webnovel

Search Vam—

Semua orang pergi meninggalkannya, keluarganya, temannya, kenalannya——bahkan hatinya telah melupakan kehangatan cinta. Ia bahkan pernah berpikir apa arti dari kehidupan hampanya. Padahal ia hanya seorang gadis yang kesepian, tapi kenapa dunia ini begitu kejam padanya. Apa karena nasib? takdir? hal seperti itu, akan ku hancurkan dengan tangan ku! Kali inipun aku bertarung di sisinya, hanya——berharap untuk sebuah senyuman di wajahnya.

REDINA · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Date

"Nila." Dirinya memperkenalkan diri pada ku.

"Hah?" Tapi saat itu aku tak mengerti apa maksudnya. 'Apa dia ingin memecah keheningan ini dengan memulai percakapan tentang warna?' Adalah apa yang ku pikirkan saat itu.

"Nama ku…. Aku belum memberitahukannya pada mu bukan?" Sampai——dia menjelaskan kebenarannya.

"A-ah…. Samakan kenal Nila."

—— Jadi itu namanya…. Aku sama sekali tak menyadarinya, malah ku pikir dia sedang membicarakan warna.

"Em. Salam kenal, Rendi." Dengan senyum yang manis dia mengatakan itu pada ku.

Benar-benar manis. Sampai-sampai di wajah ku mungkin memerah karenanya.

Apa memang seperti itu? Apa wajah ku benar-benar memerah? Aku tak tahu.

Tapi kalau memang seperti itu, yang bisa kulakukan hanyalah membuat alasan dengan mengalihkan prmbicaraan sampai kencan ini berakhir.

—— Kencan.

Itu benar, ini sebuah kencan... bukan? Atau hanya aku yang menganggapnya seperti itu??

Aku tak tahu, aku bahkan tak tahu apa arti dari kencan. Berjalan-jalan bersama? Makan bersama? Bersenang-senang bersama? Jika itu semua yang di sebut kencan, maka yang kami lakukan saat ini bukankah kencan?

Sekali lagi aku tak tahu.

Yah, walaupun begitu, saat itu aku hanya mengajaknya untuk makan, jadi kupikir dirinya hanya menganggapnya seperti itu.

—— Mau bagai mana lagi.

Jangan terlalu positif! Karena nanti akan menyesal saat dugaan mu salah, Rendi kuatkanlah diri mu!

Saat itu, saat aku menguatkan tekad ku, tangan ku di raih oleh sebuah kelembutan yang sangat halus.

"Hei Rendi, kesini! Tempat ini sangat ku sarankan karena memiliki makanan yang sangat enak!"

Saat itu, gadis yang memiliki kecantikan tiada Tara, Nila. Dia merangkul lengan ku, dan menarik tubuh ku menuju sebuah warung makanan terdekat.

★★★★★

Saat ini, detik ini, bagi ku adalah momen yang paling berharga.

Sudah lama aku tak mengalami hal ini.

Berdua bersama seorang lelaki, berjalan-jalan keliling kota dengan motif yang tak jelas.

Tidak, mungkin sudah jelas.

"Apa kau mau pergi makan bersama." Adalah apa yang ia katakan pada ku saat itu.

Mungkin baginya momen ini hanyalah pergi makan bersama, tapi bagi ku mungkin momen ini adalah sebuah——kencan.

Terasa aneh untuk mengatakannya dari mulut sendiri, tapi itu yang ku rasakan.

Bagi ku saat ini adalah saat yang paling berharga.

Namun, jauh di dalam hati ku, aku sedikit memiliki perasaan khawatir.

—— Apa aku di perbolehkan menikmati kesenangan seperti ini?

Tidak.

—— Apa aku boleh melupakan masa lalu sesaat, hanya untuk menikmati momen yang berharga ini?

Tidak.

—— Apa aku boleh menjalin hubungan kembali dengan seseorang? Dengan dirinya....?

Tentu saja tidak.

Setiap kali pertanyaan itu bermunculan di kepala ku, yang dapat ku temukan hanyalah kata 'tidak' sebagai jawabannya.

Aku sangat menikmati momen ini.

Karena momen ini adalah momen yang paling menyenangkan dalam hidup ku.

Tapi——

Itu semua hanyalah sebuah pelarian.

Atau sebenarnya, semua perasaan yang ku rasakan pada saat ini hanya tak lebih dari 'ketergantungan'.

★★★★★

—— Menahan nafasnya dia bersembunyi di bawah bayangan sebuah bangunan.

Kenapa dia bersembunyi?

Alasannya ada pada pemandangan di depannya.

Di depannya adalah pemandangan yang mengejutkan.

