webnovel

Search Vam—

Semua orang pergi meninggalkannya, keluarganya, temannya, kenalannya——bahkan hatinya telah melupakan kehangatan cinta. Ia bahkan pernah berpikir apa arti dari kehidupan hampanya. Padahal ia hanya seorang gadis yang kesepian, tapi kenapa dunia ini begitu kejam padanya. Apa karena nasib? takdir? hal seperti itu, akan ku hancurkan dengan tangan ku! Kali inipun aku bertarung di sisinya, hanya——berharap untuk sebuah senyuman di wajahnya.

REDINA · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Round One, Lose

—— Menahan nafasnya, Rendi tak mengetahui apa yang telah terjadi.

Tidak, ia bahkan tak menyadari apa yang telah ia lakukan.

Saat itu, beberapa orang cosplayer mengepungnya dan Nila.

Saat melarikan diri, tak terasa ia telah sampai di depan sekolah.

Merasa terdesak dengan situasi yang tak wajar ini, ia memutuskan untuk berlindung di dalam sekolah.

Tapi, pada saat itu fenomena aneh itu terjadi.

Sebuah bilah again melewatinya.

Itu sangat aneh, namun hal yang lebih membuatnya terkejut adalah——

Ia dapat menghindarinya.

★★★★★

Saat itu mata kanannya bersinar biru.

Dan saat itu dia melakukan gerakan yang di luar nalar itu.

Ia menghindari sebuah sabit angin yang menuju padanya.

Untuk ku, aku memang dapat menghindarinya. Tapi… untuknya, kenapa ia dapat menghindarinya?

Sebuah bakat, sebuah talenta, atau sebuah insting, tidak. Hal yang tak wajar seperti itu tak mungkin di lakukan hanya karena hal seperti itu.

Lalu apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Terknik itu, perubahan bola matanya, itu terlihat seperti...….

Diri ku.

★★★★★

Mata ku terasa sakit, nafas ku terasa sesak, kaki ku mungkin dapat roboh kapan saja.

Tapi, walaupun seperti itu aku tetap berlari sekuat tenaga.

Hanya——mencoba menuju kemanapun tempat yang kurasa aman.

Namun semua hal itu tak lah mudah. Itu karena orang-orang yang mengejar ku bukanlah orang-orang biasa.

Mereka tak normal, mereka benar-benar abnormal. Itu karena mereka dapat membuat benda yang sangat berbahaya itu.

Sebuah ledakan besar terdengar di belakang ku, mungkin itu ulah mereka.

Saat itu, tepat di samping ku sebuah bilah angin lewat dan memotong tiang basket yang terbuat dari besi dengan mudah.

Bilah angin. Benda aneh di luar nalar yang mereka dapat keluarkan dan kendalikan, adalah bilah angin.

Itu tak wajar, sangat tak wajar. Saat itu pikiran ku langsung teralihkan pada pertanyaan "apa mereka manusia?".

Namun——hal yang lebih ku pirkan adalah diri ku.

Itu karena——

"…!!. Kemari!!"

Aku dapat memprediksi arah bilah angin tersebut.

Sebuah bilah angin dengan cepat melaju ketempat ku tadi berlari. Dan sebuah potongan pada batu sebesar 20 cm, dapat terlihat dengan jelas.

—— Ada apa dengan ku, apa aku memang memiliki reflek atau feeling setajam itu?

Aku tak tahu.

Mengenai jawan itu, aku tak tahu. Aku bahkan tak memiliki waktu untuk berpikir.

Itu karena jika aku berhenti berlari aku pasti akan mati.

...…

...

Kejadian ini dimulai mungkin dari beberapa menit yang lalu.

"—— Nila!"

Saat itu aku memeluknya mencoba melindunginya dari sebuah bilah angin yang mencoba mengenainya.

Saat itu aku berpikir kalau aku akan mati, tapi ternyata tidak.

Aku selamat.

Walaupun berseling waktu yang tipis dengan bilah angin tersebut, aku berhasil menyelamatkannya.

Baju putih ku sedikit sobek, namun untuk diriku sendiri tak ada luka berat yang terlihat.

"Rendi, kau baik-baik saja??"

Merasa kahawtir atau mungkin terkejut oleh tindakan ku, Nila bertanya dengan membuat wajah 'tak percaya'. Namun saat ini tak ada waktu untuk menjawabnya.

Aku menggaruk beberapa pasir disekitar dengan tangan ku, lalu melemparnya pada mata gadis cosplayer itu.

