webnovel

Perubahan Rara

Selamat Membaca 

Arina dan Indah sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik, bertubuh seksi, kulit putih mulut, bibir berwarna cery. Arina dan Indah kini tinggal di Amerika bersama Oma dan Opa nya begitu juga si Boby mengekor trus Indah dan Arina. 

Sedangkan Rara tinggal di Jakarta karena ayahnya ditugaskan papanya Boby untuk menjadi direktur di perusahaan yang di Jakarta. 

Pertemanan Rara yang bertemu dengan Jessie membawa ke jalan yang salah.

Gadis yang berpakaian seragam sekolah dari SMA yang pria di sebelahnya ketahui itu terlihat cemas dan menggigit ujung jari. Berusaha menghilangkan getaran pada tangannya. Deru nafasnya kini sudah mulai tenang saat mobil melaju santai di jalanan ibu kota karena pagi ini mobilnya mengalami kerusakan mendadak sehingga Rara harus menyambung ke sekolah dengan menggunakan bus dari halte mobilnya berada. Beruntung nya dia turun duluan dari bus nya itu.

Dan gadis berponi ini bernama Rara

dadanya semakin bergemuruh saat mendengar obrolan seorang pria membahas tentang body badan perempuan di dalam bus dengan teman nya di telepon . Dan Rara memperhatikan bodinya bak gitar Spanyol. 

Ya, Rara ketika menginjak SMP dan selalu di ejek sama Boby dia bulat seperti donat, Rara melakukan diet total yang alhasil sekarang bodynya sangat aduhai. 

Hanya dalam hati ia bisa berbicara. Dia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan hari ini. Masa semua penderitaan ini harus terus berlanjut. Kaki yang  mengenakan sepatu untuk sekolah itu. Harus segera masuk ke sekolahnya. 

Matahari yang semula bersinar terang kini cahayanya sudah meredup. Angin sore berhembus kencang menyingkapkan rok berwarna abu dengan panjang selutut milik dua orang gadis. Kedua gadis itu tengah berjalan menuju gerbang sekolah, mereka sudah selesai mengikuti ekstrakulikuler.

Satpam sekolah tersenyum dan mengangguk pada kedua gadis yang berambut hitam dan tinggi mereka yang terlihat sama. Satpam itu memang selalu bersikap ramah dan disukai murid-murid SMA. Kedua gadis menunggu mobil jemputan sambil berdiri di depan pintu gerbang. Menyilang kan kaki dan bersandar pada tembok gerbang yang berwarna putih.

Sekolah ini adalah sekolah favorit di Jakarta. Hanya murid-murid yang pintar yang bisa bersekolah disini. Rara dan Satrio bersekolah di sini karena kesibukan yang berbeda Rara jarang bersama dengan Satrio lebih sering dengan Jessie temen barunya sekaligus gurunya. 

Lama mereka menunggu. Seorang pria yang sudah berumur kira-kira berkepala empat mengedipkan sebelah mata pada gadis yang mengenakan sweater merah jambu. Mengendarai sepeda berwarna hitam melewati kedua gadis.

Aroma parfum maskulin menyerbak dari tubuh pria itu hingga tercium pada indra penciuman kedua gadis.

Gadis yang mengenakan ransel berwarna hitam menoleh ke arah temannya.

"Ga salah? Barusan lo di kedipin om-om!" Menepuk pundak Jessie yang tegang dan seolah tidak percaya.

"Idih … itu om-om genit banget, dah. Takut gue." ucap Jessie. Kedua tangan menyilang dan mengusap bagian pundak juga bulu kuduknya seakan berdiri semua.

"Muke lu kayaknya disukai om-om gitu, deh. Buktinya ini kali kedua lo di godain sama pria berumur. Mending kalo masih muda. Ini udah pada tuir, Tsay." goda Rara mencolek hidung gadis yang ia ejek dengan jari telunjuknya.

"Muka gue, gimana?" tanya Jessie Mengangkat kedua alisnya.Jelas saja Jessie tidak terima dikatain seperti itu.

"Orang muka anak baru gede. Lo ngejek gue mukanya boros?" ejek Rara tebaknya menantang sang sahabat yang sedang cemberut. 

"Bukan gaya hidup aja yang kata orang boros, ya."  ucap Rara lagi menyangga dagu dengan telunjuknya. 

"Et.. Muka juga bisa aja boros!" ejek Rara yang menunjuk wajah polos yang tidak menggunakan makeup dengan gaya natural nya. 

"Ck.. Ya kan Ini kata orang dan hasil analisis gue, ya!" ucap nya lagi dan mengerutkan dahi seraya memperhatikan rekannya dari atas sampai bawah.

"Body lo!" ucap Jessie Menunjuk bagian dada yang terlihat besar dan menonjol pada Rara. 

"Udah kaya mba-mba yang punya body S-Line." ketus Jessie Isi kepalanya membayangkan gadis-gadis model di majalah fashion. Yang woow.. Body nya. 

Dan telunjuknya kini mengarah ke bagian wajah. "Muka lo, dan-"ucap Jessie Menunjuk dari atas sampai bawah. 

