webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Teen
Not enough ratings
44 Chs

Rencana Grandpa

Kini mereka semua telah kembali ke ruangan Athena. Yuka yang di antar pulang oleh Arthur , berbeda dengan Satria yang kini tengah duduk di samping brankar Athena dengan kedua tangan dilipat dan tatapan tajam miliknya.

"Jadi, ada yang bisa jelaskan apa maksud dari ucapan lelaki ini?" Satria bahkan masih terngiang-ngiang dengan apa yang Azzam katakan.

"Pacaran,? Sama Rye?? Itu gak boleh, karena hanya gue yang boleh miliki Rye."

Tak ada jawaban dari keduanya membuat Satria menggeram marah.

"Rye, jawab dengan jujur , apa saat itu kamu tolak aku karena udah punya dia,?" Tanya Satria dengan nada tertahan tak ingin melampiaskan amarahnya pada Athena.

Gadis itu tak menjawab, jari jari kecilnya bergerak gelisah saling meremat. Azzam yang melihat itu langsung menggenggam kedua tangan Athena berharap agar ia bisa tenang.

"Serahkan padaku, okey?" Azzam memberikan kedipan nakalnya pada Athena . Hal itu membuat emosi Satria semakin terpancing.

Greepppp

"Apa apaan lo hah?" Amarah Satria kini tengah memuncak dengan tangan kuat yang mencengkram kerah baju Azzam.

Athena melihat itu hanya bisa menutup mulutnya.

"Ck.. lo suka sama Rye?"

"Bukan suka lagi, gue sayang bahkan cinta sama dia."

"Hmm.. tapi gue juga ngerasain hal yang sama tuh.. gimana dong?"

"Pokoknya , lo gak boleh deket lagi sama Rye."

"Wu huu.. mau deket atau enggak, gimana Rye, emang lo siapanya dia?? Suami?? O ou .. bahkan nembak jadi pacar pun di tolak." Seringai tipis seolah meremehkan membuat Satria melayangkan pukulannya pada Azzam.

Bugghhhh

"Ahhh.. Azzam... kak Liam, Stop!!!"

Bughhhh

"Kak Liam!!! Rye bilang STOP!!!!" Jerit Athena yang khawatir akan keadaan keduanya. Apalagi Azzam yang kini telah mendapatkan luka di bibir dan juga hidungnya.

Brakkkkk

"Woiii.. apaan nih??" Ucap Sakha yang baru memasuki ruangan Athena dan disambut dengan pertumpahan darah antar keluarga.

"Astagaaaa!!!!! Ada apa dengan kalian????" Ucap Faysa yang baru saja datang bersama dengan Ily, Tae, Ken dan juga Robert sang ayah / kakek dari Satria.

Mata Robert menatap tajam ke arah dua pemuda yang kini berdiri dengan kaku dan juga baju acak-acakan.

"Ada apa ini?" Ucapnya pelan namun membuat kedua remaja lelaki itu takut bukan main.

"Em.. anu kek... ini.. anu—"

"Yang jelas Azzam."

Satria menatap Azzam dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Sebenarnya dia ini siapa sih?? Kok grandpa sampai tahu nama dia?" Batinnya bertanya-tanya.

"Satria tuh, main pukul pukul aku aja..."

"Satria? Ada pembelaan?" Ucap Robert begitu tegas .

"Em.. ekhem.. jadi , tadi waktu datang kesini, dia ngaku sebagai pacar Rye, Satria kan gak terima, bahkan Satria di tolak sama Rye." Ups, keceplosan.

Ungkapannya membuat semua yang berada di dalam ruangan Athena tertawa.

"Sayang, kamu gak ingat dia siapa?" Ucap Faysa yang kini mulai angkat bicara.

"Emang siapa sih mom? Penting banget emangnya , sampe harus tahu dia siapa."

"Ini lebih penting dari motor sport kamu Sayang."

"Hah?? Emang dia siapa sih mom??"

"Dia sepupu kamu, anaknya om Kevan."

"Hahhhh?? Mommy serius?" Ucapnya begitu keras saking terkejut akan kenyataan yang baru saja ia ketahui.