"Ah.... K-kau! Bocah!!!"

Dia terlihat kesal saat terkena serangan ku.

Untuk memanfaatkan situasi tersebut aku menggenggam lengan Nila lalu melarikan diri sekuat tenaga.

"Sia! Kejar mereka!"

...…

...

"Bersembunyi lah!"

"Tapi...!"

"Sudahlah, cepat!"

"Ba-baik...."

Berhenti diruangan rahasia di dalam sekolah yang hanya aku yang mengetahui ruangan ini di sekolah, lagipula ini adalah tempat dimana aku biasa menyendiri.

Keamannya tak terjamin aman, tapi ini lebih baik dari pada tidak.

Untuk itu, aku menyuruh Nila untuk bersembunyi di sana.

Agar——mereka tak menemukannya.

Agar——mereka hanya mengincar ku.

Itu yang ku ku harapkan.

"Hei peria disana! Di mana gadis yang kau bawa!?"

—— Gadis cantik yang sepertinya pemimpin dari para cosplayer yang mengerjakan ku, mengatakan itu dengan amarah.

"Tidak ada. Mungkin saja dia sudah lari… lagipula penampilan mu mengerikan."

Wanita mengerutkan kening saat mendengar jawaban ku, lalu menjawab dengan kesal.

"Jangan bercanda bocah! Mana mungkin dia bisa pergi secepat itu. Hei kalian cepat cari gadis itu!"

Dia sangat menakutkan, terutama kemapuan memadatkan angin yang tak rasional itu. Aku sangat tak ingin membuatnya marah dan berhadapan dengannya.

Namun——

"Apakah kau yakin untuk mengurangi pasukan mu seperti itu? Kau tahu, aku masih ada di sini."

"Apa maksud mu bocah...! Tapi, kalau di lihat lebih kau sepertinya bukan bocah biasa, ya kan?"

Mungkin, mungkin karena aku memiliki kemampuan menghindar itu, aku mungkin——

"Sepertinya kau menyadarinya."

"Yah, dengan kemampuan menghindar gila itu, jangan bilang kau sama seperti kami? Seorang vampir...."

Vam-pir...? Apa yang ia katakan? Tapi untuk memutar situasi ini, aku——

"Yah, kau benar. Jika kau sudah mengetahui jati diri ku, apa kau masih ingin mengurangi kekuatan mu?"

"Cih, tidak mungkin. Tapi, untuk melawan vampir rendahan seperti mu, hanya diri ku saja sudah cukup."

Ini gawat. Jika, jika ia tak menghentikan bawaannya untuk mencari, usaha ku memberanikan diri akan sia-sia.

"Tahan di sana! Hei gadis cosplayer, pikirkanlah lebih matang! Kau vampir bukan? Seharusnya umur mu sudah banyak, jadi bertingkah lebih bijak lah!"

"Sialan kau bocah! Jangan panggil aku gadis cosplayer! Aku bahkan tak menyukai cosplay! Juga umur ku masih muda, jangan menyebutnya seperti aku terdengar memiliki umur yang tinggi! Aku ini baru mencapai 100 tahun-an!"

Jadi, umurnya memang sebanyak itu....

"Namun baiklah, mari mengikuti permainan mu. Lagipula, seorang bos tak akan melawan dengan tangannya sendiri. Hei! Kalian, berhenti mencari dan kalahkan bocah itu!"

"Benar, itu benar. Seorang bos tak akan menghadapi musuhnya dengan tangannya sen——Tunggu sebentar!"

"Apa, bukankah aku sudah menaiki kapal mu, bocah?"

"Tidak, bukan itu! Kau tak ikut? Apa kau tak ikut menghadapi ku?"

"Yah, tentu saja, aku tak akan ikut. Bukankah sudah ku bilang, seorang bos tak akan melawan bawahannya dengan tangannya sendiri. Jadi aku akan tetap di sini dan melihat."

Gawat.

"Tahan disana, apa kau serius? Apa kau benar-benar tak ingin ikut menghadapi ku? Apa nanti kau tak akan kecewa jika aku dikalahkan oleh anak buah mu??"

Ini benar-benar gawat.

"Keras kepala! Bukankah sudah ku katakan tidak!"

"Tapi…. Kau tahu, bahkan di dalam game seorang bos pun akan menghadiri pertarungan walaupun pertarungan itu hanya di lakukan oleh anak buahnya."

Tempat ia berdiri saat ini adalah di sebelah ruang Rahasia dimana aku menyembunyikan Nila, jika ia tetap berada di sana maka tak akan lama untuk tempat itu pasti terbongkar...

