webnovel

Sekertaris Seksi vs CEO Tampan

Firman mengeliat meluruskan tulang-tulangnya yang rasanya hampir copot, kemudian duduk dengan kepala bersandar pada kepala ranjang, sedetik kemudian dia mengingat sesuatu. 'Mayang!' buru-buru dia turun dari ranjang dan berlari ke kamar Mayang. Tanpa mengetuk pintu, dan tanpa permisi dia masuk ke kamar Mayang begitu saja sambil meneriakkan nama Mayang, satu hal yang dia takuti adalah Mayang meninggalkan dirinya karena peristiwa semalam.

"Mayang!!!!"

"Mayang!!!!"

Firman terus berteriak menyebut nama sekertaris seksinya itu, dia berjalan kesana-kemari di dalam kamar Mayang untuk mencari keberadaan sekertarisnya, namun nihil, Firman mengusap rambutnya kasar, dia duduk disisi ranjang yang Mayang tiduri semalam, tangannya berada di kedua sisi tubuhnya mencengkeram kuat seprei yang membungkus kasur yang ia duduki. wajahnya tertunduk, wajahnya merah semerah buah ceri yang siap disantap.

"Mayang, kamu kemana?" dengan nada lirih dia berkata sendiri di dalam kamar Mayang.

"Saya disini."

Firman membuka matanya yang sempat ia pejamkan dan mendongak, apakah dia sedang berhalusinasi pikirnya,

"Bapak kenapa ada di kamar saya?"

"Mayang."

"IIIIyyyaaaaa."

Firman berbalik dan melihat Mayang sedang berdiri di dekat pintu sambil tangannya memegang gelas berisi capucino. Firman bangkit dari duduknya dan berlari memeluk Mayang dengan keras membuat guncangan pada gelas yang dia pegang, seketika Mayang menjauhkan tangannya yang memegang gelas capucino supaya tumpahannya tidak mengenai tubuh bos nya itu.

"Mayang kamu kemana aja, aku nyari kamu kayak orang gila dari tadi."

"Saya bikin kopi, dan sekarang kopi saya tumpah karena ulah bapak." Jawab Mayang ketus.

"Maaf.. Maafkan aku, aku bikinkan lagi ya." Ucap Firman sambil melepaskan pelukannya pada Mayang.

"Harusnya begitu."

"Kamu tunggu disini jangan kemana-mana, aku akan segera kembali membawa capucino untukmu."

Tanpa menerima jawaban dari Mayang, Firman langsung menuju ke dapur dan membuat dua gelas capucino untuknya dan Mayang. Lalu Firman membawa capucino itu menuju kamar Mayang, ternyata Mayang telah menunggunya di balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan pagi di sekitar villa yang mereka tempati.

Firman meletakkan dua gelas capucino di atas meja, kemudian dia menarik salah satu kursi kemudian mendaratkan tubuhnya disana. Mengetahui Firman sudah datang Mayang membalikkan badannya dan duduk di kursi yang berada di samping Firman.

"Mayang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu?"

"Katakan saja Pak, saya pasti mendengarkan."

"Mayang, semalam kita?" Firman menjeda kalimatnya, dia ragu untuk mengatakan itu karena takut akan reaksi Mayang.

"Semalam kita?" Firman kembali mengatakannya.

"Semalam kita pergi ke pesta Pak." Jawab Mayang berusaha santai, sambil menyesap capucino miliknya.

"Setelah itu, saya.." Firman kembali menjeda kalimatnya.

"Setelah itu kita pulang dan tidur." Ucap Mayang

"Kita tidur bersama." Mendengar kalimat itu Mayang terdiam sesaat dan kembali menyesap kopinya, debaran pada jantungnya sulit untuk dia kontrol saat ini, apa yang harus dia lakukan dia pun tak tau, sedari pagi dia sudah mensugesti dirinya supaya bersikap biasa saja dengan Firman seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Maksud Bapak?"

"Saya...Saya... Memaksa kamu untuk... tidur dengan saya, dan kita melakukan itu."

"Melakukan apa? Bapak bermimpi kali?"

"Mayang tolong jangan menghindar atau membohongi saya, jelas-jelas saya sadar dengan apa yang saya lakukan padamu semalam."

Mayang masih terdiam, satu-satunya yang dapat ia lakukan saat itu hanyalah menyesap kopinya sambil memandang pemandangan di depannya, sungguh dia takkan mampu menatap Firman dengan kebohongannya, tapi dia juga tak berani untuk jujur, penolakan yang dia terima dulu masih sangat membekas di hatinya, Mayang berfikir Firman hanya akan bertangung jawab tanpa mencintainya, lagi pula Firman sedang mencari gadis yang dia cintai, Mayang tidak mau merusak kebahagiaan Firman dengan gadis yang dia cintai suatu saat nanti, walaupun tanpa Mayang tau bahwa Firman telah menemukan orang yang dia cari selama ini.

"Bapak hanya bermimpi, semalam saya tidur di kamar saya sendiri, bukan di kamar bapak."

"Lalu siapa yang menggantikan baju saya?" Jawab Firman dengan sorot mata yang tajam menatap Mayang.

"Maaf saya lancang Pak."

"Mayang, Tolong jangan berbohong pada saya, tolong jujur pada saya, jangan takut, saya akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan padamu."

"Bapak tidak bertangung jawab, karena kita tidak melakukan apapun, kecuali mencium saya, ini sudah mulai siang, kita harus segera bersiap pak, hari ini ada peninjauan lapangan untuk pembangunan resort kita yang baru, sebaiknya anda bersiap-siap."

