webnovel

Si Abang CEO dan Pesta Dansa

Alunan music membahana didalam ruang pesta sebuah hotel bintang lima, para tamu undangan berlalu lalang memenuhi ruang pesta, Tak terkecuali Firman dan Mayang, keduanya tampak serasi dengan taxedo hitam dan Mayang menggunakan gaun mermaid off shoulder berwarna hitam menambah seksi tubuh Mayang karena memperlihatkan lekukan dan tonjolan pada tubuh tertentu Mayang dengan jelas.

Firman memeluk pingang ramping Mayang posesif, tak ingin ada orang lain yang menyentuhnya barang sedikitpun, pada awalnya Firman tidak menyetujui Mayang menggunakan gaun tersebut tapi apa mau dikata, Mayang hanya membeli satu gaun itu saja, yah...dari pada Firman harus meninggalkan Mayang sendirian di Villa lebih baik dia mengajak Mayang ikut serta pada pesta dansa sahabatnya.

"Hai Pak Firman, kita bertemu lagi, dan anda nona cantik, senang bertemu dengan anda kembali." Kata Pak Mirwan

"Oh Hai, saya juga senang bisa bertemu dengan anda disini." Ucap Firman seraya mengeratkan pelukan posesifnya pada Mayang.

"Apa anda mau berdansa dengan saya Nona Mayang?"

"Maaf Tuan, Mayang hanya akan berdansa dengan saya, bukan begitu Mayang?" Tiba-tiba ada pemilik suara lain yang ikut menimbrung pembicaraan mereka.

"Wah, kalau saya harus bersaing dengan pemilik pesta lebih baik saya mundur saja, silahkan dinikmati acaranya." Kata Pak Mirwan.

"Mayang apa kau mau berdansa denganku?" Mayang bingung harus menjawab apa ajakan Tara, namun untungnya bos nya kali ini menyelamatkannya.

"Maaf Mayang hanya akan berdansa denganku saja, tidak dengan yang lain tuan pemilik pesta." Ucap tara sedikit bercanda,

"Santai bro, gw cuma mo ajak dia dansa kog."

"Tapi masalahnya gw ga suka cewek gw dansa sama orang lain.?"

Seketika Mayang membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Sejak kapan lo punya cewek, sejak kapan sekertaris lo naik pangkat jadi cewek lo?"

"Dari dulu, jadi anda jangan modus."

"Ha ha ha... selama kita bersahabat baru kali ini gw lihat lo protektif sama cewek, oke..oke.. gw percaya dia cewek lo, baiklah selamat menikmati pestanya tuan muda." Ucap tara sambil melangkah pergi.

"Mau berdansa dengan ku?"

"Ha..!"

"Kau ini, makanya jangan terlalu banyak melamun." Tanpa mendengar jawaban dari Mayang, Firman membawa Mayang ke lantai dansa, mengikuti irama music klasik yang mengalun indah, yang tak pernah Firman sangka adalah kepiawaian Mayang dalam berdansa, dia tak percaya jika sosok cupu dan kutu buku bisa berdansa dengan apik, mereka masih asyik berdansa tanpa Firman sadari ada mata buas yang sedang mengincar Mayang.

"Kau lelah?" Mayang mengangguk

"Ayo kita duduk,"

Mereka berdua duduk di pojok ruangan yang agak sepi dan tak lama Pak MIrwan datang menghampiri mereka.

"Bolehkah saya bergabung?"

"Ternyata Nona Mayang sangat ahli dalam berdansa, sayang saya tidak punya kesempatan untuk merasakan keahlian anda."

"Trimakasih atas pujian anda Pak Mirwan."

"Tak perlu berterima kasih nona, anda memang sangat lihai."

Firman memperhatikan Pak Mirwan berbicara dengan sekertaris seksinya, kemudian dia pamit untuk mengambil minuman, namun buru-buru dicegah oleh Pak Mirwan.

"Tetap lah anda disini, biar saya panggilkan pelayan."

Tak lama pelayan datang membawa minuman segar, Pak Mirwan tahu betul bahwa Firman bukanlah pecinta minuman berbau alkohol, jadi beliau memberikan dua minuman segar untuk pasangan Bos dan sekertaris.

"Silahkan dinikmati minumannya, saya harus pergi dulu sebentar."

"Oke, tak masalah silahkan saja Pak Mirwan."

