webnovel

Idola Kampus

"Ada apa pagi-pagi nyariin gue, tanya kakaknya lagi. Ekspresi Sammy tetap datar mau menyampaikan pertanyaannya, semmy menghentikan permainannya.

Fajar mulai menyingsing dari arah timur, tanda pagi mulai datang, sebagian mahasiswa sudah mulai berdatangan. Tercatat pagi dan siang bisa terjadi pergantian waktu sesuai jadwal. Kedua saudara kembar itu masih berada dilapangan basket, saling melemparkan pandangan, berdiri berdua ditengah lapangan tanpa ada orang lain lagi diantara mereka.

"aku... ingin bertanya sesuatu", ucap sammy mulai berbicara.

"nanyain apa?", sang kakak mulai sedikit agak khawatir dengan tingkah Sammy, berfokus pada raut muka adiknya. Keheningan angin bertiup disekitar mereka, semilir-semilir hawa sejuk pagi menyelimuti mereka.

" kau... kenal sama reisa, pertanyaan yang dilontarkan sammy. Apa?

meledak tawa kakaknya memukul bahu sammy." Ada angin apa nih? Tumben nanyain cewek", semmy agak heran selama ini adiknya terbilang cuek ? tingkah yang paling menyebalkan nomer dua dari dirinya, pernah ada cewek yang selalu membuntutinya kemana-mana bahkan sudah dibilang stalker, segala sesuatu bisa didapatkannya dengan mudah, ia malahan masa bodoh tak menggubris sampai akhirnya si cewek bosan lalu menghilang, kecuali si gila yuna yang sampai sekarang masih berharap bisa mengendalikan Sammy yang kaku dan tak berperasaan hingga bisa menerima dan menyukainya. Spikopat jenius bahkan tak membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Ia bahkan bisa berdiri dengan satu kaki tanpa harus memohon pada orang lain untuk menolongnya.

"Tunggu…, kakaknya menerawang." cewek yang namanya reisa?" semmy memandangi langit sambil berpikir jauh. Mungkinkah kemarin yang bersama aurel ? gadis manis yang berpenampilan sederhana, wajah mungil dengan bulu mata lentik dan senyum lesung pipit nya.

"jawab aja apa susahnya ?! sewot sammy, nada bicaranya sayup-sayup malu.

Bola yang tadi dimainkan tangan kakaknya dilemparkan pada posisi sammy.

"satu lemparan", kakaknya menganggat jari telunjuk dihadapan sammy.

"Kalau emang ingin gue jawab pertanyaan loe, coba masukin satu bola lawan gue, gimana" goda kakaknya. "Kau menyebalkan…" timpal sammy dengan sikap dinginnya.

"Permainan basketku gak semahir dirimu"

"Ayolah sam…, kakak tau loe gak seburuk itu", sangkal kakaknya.

Sammy masih memegang bola basket yang diterima dari semmy, menantangnya beradu permainan yang paling disukai kakaknya. Kejeniusan nya mungkin tak akan membantunya mengalahkan semmy meski permainannya tak seburuk yang ia pikirkan dan tak sebaik yang kakaknya kehendaki.

"andai jika kita bisa bersatu dalam permainan ini, kita pasti jadi pemain paling unggul sepanjang sejarah kita"

"aku menolak", jawab sammy singkat. Bola yang tadi ada ditangannya dikembalikan pada semmy.

"gak perlu berdebat, loe tau gue gak suka penolakan", semmy mulai serius.

Semmy mengode dengan isyarat tak ada pilihan lain untuk adiknya selain memenuhi tantangan yang diajukan. Coba kita lihat apa dia menyetujuinya. Saudara kembar itu saling berhadapan memulai pertarungan satu lawan satunya.

Sudah pukul 07.45 wib pertarungan itu belum juga selesai, para mahasiswa sudah mulai banyak masuk area kampus. Berdesir suara teriakan cewek dari arah lapangan basket, berkumpul seperti kumpulan semut mengerumuni gula, hanya saja gula nya terlalu manis untuk dimakan. Pertandingan sedang berlangsung dilapangan basket. SEMMY dan SAMMY suara yang disorakkan beberapa gadis diluar lapangan basket. Game yang membuat semua orang penasaran, disatu sisi ada pangeran lapangan dan disisi lain ada si jenius tak terkalahkan. Pertarungan mereka bisa menjadi piala nobel bergengsi untuk para fans yang mendukung mereka.

