webnovel

SAUDADE

"Hai, lama nggak ketemu." Kalimat singkat yang meluncur dari bibir gadis itu membuat tubuh Akala seketika membeku. Sudah lama, bahkan teramat lama. Rasanya suara itu tidak menyapanya lagi. Lalu apa yang membuatnya kembali ke sini? Ke tempat di mana awal mula kisah mereka dimulai. Akala yang terlihat seperti orang yang berbeda. Ya, orang yang berbeda. Karena apa yang dilihatnya 10 tahun lalu dari diri Akala tidak ada sama sekali pada saat ini

Getkeysx · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Bab 5 : Minta maaf & Terimakasih.

Seolah ada angin yang mengantarkan surat tersebut kedalam laci Binta. Ia tidak mengetahui siapa yang memasukkan surat itu kepadanya. Untuk menanyakan kepada teman sekelasnya saja ia merasa takut, karena masalah yang kemarin terjadi saja belum selesai dan namanya saja belum baik disekolah ini.

Kali ini, Binta pergi kekelas Fathur untuk menanyakan tentang surat ini, mungkin Fathur yang memberikan surat ini kepadanya.

***

Binta masuk kedalam kelas Fathur tanpa permisi kepada orang-orang yang ada didalam kelas tersebut.

"Lo jangan asal masuk kekelas kita. Gak ada sopan santun banget sih lo" sindir seorang siswa perempuan yang tidak terima dengan Binta yang sembarangan masuk kekelasnya

"Gue mau ketemu Fathur, gak usah sok deh lo" balas Binta

"Mau lo ketemu Fathur atau siapa pun yang ada dikelas ini, lo harus tau sopan santun dong. Gak ada etika banget sih lo jadi cewe" bentak gadis itu yang membuat Binta takut

"Gue cuman mau ketemu Fathur bukan mau debat sama lo" decak Binta

"Fathur gak ada disini" sahutnya dengan nada yang sedikit netral

Binta meninggalkan kelas itu, ia tidak mau berurusan dengan gadis gila seperti wanita itu. Cukup kemarin-kemarin saja Binta dipermalukan, untuk kali ini lebih baik di mundur lebih dulu sebelum kamera anak-anak yang tidak punya perasaan itu berdiri di genggaman mereka.

Suasana kali ini dikoridor sepi mencekam. Hanya ada tubuh Binta saja yang berdiri ditengah koridor. Sepanjang koridor tidak ada seseorang pun, tapi Binta tidak ragu untuk berjalan sendiri untuk pergi ke kantin menemui lelaki yang dicarinya sedari tadi.

Langkah Binta berpacu lebih cepat dengan nada napas yang keluar tidak beraturan. Sehingga Binta menabrak sosok yang dikenalnya.

Brukk…

Binta jatuh dengan surat yang dipegangnya dari tadi, ia bergegas mengambilnya supaya lelaki yang ditabraknya itu tidak melihat isi surat itu.

"Ta, lo gak papa?" tanya lelaki yang ditabraknya tadi

"Gue gak papa kok, maaf" singkat Binta yang langsung pergi.

Binta langsung pergi tanpa memperhatikan siapa yang ditabraknya tadi.

***

Kali ini Binta sudah berada dikantin. Matanya tertuju pada lelaki yang sedang bersama teman-temannya. Fathur.

"Thur, gue boleh ngomong gak sama lo?" tanya binta yang nada bicaranya tidak seperti biasa

"Boleh." ucapnya

"Gak disini juga Thur, gue mau ngomong berdua sama lo" desis Binta sedikit meninggi

"Iya-iya" Fathur langsung berdiri mengikuti Binta dari belakang

***

Binta sudah sampai dibelakang gedung sekolah bersama Fathur dibelakangnya yang mengikutinya dari tadi dibelakang.

Binta langsung sigap duduk dikursi dan mulai berbicara.

"Lo ada kirimin surat keseseorang?" tanyanya

"Gak, malas banget gue kirimin surat sama cewe" jawab Fathur sedikit malas

"Trus, ini surat siapa?" tanyanya yang langsung menunjukkan surat ditangan kanannya.