Mayang baru saja akan meneguk minuman yang ada digengamannya, namun minuman itu justru terarah pada bibir sang bos, dan habis. Mayang hanya bisa melongo melihat kelakuan bosnya.

"Ayo kita pulang."

"Baik Pak."

Mayang melirik ke sosok sang bos yang menarik pingangnya untuk berjalan lebih merapat di sisinya, Mayang terheran melihat gelagat aneh bosnya. Firman tampak gelisah dan sebelum mencapai mobil dia sudah melepaskan taxedo yang dia kenakan.

Pak sopir segera membukakan pintu untuk bos nya dan Mayang, kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, itu adalah instruksi dari Firman bahwa dia ingin segera sampai di Villa.

Selama perjalanan Firman meminta Mayang untuk menjauh darinya. Mayang sungguh tak mengerti dengan sikap bos nya ini.

"Pak bos kenapa?"

"Aku tak apa-apa, kamu geser kesana, jangan dekat-dekat denganku?"

Mayang menggeser duduknya hingga menempel jendela mobil, matanya masih mengawasi gerak gerik Firman yang bertambah kacau, kini kancing kemejanya sudah terlepas.

"Pak Bos kegerahan? tapi AC nya sudah sangat dingin."

"apa Pak bos Sakit?" Mayang mencoba memegang kening bosnya yang tampak berkeringat padahal suhu AC di dalam mobil sudah sanggat dingin.

"Pak Bos.."

"Aku bilang jangan mendekat May, kalau tidak ingin aku khilaf."

Mayang sungguh kaget dengan apa yang dikatakan Firman, sontak saja dia menggeser duduknya menjauh dari Firman.

Firman mengeram menahan gejolak hasrat didalam dirinya, di dalam hatinya dia merutuki tindakan Mirwan, Firman sangat yakin Mirwan telah memasukkan sesutu ke dalam minuman Mayang, maka dari itu, Firman berinisiatif menghabiskan minuman Mayang karena tak mau ada sesutu yang terjadi dengan Mayang.

'Awas kau Mirwan, pasti akan kubalas perbuatanmu, dasar tua bangka keparat.' rutuk Firman dalam hati.

"Pak bos, anda baik-baik saja? anda terlihat sangat kacau."

Firman menatap Mayang, tangan kanannya menekan tombol di sampingnya untuk menutup bagian kemudi dan kabin penumpang.

Tiba-tiba saja Firman menarik Mayang kedalam pelukannya, tangan kanannya memeluk pingang Mayang erat. Wajah mereka berhadapan tanpa jarak bahkan kedua hidung mereka saling menempel satu sama lain, kemudian Firman berbisik

"Puaskan aku May." Tanpa menunngu reaksi dari Mayang bibir Firman maraup bibir kenyal milik sang sekertaris, Ini baru pertama kali untuk Mayang, jelas saja dia syok dengan apa yang dilakukan Firman. Mayang bingung harus berbuat apa, harus bagaimana membalas tindakan Firman, ingin memberontak? tenaganya tak sepadan dengan kekuatan seorang lelaki, walau dalam hatinya ada sebersit kebahagiaan namun rasa kecewa atas penolakan Firman dahulu masih membayanginya.

"Balas ciumanku May." Bisik Firman parau setelah melepaskan tautan bibir mereka., namun Firman tak memberi waktu untuk Mayang mengambil nafas dengan benar, karena Firman telah kembali menyerang bibir seksinya, dan kembali berbisik.

"Balas May."

Mayang gelagapan akhirnya dia mencoba mengikuti permainan lidah dan bibir seorang Firman, bos nya yang dia benci walau ia pun tak menampik jika masih ada rasa sayang untuk sang cinta pertamanya itu.

Bibir mereka masih beradu, melumat, menghisap, bahkan memberi gigitan kecil untuk menambah sensasi keintiman diantara mereka.

Tak berapa lama mobil yang mereka naiki telah memasuki halaman villa, Firman melepaskan bibir seksi Mayang dengan tidak rela.

"Saya bantu anda turun." Mayang memapah Firman turun dari mobil dibantu Pak sopir.

"Tuan kenapa non?"

"Saya tidak tahu pak, kayaknya Pak Firman sedang tidak enak badan."

"Apa nona bisa merawat Tuan? karena penjaga villa sudah pulang dari sore, mereka baru akan datang lagi besok pagi, sedangkan saya harus segera pulang, anak saya sedang hamil besar saya takut sewaktu-waktu istri saya melahirkan."