"Tidak ada tapi! Jika kau ingin membuang waktu, maka matilah! Bunuh bocah itu!!!"

"Sial!!!"

★★★★★

Di salah satu ruangan sekolah. Pertaruang yang mempertaruhkan nyawa seorang peria terjadi.

Pertarungan itu sangat gila dan mengerikan.

Beberapa bilah angin melaju dengan cepat membelah furniture sekolah.

Di lain tempat seorang peria yang merupakan murid sekolah ini terus menghindari serangan bilah itu seperti ia mengetahui pergerakan bilah tersebut.

Kiri, kanan, atas, bawah, samping kiri, samping kanan, selanjutnya serong kiri. Dengan gerakan yang cepat Rendi terus menghindar.

Namun karena usahanya itu, beberapa orang yang mengeluarkan bilah angin di depannya mulai kesal.

Mereka terlihat ada lebih dari sepuluh orang. Mereka di bagi menjadi dua kelompok lelaki dan perempuan dengan jumlah yang sama. Umur yang ada pada mereka terlihat beraneka ragam.

Ada anak SD, ada seorang pekerja kantoran, ada anak sekolah, dan ada seorang kakek dan nenek.

Tapi, keluar dari umur mereka, mereka sangat gesit.

Bahkan sangat sulit bagi Rendi untuk melihat pergerakan mereka.

Namun, di luar itu juga log untuk menggunakan satu buah bilah angin cukup lama.

Mungkin sekitar sepuluh detik-an. Itupun dari apa yang telah ia rasakan selama pertarungan berlangsung.

Jadi, untuk melawan 10 dari mereka pada saat bersamaan taklah terlalu sulit. Itupun jika kau tahu ketukan yang tepat untuk menghindar.

Saat itu pertarungan berjalan dengan lancar. Randi dengan berusaha keras terus menghindari deretan bilah angin yang mengarah padanya, sedangkan orang-orang itu terus mengerahkan kemampuan mereka terus menerus seperti zombie.

Saat itu Rendi bahkan berpikir 'pasti bisa' dari pertarungan yang sedang berlangsung, namun....

Mungkin sekitar tiga menit setelah Pertarungan berlangsung, sebuah bilah angin menggores pipi kiri miliknya.

Itu terasa sakit, tentu saja sakit.

Lagipula bilah itu mampu membelah buah tiang basket yang terbuat dari besi, jika hal itu mengenai wajahnya Rendi pun akan menangis kesakitan.

Tapi, saat ini bukan saat yang tepat untuk menangis.

Ia harus mencari alasan dibalik terkenalnya ia oleh bilah angin itu.

Walaupun seperti itu, sepertinya ia sudah mengetahui penyebabnya.

Waktu.

Untuk para zombie itu mungkin waktu bukanlah masalah, tapi untuk Rendi yang seorang manusia, memiliki waktu lama dengan di serang oleh puluhan bilah angin tajam yang tak kehilangan kecepatannya, ini seperti sebuah neraka.

Tak heran kalau ia merasa lelah.

Tak hanya di suguhi oleh kelelahan yang luar biasa, tubuhnya juga telah mengalami beberapa rasa sakit sebelum pertarungan yang mempertaruhkan nyawa ini di mulai.

Kalau ada yang namanya orang terberuntung di dunia mungkin itu adalah Rendi hanya untuk kali hari ini.

Tapi, ia tahu kalau ia taklah "beruntung".

"Berhenti di sana bocah, atau wanita ini akan ku bunuh!"

"!?Ap——"

"Lepaskan!"

Di luar kelas tempat Rendi melakukan pertarungan, gadis cosplayer itu datang dengan membawa Nila di tangannya.

*Bruk!

Gadis itu membuangnya tepat di depannya. Nila yang tubuhnya terikat kuat oleh suatu hal yang 'tak terlihat'? Mengeluarkan erangan kesakitan.

"Hentikan——!!?"

Saat itu karena mengalihkan pandangannya untuk sesaat, Rendi terkena bilah angin yang lewat tepat di perutnya.

Ia terjatuh, layaknya Nila yang tak dapat berbuat apa-apa, ia mengerang kesakitan.

Saat itu di ruangan kelas 1-ipa6, dan juga di seluruh area sekolah, terdengar sebuah jeritan kesedihan seorang gadis.

"Rendi!"

#maaf-lama!!!

dua bab baru untuk mengisi kekosongan yang lalu.

REDINAcreators' thoughts