya sangat penting dihidup kita.