"Oh, ga apa-apa pak, biar Pak Firman saya yang urus."

"Baiklah nona."

Mereka mendudukkan Firman di pinggir ranjang, Pak sopir telah berpamitan untuk pulang, dan Mayang sedang melepaskan sepatu yang Firman kenakan.

Firman masih mencoba mengontrol dirinya, dia membaringkan tubuhnya diatas ranjang sambil meringkuk menahan hasrat yang cukup besar, dia tak menyangka ternyata Mirwan memberi dosis obat perangsang dengan dosis tinggi.

Mayang mengambilkan Firman segelas air, dan meminumkannya pada Firman, menopang kepala Firman diatas dadanya, tanpa Mayang sadari bahwa tindakannya justru memicu hasratnya semakin tinggi.

"May.."

"Pak, anda kenapa?"

"Tolong aku May.." selesai mengucapkan kalimat itu, Firman menarik tubuh Mayang dan kini Mayang berada di atasnya, tangan Firman menekan pingang Mayang agar lebih dekat, tangan yang satunya menarik tengkuk leher Mayang dan melahap bibir sintal Mayang.

Ciuman Firman membuat Mayang semakin terbuai, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang menggebu dari dalam dirinya, entah sejak kapan lembaran-lembaran kain yang tadi menutup tubuh mereka kini teronggok terkulai dilantai kamar Firman, Mayang baru menyadari jika Firman telah meminum obat perangsang dari minumannya, namun Mayang tak mampu berbuat apapun dibawah kungkungan Firman, bahkan sebenarnya dia sangat menikmati.

Mayang merasakan sakit dan nyeri yang luar biasa ketika ada sesutu yang mencoba masuk kedalam dirinya, Yah, Mayang menyadari inilah akhir pertahanannya menjaga kesuciannya dan dia merelakan itu untuk Firman.

'Maafkan aku May.' bisik Firman dalam hati setelah berhasil menembus dinding keperawanan gadis yang ia cintai. Firman terkulai lemas begitu juga dengan Mayang setelah keduanya merasakan sensasi yang luar biasa yang baru pertama kali mereka alami.

Firman merebahkan dirinya disamping Mayang dan memeluknya erat, dia tertidur karena kelelahan dan karena pengaruh dari obat itu. Dengan susah payah Mayang mencoba bangkit dari tidurnya tanpa bersuara, memakaikan Firman piyama tidur, dan menyelimutinya, memberekan baju yang berserakan di lantai, dan kembali ke kamarnya. dengan tertatih dan menahan nyeri.

Mayang masuk kedalam kamar mandi dan mengatur kehangatan air didalam bathup, merendam seluruh tubuhnya untuk mengurangi rasa nyeri dipusat intinya. pipi Mayang bersimbah air mata, ingin menyesalpun sudah terlambat, menyesal? bukankah dia menikmatinya? Mayang menutup kedua matanya dan menyandarkan kepalanya pada dinding bathup, namun seketika matanya terbuka ketika dia mengingat sesuatu. apa kah dia akan hamil? Firman mengeluarkan benihnya ke dalam rahim miliknya, lalu apakah Firman akan menerima jika dia hamil? bahkan dia dulu menolaknya. apa yang harus dia lakukan? apa dia harus jujur tentang apa yang terjadi baru saja? Firman melakukan itu karena pengaruh obat perangsang apa dia akan mengingat tindakannya?

Mayang frustasi memikirkan itu semua, dia mengakhiri mandinya, dan memakai piyama kembali keatas ranjangnya, dan memilih tidur untuk melupakan segalanya, dia berharap Firman tidak mengingat apapun kejadian malam ini? dia harus menghilangkan jejak kejadian malam ini. Seprei, noda darah. Mayang kembali terduduk , dan memikirkan apa yang akan di lakukan untuk menghilangkan barang bukti.

Mayang kembali ke kamar Firman membuka pintu perlahan, dan dia bernafas lega setelah melihat seprei itu berwarna gelap dan bermotif bunga, sehingga tidak terlalu nampak ada noda diatasnya.

Mayang kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk tidur, dan melupakan segalanya dia tak kan jujur dengan kejadian malam ini, sungguh penolakan yang dia alami dulu sangat membekas pada dirinya, dan dia tak ingin merasakan kembali, dia tak ingin Firman menerimanya karena terpaksa. Biarlah ini menjadi rahasianya, walau tanpa Mayang ketahui Firman menyadari apa yang dia lakukan terhadapnya.