"Gue gak tau, emang isi surat itu apa"

"Bukan urusan lo. Gak usah kepo deh" desisnya

"Jadi lo ngajak gue kesini, cuman mau bilang itu?" tanyanya

"Iya. Hanya itu doang kok" ujar Binta

"Ya ampun Ta… lo kalau hanya bilang itu bisa dikantin kok. Gue capek-capek kesini hanya buat ngejawab bahwa bukan gue yang ngirimin surat ke lo" lontar Fathur sedikit kesal dengn Binta

"Yaudah gue hanya bilang itu kok, lo tinggal pergi aja sekarang" decak Binta

"Lo gak mau bilang apa-apa gitu Ta?" Tanyanya

"Enggak kok" singkatnya

"Emang bener ya kata orang-orang manusia itu sudah banget hanya untuk ngucapin terimakasih sama Minta maaf doang" kesal Fathur

"Lo apa-apan sih Thur, udahlah lo pergi aja" usir Binta kepada Fathur

Fathur pun pergi, tanpa memperhatikan Binta. Fathur memang sudah mulai merasa tertarik terhadap Binta, tapi ada saja sifat Binta yang keras kepala membuat Fathur terkadang merasa kesal dengan Binta.

Binta akhirnya pergi kekelasnya untuk duduk sebentar. Karena rasanya ia sudah lelah mencari Fathur walaupun tetap saja hasilnya nihil ternyata bukan Fathur yang mengirim surat itu kepadanya.

Binta menemukan Gavina yang sedang duduk dibangkunya, disebelah bangku punya Binta.

Ia berniat ingin berbicara dengan Gavina ingin meluruskan masalah mereka.

"Vin …."

Tak ada balasan dari Gavina kepada Binta. Ia mencoba memanggil sekali lagi

"Vin …." ucapnya lembut

"Hm …." balas Gavina

"Lo masih marah sama gue?" tanyanya

"Lo pikir aja sendiri, kalau lo punya otak lo bisa tau kok" balas Gavina yang sedikit membuat hati Binta tergores

"Vin, gak semua masalah bisa diselesain dengan diem kayak gini, lo ngomong ke gue lo bisa suruh gue buat apa? Lo bilang aja pasti gue lakuin kok" papar Binta

"Lo masih nanya ke gue masalah apa? Pikir dong Ta, lo dari kmaren-kmaren gak berubah-berubah ya selalu aja gak bisa peka sama kesalahan lo."jedanya sebentar " Lo itu gak pernah terbuka ke gue, lo selalu tertutup seakan-akan gue gak lo anggap ada sebagai sahabat lo. Lo masih kurang percaya sama gue? Harus gimana sih biar lo bisa percaya sama gue? Harus bukti gimana lagi Ta? Apa perlu pembuktian yang besar Ta?" lanjutnya dengan sedikit membentak Binta

"Jawab dong Ta, jangan diem aja. Giliran gini aja lo diem dan hanya bisa nangis" decit Gavina sambil menunjuk-nunjuk Binta

"Maaf Vin, bukannya gue gak percaya sama lo. Tapi …." belum selesai ia berbicara sudah dilanjut Gavina berbicara

"Tapi apa? Ini rahasia penting banget? Gitu? Berarti lo sama aja gak percaya sama gue. Lo belum bisa percaya sama gue kalau gue bisa jaga rahasia lo. Selama ini gue anggep lo sahabat gue Ta, tapi lo gak anggep balik" cecar Gavina terus

"Gue bukan gak anggap lo Vin, setiap orang punya privasi Vin gak semua harus diumbar. Dan lo sebagai sahabat harusnya bisa ngertiin berada diposisi gue Vin" sesengguk Binta

"Tapi mau sampai kapan sih Ta lo harus tertutup sama gue? Sampai Kapan? Kayaknya lo harus udah mulai terbuka sama gue Ta, udah saatnya setiap masalah yang lo punya lo kasih tau ke gue biar kita cari jalan sama-sama" ucap Gavina sedikit merendah.

"Gue gak mau ngerepotin orang lain sama masalah gue, kalau soal kesedihan gue kayaknya gak perlu gue umbar-umbar Vin" jawab Binta

"Ya itu gunanya sahabat Ta, supaya beban lo bisa berkurang"

"Yaudah, gue janji bakal terbuka sama lo Vin" janji Binta

"Gue butuh waktu Ta buat mastiin itu, gue mau pergi dulu ke kantin. Gue mau nenangin diri gue" ucap —Gavina

"Maaf sekali lagi Vin" ucap Binta yang melihat Gavina mulai menjauh

Sifat yang sedari dulu dimilki Binta, yang tidak ingin merepotkan orang lain selalu ada dan yang kurang terbuka terhadap orang-orang. Bukan tanpa alasan hanya saja Binta sedari dulu belum menemukan orang yang pas untuk teman berceritanya.