webnovel

SATPAM AJAIB

"Kapan masa itu terulang lagi?" Siti Nurmuslimah "Ia benar-benar mengagumkan, keren, aku nggak bisa berhenti memujinya dalam hati." Dicky Wijaya "Kau adalah milikku!" Valentino Zabaniyah "Dasar menyebalkan, pergilah dari hidupku!" Merry Christina "Melihatnya membuatku kembali muda." Nani Suryodinoto Mereka semua tergila-gila. Seorang SATPAM AJAIB membuat sisi tersembunyi mereka muncul dengan sendirinya!

Mowly · Teen
Not enough ratings
5 Chs

POSESIF

Aku melihatmu bersama mereka.

Berdiri didepan pintu gerbang menyambut pelajar & pengajar.

Sepertinya kau kesulitan mengarahkan mereka untuk segera masuk meninggalkanmu sendirian. Kau terlalu baik. Terlalu baik untuk menegur mereka.

Aku berjalan mendekatimu, kau melihatku dengan tatapan penuh yang seolah benar-benar menghargai keberadaanku. Ditambah senyuman itu, senyuman yang membuatku terbang, bahkan seringkali membuatku mengalihkan pandangan.

Karena aku takut kau menyadari kelemahanku. Aku takut semakin kuat kau menarikku dengan pesonamu, semakin kuat juga keinginanku untuk memilikimu.

"Pagi pak! Belum telat ya?"

Retorika, yang kulakukan untuk dapat mendengar suaramu yang unik menyapaku setiap hari.

Aku cukup kikuk untuk mencari topik lain. Butuh keberanian untuk sekedar menyapamu.

Satpam Gagah yang dihormati siapapun.

Satpam Keren yang dikagumi semuanya.

Sesekali hati ini bergetar ketika mendengar jawaban darimu. Jawaban atas segala retorika dariku yang harusnya tak selalu kau jawab.

Tapi demi Profesionalitas kerja kau menjaga wibawa dengan tetap berlaku dan berucap ramah.

Seharusnya aku sadar bahwa itulah caramu memperlakukan mereka, memperlakukan kami.

Kadang aku berpikir bahwa kau tersenyum hanya untukku. Tapi ternyata kau terlalu baik terhadap siapapun. Kau memperlakukan semuanya sama dan membuatku salah paham dengan prasangkaku, 'Seandainya kau milikku'.

Aku berjalan perlahan melewatimu yang tetap siaga mengawasi sekitar tanpa melepas kesan ramah. Bagaimana mungkin seorang Satpam Biasa bermain raut seindah itu, semahir itu, se... sudahlah, aku tak pandai memuji dan pujianku tak cukup untuk menggambarkan rasa takjubku terhadapmu.

Aku melangkah masuk ke sekolah menjauhimu, sesekali aku mencoba mencuri pandang dengan menoleh kearahmu. Namun akhirnya aku sadar bahwa aku terlalu berharap memilikimu.

Tak masalah, saat ini kau belum melihatku atau menyadariku. Namun kelak kau akan sadar bahwa kau sudah menjadi milikku.

Saat itu tiba kau terlambat menyadari bahwa aku sudah memilikimu.

Waktu masih menunjukkan pukul 06.10 pagi.

Terlalu dini untuk tiba di sekolah dan memang itulah hal yang kucari, supaya puas melihatmu dari dekat, setidaknya melihatmu dari lingkungan sekolah menurutku sudah termasuk dekat.

Beruntungnya ruang kelasku di lantai 2, jendela di sisi selatan ruang mengarah langsung ke pintu gerbang sekolah dimana kau selalu siap sedia disekitarnya.

Sulit bagiku menyembunyikan senyum setiap kali melihatmu dari sini, dari jendela disisi tempat dudukku ini.

Khayalanku melayang, berharap kelak suatu saat aku bisa selalu bersamamu dan menjadi sosok yang memenuhi keseharianmu.

Valentino Zabaniyah