"Mayang.."

"Maaf Pak, tapi pembicaraan kita harus berhenti sampai disini, kalau kita tidak mau datang terlambat dan mengecewakan partner bisnis kita."

Mayang benar, proyek ini salah satu proyek unggulan di kantor Firman, dia tidak boleh datang terlambat untuk sampai di lokasi proyek, ini akan mengurangi capabilitas dirinya sebagai seorang bisnisman dimata partner bisnisnya. Akhirnya Firman menyerah dan memilih untuk meninggalkan kamar Mayang dan kembali ke kamarnya.

Mayang menarik nafas lega karena bosnya menuruti perkataannya, dengan menahan rasa sakit di daerah intinya Mayang berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menemani Firman untuk meninjau lokasi proyek.

Setelah selesai sarapan mereka berangkat ke area pembangunan resort yang letaknya tak jauh dari pantai, selama perjalanan bahkan sampai kini setelah mereka sampai di lokasi proyek, Firman terus saja mencuri pandang pada sosok Mayang, Firman yakin dengan apa yang dia lakukan semalam, hanya Mayang tidak mau mengakuinya, keyakinannya bertambah saat melihat Mayang hanya memakai flat shoes, dan tidak memakai highhellsnya., jalan Mayang pun berbeda dari biasanya, namun Firman hanya diam, dia takkan berhenti mengejar perempuan itu bahkan dia berharap benih yang ia tabur akan segera berkembang di dalam rahim Mayang, dengan begitu Mayang tidak akan pernah pergi darinya, Mayang akan menjadi miliknya, selamanya.

"Apa yang kamu katakan waktu dipesawat kemarin benar, ada yang tidak beres dengan proyek ini, aku akan segera menyuruh seseorang untuk membereskannya."

"Ya, kurasa juga begitu pak."

"Habis ini kita mau makan siang dimana?"

"Terserah bapak saja, saya ikut bapak, yang penting saya makan gratis."

Firman terkekeh mendengar jawaban dari sekertaris pengisi hatinya itu.

"Oke kalau gitu, saya akan traktir kamu sepuas yang kamu inginkan, seumur hidup sayapun saya tak keberatan mentraktir kamu."

"Halahh, bapak itu lebay."

"Jangan panggil bapak kalau kita hanya berdua kayak gini, panggil Firman aja, atau baim."

"Baim? memang nama panjang Bapak siapa?" Tanya Mayang sok gak tau.

"Memang kamu ga tau siapa nama bos kamu."

"Saya hanya tau nama bos saya itu, B. Firmansyah." Kembali Firman terkekeh mendengar jawaban Mayang yang sok-sok an pura-pura ga tau.

"Nama saya Baim Firmansyah, nama Baim jarang saya gunakan kecuali mama saya, itupun kalau beliau sedang marah dia akan manggil saya B A I M F I R M A N S Y A H." jawab Firman sembari tertawa.

"Memangnya Bapak sering di marahin sama Mamanya?"

"Kog Bapak sih?"

"Maaf pak, lupa.."

"Dari kecil saya suka menjahili mamah dan adik saya, makanya mereka sering kesel sama saya."

"Ow.."

"Termasuk membuat kesal seseorang yang saya cintai, hingga dia pergi meninggalkan saya."

"Memangnya kamu berbuat apa sama dia? sampai dia pergi ninggalin kamu?"

"Karena dia pikir aku menolak cintanya, padahal waktu dia menyatakan perasaannya padaku, hatiku sangat gembira, dan ketika aku sedang memberi jawaban atas pernyataannya, sahabat-sahabatku mengacaukan segalanya, dan dia berpikir aku telah menolaknya."

DEG

Jantung Mayang seakan berhenti berdetak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Firman, apakah perempuan yang dimaksud aadalah dia?

"Terus?" hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Mayang.

"Aku menunggunya di dalam kelas, bahkan aku telah mencari keseluruh ruangan di sekolah, tapi dia tidak ada, hingga bel pulang berbunyi dia tak pernah muncul lagi di kelas." Firman menarik napas panjang, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Sepulang sekolah aku mencari rumahnya, dan akhirnya ketemu tapi rumah itu telah kosong, kata tetangganya dia dan keluarganya pindah keluar kota, tapi tidak ada yang tahu pindah kemana, aku terus mencarinya, hingga kini."

"Apa kamu sudah menemukannya?" Tanya Mayang sambil mengalihkan pandangannya ke arah ombak yang sedang berkejaran.

"Menurutmu?"

Mayang gelagapan mau jawab apa, apa Firman sudah tau siapa dirinya? haduhhh kenapa seecepat ini Firman harus mengetahuinya, kalau sudah beginim bagaimana dia mau balas dendam? Dendam? apa Dendam? Oh tidak.. setelah mengetahui keselurahan ceritanya apakah seharusnya dia masih menyimpan dendam cintanya?

"Kenapa kamu bicara begitu?"

"Karena namanya sama dengan namamu? mungkin saja itu kamu." seketika tubuh Mayang melemas, apakah itu artinya Firman belum mengetahui siapa dirinya? dalam hati Mayang bersyukur akan hal itu.

"Oh, udah waktunya makan siang pak, mari kita makan."

"Baiklah."

Firman berjalan keluar dari area pantai sambil mengandeng tangan Mayang, dan Mayang hanya mampu menatap tangan yang sedang bertaut dan tersenyum kecil.

"