"Iya, serius!"

Satria kembali menatap ke arah Azzam yang entah sejak kapan berpindah tempat dan kini terduduk di hadapan Athena.

"Pasti sakit ya... Rye obatin ya Zam."

"Gapapa, ini mah gak seberapa sayang," ejeknya pada Satria karena Azzam diberi perhatian oleh Athena.

Para orang tua yang melihat itu hanya menggelengkan kepala karena tak habis pikir akan apa yang di lakukan Azzam. Dengan beraninya Azzam meledek bahkan sengaja membuatnya cemburu.

Satria hendak melangkah maju ingin mendekati Rye, namun , seseorang mencengkram kerah belakang baju miliknya membuat Satria terhenti dan menengok kan kepalanya ke belakang.

"Mau apa lagi kamu Satria?"

"Grandpa... lepasin Satria, Satria mau jauhin Rye dari Azzam."

"Gak bisa!"

"Kenapa Grandpa...???"

"Mereka akan grandpa tunang kan."

"APA-APAAN INI??? GAK!!! SATRIA GAK SETUJU!!!"

Dengan sekali sentakan, pegangan tangan sang kakek pada bajunya terlepas begitu saja.

Satria langsung mendekati Rye kemudian mendorong Azzam agar menjauh dari gadisnya.

"Rye, itu gak benar kan??"

"Rye, jawab aku... itu gak benar kan??"

Satria panik bukan main. Ia sangat tidak ikhlas jika gadisnya bersama orang lain. Ia hanya ingin Rye untuk dirinya saja.

Athena menatap ke arah belakang Satria dimana semua keluarganya memberi kode untuk melanjutkan rencana mereka.

"Kak Liam, maaf, tapi memang itu yang sebenarnya."

Setelah mendapat jawaban dari gadisnya , Satria hanya bisa terkulai lemas akan kenyataan yang ia dapatkan.

"Jadi, kalian semua memang udah rencanain perjodohan buat Rye?? Apa sejak Rye di USA , kalian telah merencanakannya?"

"Iya." Ucap sang Grandpa tanpa asa menjawab pertanyaan Satria.

Akhirnya, Satria pun keluar dari ruangan itu tanpa sepatah katapun bahkan tak mengalihkan pandangnya.

Hatinya sesak

Perih

Sakit

.

.

.

"Bagaimana ini??"

"Tenang saja, tetap lanjutkan, kita buat sesuatu terlebih dahulu."

Kemudian, setelah itu mereka di sibukkan dengan tugas masing-masing.

Sedangkan Satria? Kini ia tengah pergi dengan motor sport nya menembus derasnya hujan. Petir yang menggelegar tak membuatnya mengurungkan niatnya sedikitpun untuk pergi sejauh mungkin.

15 menit perjalanan yang ia tempuh membuatnya sampai di sebuah danau dengan suasana sepi tak ada satu orangpun yang berada di sana.

Ia turun dari motornya kemudian duduk di sebuah bangku di dekat danau itu . Matanya menatap kosong ke arah depan dengan kedua tangan saling bertautan.

Ia hanya duduk terdiam tak mengeluarkan suara sedikitpun. Saat bangkit , ponsel dalam sakunya bergetar tiada henti.

Ingin mengabaikan, namun tak bisa. Akhirnya, ia pun mengangkat panggilan itu.

"Ya mom?" Jawabnya dengan suara lemah.

"Satria!!! Kamu dimana?? Rye kritis." Panggilan dari Faysa langsung dimatikan begitu saja , dan dengan segera ia melajukan motornya kembali menuju rumah sakit.

Diperjalanan , Satria melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

10 menit berlalu, tanpa memarkirkan motornya dengan benar, ia langsung berlari menuju ruangan Rye. Langkah kaki lebar itu terkadang bertabrakan dengan para pejalan lainnya membuatnya diprotes atau dimarahi. Namun , ia tetap tak peduli.

Itu dia

Setelah sampai, ia langsung membuka pintu ruangan itu dengan kerasnya.

Brakkkkk