"Semua-muanya ga sebanding sama umur lo yang baru menginjak sweet seventeen."ejek Jessie pada Rara. 

"Lo tega ngejek gue, ya!" bentak Rara sambil berkacak pinggang. 

"Ini realita. Lo tau, kan. Gue orangnya jujur dan ceplas-ceplos apa adanya." sanggah Jessie mengedipkan matanya pada Rara. 

"Hmmmm…. Rara, lo ngeselin, deh!" ucap Jessie kemudian. 

Dan sekarang ia bingung temannya ini mengajak dia bercanda atau mengajaknya ribut. Dari tadi mengejeknya tanpa henti. Jika menjadi detektif dadakan, kenapa harus menganalisis sekaligus mengejek tubuh orang lain. 

Sebenarnya agak membingungkan juga. Antara mengejek atau memuji body dirinya yang memang indah. Tapi … kata yang kurang mengenakkan di hati adalah disukai om-om gitu lagi. 

'Kini ucapan Jessie bisa dibilang body shaming atau bukan, ya? Bisa di tindak pidana kali, ya?' batin Rara Ingin rasanya ia melaporkan sahabatnya itu ke pihak yang berwajib.

"Lo itu.. Ceplas-ceplos, jujur dan apa adanya, sih, bagus. Tapi jangan ujung-ujungnya ngejek gue gitu, dong. Seharian ini gue serasa di bully ama lo terus." maki Rara dengan bibirnya kini mengerucut.

"Hah.. Dan lo kayak kelebihan makan ayam suntik, makanan kaleng, berformalin dan kebanyakan micin. Generasi +68!" ejek Rara Mengibas-ngibaskan jari telunjuknya di udara seolah-olah Jessie itu apa gitu? 

"What??? Generasi +62 kali, Rara," sentak "Jessie yang kesal pada Rara dikatai kebanyakan makan makanan seperti itu.

"Emang nya  iya kan, kebanyakan makan ayam suntik. Lo jadi cepat . Berkembang sebelum waktunya," ejek Rara lagi. 

Akan tetapi perkataan ini sedikit menyentuh hati sahabatnya. Pasalnya memang sang sahabat sering mengkonsumsi makanan seperti itu karena hidup seorang diri dan serba pas-pasan.

"Dan.. lo itu sexy dan muka lo dewasa sebelum masanya, Jessie ," papar Rara lagi. 

Rara sangat suka menjahili sahabat yang sudah bersamanya selama di bangku sekolah menengah atas itu. Dia juga menjadikan Jessie sebagai guru lesnya.

"Lah Terus muka lo kekurangan merkuri, ya? Makanya muka lo kaya anak es- em- pe," ejek Jessie karena Rara memiliki wajah baby face dan body lurus seperti tiang listrik.

Mereka berbanding terbalik 180'. Rara berwajah cantik oriental dan terkesan dewasa dengan body aduhai. Jessie yang memiliki wajah baby face, manis dan tubuh lurus tanpa lekukan. Hanya tinggi dan rambut mereka saja yang terlihat sama.

"Biarin! Mending baby face daripada muka boros kaya, lo!" Jessie menjulurkan lidah.

"Muka, lo disukai om-om!" Dia mengatai lagi sang sahabat yang wajahnya memerah karena emosi.

Mobil hitam yang menjemput Rara kini sudah terparkir di depan mata. "Ayo pulang, muka boros!" Rara membuka pintu mobil dan bersiap untuk masuk.

"Kaga mau! Gue pulang naik ojek online aja atau angkot," ujarnya yang tidak mau menumpang di mobil sahabat yang sedari tadi berdebat dengannya. Jessie berjalan cepat tidak menoleh pada Rara . Ia berhasil mendahului mobil yang masih terparkir.

"Pak. Jalanin mobil tepat di sebelah Jessie, ya!" pintanya pada pak supir.

Kini mobil dijalankan pelan di sebelah Jesika yang tengah berjalan. Rara membuka jendela pintu mobil. Menyandarkan dagu di tepi pintu sambil memperhatikan Jessie yang tengah berjalan.

"Tu, tuh…. awas diculik om-om, lho. Jalan sendirian. Udah mau malam pula!" tawa Rara yang menakut-nakutinya.

Jessie tidak menghiraukan Rara yang menakutinya.

"Itu om-om yang tadi, Jes!" tunjuk Rara ke arah selatan Jessie. Membuat temannya langsung menoleh dan ketakutan.

"Hahahaha. Ayo naik! Ntar kalo beneran di samperin om om loh, gimana? Hmmmm kebayang mau di apain sama om itu pas lo sendirian!" Rara kembali menakut-nakuti sahabatnya lagi.

"Ih, lo jail nakut-nakutin mulu!" 

Jessie memajukan kedua bibirnya. Wajah itu semakin terlihat lucu dan menggemaskan. Rara semakin suka untuk menjahilinya.

"Ayo naik!" ajaknya sambil membuka pintu mobil dan Jessie dengan muka cemberut naik ke dalam mobil Rara.mobil pun melaju ke rumahnya Jessie terlebih dahulu karena rumahnya Rara berbeda arah dari sekolah mereka. 

Bersambung