webnovel

Chapter 1 : Diketahui - Part 3

Sudah berapa hari aku tak sadarkan diri?

Apa aku sudah mati?

Ohh ini? Aku sudah bisa membuka mata ku

Sepertinya aku sedang dibawa ke suatu tempat dengan menaiki kereta kuda. Aku bisa merasakannya.

"Huh? ayah! dia sudah sadarkan diri, kesini ayah lihatlah"

Suara siapa itu? sepertinya itu anak kecil, sungguh jarang sekali aku menemukan anak kecil di waktu ini.

Aa aakh sial, mataku sudah bisa terbuka tapi tubuhku lemas tak berdaya. Aku hanya bisa melirik ke arah suara itu.

"Syukurlah, kondisimu mulai membaik"

Suara yang pernah aku dengar sebelumnya— Yaa, itu suara dari orang yang menyelematkanku sebelumnya.

"tttt..... aaaahhh"

Sial!! Apa itu? suara jelek macam apa yang keluar dari mulutku? Membuatku malu saja!!

"Sudah, jangan terlalu memaksakan istirahatlah lebih lama lagi, aku yakin sebentar lagi kamu akan sembuh"

Sebelumnya aku belum pernah separah ini, mungkin ini yang akan dirasakan korbanku jika sudah terkena [Dark Reality] milikku. Mereka seharusnya bersyukur karena aku segera membunuhnya dengan cepat.

Ahh... kemarilah orang yang telah menyelamatkanku, aku akan mengingat wajahmu dan segera membalas budi.

Seakan dia bisa mendengar ucapanku dia menggeser duduknya mendekat padaku

Bagus... mendekatlah, mendekatlah...

dia mengusap kepalaku.

"Didepan sana adalah kampung halamanku"

Wajahnya seperti sedang menghiburku, sebenarnya apa yang telah terjadi selama aku tak sadarkan diri?

Dan kenapa dia memanggilku nak? padahal dia terlihat lemah, beraninya dia memanggil seorang origin dengan sebutan nak!! Apa dia tidak mengenaliku?

Huh?

Raut wajahnya berubah dengan cepat ketika dia mengalihkan pandangannya dariku, itu adalah wajah seorang pria yang menemukan harapan hidup untuk kedua kalinya.

"Itu dia, berbahagialah nak, kamu akan segera betah tinggal disana"

Mungkin yang dia maksud itu kampung halamannya. Entahlah aku tidak begitu peduli dengan itu. yang aku pikirkan sekarang adalah segera sembuh dari luka ini kemudian kembali memberitahu bos ku lalu membalas budi ke orang yang telah menyelamatkan ku ini.

Kereta kudanya berhenti.

"Sayang bangunlah, kita sudah sampai di Sannia. Bawalah barang-barang semampunya dan ajak Zhar bersamamu sementara aku akan memangku anak ini"

"Terimakasih sayang, tapi biarkan aku memangku anak itu. aku tahu dia berat tapi kamu harus menyimpan tenagamu juga, jadi bawalah barang yang ringan saja"

"Tidak apa, aku yang membawa dia pertama kali, jadi aku yang akan membawanya sampai rumah, terimakasih sudah mengkhawatirkanku kamu memang istri yang baik. Lagipula jarak dari sini sampai rumah kita yang dulu cukup jauh, kamu tidak akan kuat biar aku saja. Sebaiknya kita bergegas agar tidak kemalaman"

"Baiklah, ayo Zhar kita juga harus bergegas"

Perempuan itu mengajak anaknya.

Sungguh keluarga yang bahagia. Entah kenapa hati ku terasa sesak melihat semua ini.

Eh?

Tunggu dulu!! Apa yang sebenarnya terjadi? Maksudku memang dulu sekali aku pernah merasakan hal yang seperti ini, tapi itu sudah berlalu sejak lama. Lama sekali.

Aku sungguh tidak mengerti, mungkinkah aku terkena sihir ilusi dan tubuhku sekarang ini sebenarnya sedang dijadikan sandera para pemberontak itu?

Aku sangat membenci diriku yang ceroboh ini. Bisa-bisanya aku seperti ini!

Yang kutahu saat ini pertempuran terjadi dimana-mana, aku ragu ada kehidupan sedamai ini.

Tapi ini terasa sangat nyata, tidak seperti ilusi atau semacamnya

Jadi—

Sekarang bukan waktunya untuk mengeluh, aku akan memikirkan ini nanti jika aku sudah bisa menggerakkan seluruh tubuhku.

Lelaki itu menggendongku dengan kain yang melilitku.

Sepanjang perjalanan aku memperhatikan tempat-tempat yang aku lewati, ini cukup indah, apalagi ketika lelaki ini naik keatas melalui tangga yang dibuat dari batu kecil yang tersusun rapi. Dari sana aku bisa melihat pemandangan yang indah dengan danau yang menghiasinya.

"Akhirnya kita sampai"

Tidak terasa aku keasyikan melihat semua pemandangan ini sampai aku tersadar lelaki itu memberitahuku bahwa kita telah sampai di lingkungan sekitar rumahnya.