Peria itu, peria yang ia kenal, peria yang biasanya tak terlalu akrab dengan seorang wanita. Saat ini di depannya peria itu terlihat sedang berjalan dengan seorang wanita.

"Kenapa…?" Jauh di dalam lubuk hatinya ia menginginkan penjelasan.

Tapi, ia tak dapat dengan gegabah bergerak.

"Itu benar…." Mungkin ia bisa saja salah paham dengan apa yang ia lihat.

"Namun jika apa yang ku pikirkan benar…." Di matanya ia meneteskan beberapa air mata, di mulutnya ia tersenyum kecut.

"—— Apa aku, kalah kembali?"

Dengan di sertai suara seraknya, ia keluar dari bayangan.

★★★★★

Berjalan-jalan sampai melupakan waktu.

Tak terasa jam sudah menunjukan 07:00 malam.

Terlalu banyak yang terjadi, atau sebenarnya terlalu banyak makanan yang ku makan.

Saat ini aku dan Nila berada di sebuah kios yang menjual sate.

Entah sudah berapa kios dan stan yang telah kami kunjungi.

Yang kami lakukan selama beberapa jam kebelakang hanyalah makan dan makan.

Bahkan untuk perut ku sudah mencapai batas.

Sebenarnya, seberapa banyak makanan yang gadis itu bisa makan?

Bertentangan dengan posturnya yang mungil, dari mana datangnya rasa lapar itu? Atau sebenarnya kemana perginya semua makanan yang ia telah makan…?

Yah apapun itu, aku senang karena ia menikmati momen ini.

Atau! Apa mungkin tujuan dari makan dan makan ini adalah untuk menunda dan memperpanjang momen ini!?

Apa di dalam hatinya Nila dengan sadar menganggap momen ini kencan!?

—— Mana ada....

Berhentilah mengkhayal dan kembalilah ke kenyataan, wahai diri ku.

Melihat ke arah langit, aku dapat melihat gelapnya malam yang menyelimuti jalanan yang di sinari lampu jalan.

Besok sudah masuk hari libur mingguan.

—— Kurasa tak apa untuk terus meneruskannya.

Tersenyum kecil aku mengalihkan pandangan ku pada kios sate dan seorang gadis yang sedang menunggu.

—— Lagi pula aku masih ingin bersamanya.

Disana Nila sepertinya memohon pada salah satu pegawai untuk meminjam kipas yang sedang di gunakan, dan saat ini terlihat antusias mengipasi sate miliknya.

—— Tapi, semua awal pasti memiliki akhir....

Benar, semua awal pasti memiliki akhir. Bahkan dengan pertemuan hari ini tak lama pasti akan berakhir.

Walaupun begitu, aku...

—— Masih ingin lebih lama menikmatinya.

Gadis itu Nila, memegang kipas sate miliknya melambaikannya pada ku dengan senyum di wajahnya.

★★★★★

...…

...

—— Mata kanan ku terasa panas.

Waktu yang indah saat ini telah berakhir.

"Ketemu kau penghianat!"

—— Gadis yang memimpin sekumpulan orang yang mengepung ku berteriak dengan kesal.

Nila yang bertatapan dengannya tak bergerak ataupun menjawab sahutan ku sedikitpun.

—— Ada yang tak beres.

Hal pertama yang saat itu ku pikirkan adalah keanehan pada situasi aneh ini.

Mungkin kejadian ini terjadi sejak beberapa menit yang lalu.

Saat itu aku dan Nila sedang berjalan-jalan santai menikmati saat-saat terakhir dari pertemuan hari ini.

Di bawah lampu jalan dia berkata;

"Beberapa jam yang menyenangkan."

Aku yang saat itu tak mengerti makna dari perkataannya hanya menjawab dengan "yah".

Tak beberapa lama kemudian la meneruskan perkataannya sambil berjalan terlebih dahulu di depan ku.

"Terima kasih karena telah mengajak ku, tapi hanya sampai disini…."

Wajahnya terlihat sedih.

Aku tak ingin melihatnya.

Walaupun begitu, tak ada yang dapat ku lakukan.

"Ma-mari——mari pergi makan bersama lagi...."

Tapi, aku tak ingin menyerah.

Walaupun hanya sedikit, aku ingin menghapus kesedihannya.

Nila saat itu tak terlalu terkejut dengan ucapan ku, mungkin dia sudah terbiasa dengan ku. Dia hanya tersenyum dan mengatakan kalimat itu dengan wajah kesepian.

"Yah, mari makan bersama lagi… saat kita bertemu kembali."

Mengucapkan kalimat itu dia berjalan seorang diri kedalam kegelapan malam.

Kaki ku terhenti.

Untuk ku, tak ada alasan lagi untuk menghentikannya.

Sudah hanya sampai disini, pertemuan ku dengannya berakhir.