Kedua saudara kembar itu bertanding dilapangan mengabaikan sekitar lapangan sudah dipenuhi begitu banyak cewek berkumpul merebuti mereka, para senior tak melewatkannya, anak basket juga ikut berkumpul. Sebagian menganggap pertandingan itu mengusik merasa sem dan sam adalah ancaman apalagi untuk para pemuda yang merasa tersaingi posisi sem dan sam selalu diagungkan. Begitu banyak para mahasisawa elit tercatat anak orang kaya. Mereka saling berebut mengadu kemampuan dan kepintaran untuk bisa mengalahkan si kembar, kenyataannya mereka berdua masih menjadi mahasisawa yang paling berbakat disepanjang sejarah mereka berdiri dikampus.

Salah satu cewek tersenyum memandangi salah satu dari si kembar. Dentuman hatinya terasa menegangkan, raut wajahnya kegirangan.

"Coba lihat…, si semmy lebih keren dari Sammy kali yun", komentarnya.

"Kata siapa? bagiku Sammy jauh lebih menawan", jawabnya sembari tersenyum puas.

"Yuna emang dibutakan sama si Sammy", cewek lain geleng-geleng memandangi tingkah yuna yang sedari tadi menatap Sammy dengan penuh perasaan. Yuna lebih menyukai pemuda tampan dan cerdas seperti Sammy, ia menganggap pemuda itu istimewa dengan gayanya yang tidak cengengesan seperti semmy sang kakak. Berbagai cara sudah dilakukan untuk menundukkan hati Sammy namun cowok itu bahkan tak bergeming sedikitpun untuk memandang kerahnya.

"Ayolah sammy..., masa satu bola aja kau gak bisa masukin", olok sang kakak menggoda.

Sammy tak leluasa bergerak sebab pakaian yang dikenakannya tidak mendukung, situasi yang telah dibuat oleh kakaknya, andai saja dia memakai sepatu basket dan pakaian olahraganya mungkin akan lain hasilnya, mungkin tak semahir semmy dalam permainan basket tapi sedikit lebih bisa mengungguli sang kakak. Sadar tak begitu yakin sebab yang dilawan adalah kakaknya.

Puluhan kaki berlari melewati reisa yang baru saja mengijakkan kaki di area kampus, kepalaku terus berputar kanan dan kiri bertanya-tanya keheranan. Seseorang dikenalnya berpapasan dengan menggamit tas jinjing ditangannya. Refleks tangan reisa menarik lengan untuk menghentikannya.

"Mita ada ribut-ribut apa sih?". Mataku mengarah sesuatu telah terjadi, para cewek sedang berlari kearah lapangan basket.

"Ayo rei…, kalau gak cepet keburu selesai"

"Apanya yang selesai?", tanya reisa tak paham.

"Aku juga gak paham rei tapi ayo kita ikut saja", jawab mita tergopoh. Lengannya terlepas dari reisa, ikut berlari menuju lorong jalan mengarah ke lapangan basket.

Reisa menampakkan kakinya menuju kelas tak memperdulikan temannya mita, sekelompok cewek lain terdengar berbisik menyebutkan nama semmy dan Sammy dalam perbincangan.

"Ngelihat si semmy tanding, gila pasti keren jika lawannya si Sammy"

Telinga reisa masih sehat untuk menguping pembicaraan itu. Langkahnya mulai gontai, rasa penasaran mulai terbesit menyedot perhatiannya.

Seingatku pertandingan basket masih akan dilaksankan tiga bulan lagi, pertandingan musim panas yang biasa dilaksanakan setiap tahun. Reisa sekedar mengetahui kegiatan kampus, tak pernah update tentang pertandingan basket yang dianggapnya tak menarik untuk dirinya.

Sorak suara serentak menggema diarea terbuka, menyorakkan nama yang ingin diteriakkan. Sungguh sebutannya tak asing, nama yang akhir-akhir ini tertanam di benakku.

Reisa mengurungkan niatnya untuk tak peduli mencoba melihat sesuatu sedang berlangsung.

Oh tuhan! Ini penyebabnya, memandang situasi yang terjadi, pantas hampir semua cewek berlari kesetanan untuk menyaksikan moment ini. Si kembar disini, ditengah lapangan basket sedang beradu permainan basket. Semua mata tertuju pada mereka, baru kali ini reisa melihat mereka berdua secara barengan, reisa seakan tersihir seperti cewek lainnya.

Para gadis memujanya !