Itu yang ku pikirkan sampai ia menghentikan langkahnya.

"Kenapa...."

Saat itu bersamaan dengan terhentinya langkah kakinya, beberapa bayangan orang terlihat mendekat mengelilingi kami.

"Apa yang terjadi...."

Saat itu bayangan yang pertamakali menunjukan diri adalah gadis itu.

Gadis dengan pakaian cosplay gotik dengan sepasang sayap kelelawar di punggungnya yang terasa pernah ku lihat di suatu tempat.

Gadis cosplay itu tersenyum lalu berkata "ketemu kau penghianat!" Dengan wajah yang menyeramkan.

Lalu bersamaan dengan itu, Kejadian ini terjadi.

"Si-siapa kalian——"

Aku mencoba memberanikan diri ku untuk bertanya pada gadis cosplay itu, namun suara ku terhenti di akhir.

Atau lebih tepatnya di hentikan di akhir.

Sebuah benda kasat mata melaju tempat ku berdiri tadi.

Beruntung aku memindahkan posisi ku dari tempat itu, kalau tidak saat ini aku mungkin sudah mati.

Benda kasat mata itu terlihat seperti angin yang dipadatkan——benar, benda itu terlihat seperti 'bilah angin'.

Mengapa aku dapat mengetahuinya?

Aku tak tau, aku tak tau namun saat benda itu datang aku tau apa itu.

Ini sangat terasa aneh.

Lalu pada saat itu rasa sakit yang sangat pekat kembali menyerang mata kanan ku.

Sumpah, sebenarnya ada apa dengan diri ku...?

"Rendi!'

Sebuah suara yang ku kenal perlahan mendekat.

Nila berlari mendekati ku dengan wajah yang kompleks, penuh dengan rasa takut, khawatir, dan bersalah.

"Kau tak apa-apa?"

Dia mengkhawatirkan ku, terlalu sangat mengkhawatirkan ku. Untuk diri ku, sebenarnya aku merasa senang karena dia mengkhawatirkan ku, tapi——

Dalam situasi seperti ini, aku lebih berharap kalau ia lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri.

"Yah...."

Aku menjawab pertanyaannya dengan erangan.

Nila yang merasa lega mengalihkan pandangannya pada gadis bercosplay yang menyerang ku.

"Jaga nada bicara mu, manusia."

Tatapan dingin yang di buat gadis itu membuat suasana semakin memanas.

"Kau...." Menatapnya dengan amarah, Nila mengerang kesal.

Gadis itu membuat sebuah senyum di wajahnya. Dia terlihat sangat senang dengan ekspresi yang di buat oleh Nila.

"Bagus! Sangat bagus! Wajah itu yang ku tunggu dari mu Nila! Hahahaha…. Kalian jangan ada yang ikut campur. Nila! Mari saling membunuh…!"

Tertawa gila gadis itu mengangkat kedua lengannya, dan saat dia menurunkannya secara horizontal dua bilah angin yang memiliki kecepatan yang berbeda dari sebelumnya melaju cepat kearah Nila berada.

Aku mengetahuinya.

Aku dapat merasakannya.

Jika, jika aku tak bergerak, tak ada yang namanya kesempatan kedua.

Nila, detik itu pasti akan mati.

Tidak mau.

Aku tak menginginkannya, aku tak akan membiarkannya.

Aku harus bergerak melindunginya.

Namun——kaki ini tak dapat bergerak. Bagaikan seperti terkekang oleh rasa sakit di mata kanan ku, aku tak dapat bergerak.

Tapi siapa peduli.

—— Jika aku pergi aku akan mati.

Aku tak peduli.

—— Jika aku bergerak aku mungkin tak dapat melihat wajahnya lagi.

Sudah ku bilang...

"—— Siapa peduli!!!"

Menjerit kesal, aku menggerakan kaki ku.

Mungkin aku akan mati. Mungkin aku tak dapat selamat. Mungkin aku tak dapat melihat wajah bahagianya lagi…. Namun walau seperti itu aku tetap akan berdiri.

Karena bagi ku kejadian yang paling ku takuti adalah melihatnya mati.

Menggerakan kaki ku, aku berlari. Mata ku terasa seperti terbakar dan penglihatan ku menjadi sangat tipis, walaupun begitu aku terus berlari.

"Nila!"

Berteriak, aku memeluk tubuhnya dan mendorongnya sekuat tenaga.

—— Saat itu, aku tak dapat menyangka kalau diriku dimasa depan akan terlibat dalam pertarungan yang akan menentukan nasib dunia.

#maaf_lama!!!

sedikit penjelasan: tanda (★★★★★) berarti pemisah antar sudut pandang.

REDINAcreators' thoughts