webnovel

Sang Ratu Pengganti

Jang Shin Hye adalah putri yang memiliki segala kesempurnaan cantik, kuat dan pintar. Dia adalah putri Perdana Menteri Hwang, Putri Jang telah di persiapkan untuk menjadi istri pangeran kedua Dong Hwa, sejak mereka masih kecil. Namun ketika sang Ratu sakit keras demi menutupi gosip miring dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan kerajaan Moon, Dewan kerajaan menunjuk Putri Jang untuk menikah dengan Raja Joon kakak dari pangeran Dong Hwa dan menggantikan tugas Ratu Ran. Tak ingin membahayakan nyawanya dan keluarga, Putri Jang pun terpaksa mau menikah dengan Raja Joon. Masalah demi masalah datang ketika Ratu Ran meninggal. 18+ (Harap bijak dalam membaca) Ig Shasadewa

Shasadewa · Fantasy
Not enough ratings
72 Chs

Pernikahan

"Ibu tahu itu anakku, tenangkan hatimu. Kau Putri Jang kau wanita kuat ibu yakin kau mampu melewati ini semua sayang sekarang tidurlah nak besok adalah hari pernikahanmu."

Putri Jang mengangguk lantas bangkit dari tempat duduknya. "Iya bu, aku permisi dulu. Selamat malam ayah ibu." Putri Jang bergerak menjauh dari ruangan sang ayah menuju ke kamarnya.

Putri Jang membaringkan tubuhnya di ranjang kesayangannya menatap langit langit kamarnya pikirannya terus menerawang jauh tentang kehidupannya kedepan, bagaimana ia akan melangsungkan hidup, bagaimana ia menerima kenyataan pahit bahwa ia harus berbagi suami dengan sahabatnya sendiri Ratu Ran.

"Sanggupkah aku melewati ini semua," gumamnya lirih sembari memejamkan mata.

Sebelum ayam berkokok Dayang Han sudah membangunkan Putri Jang ia membantu putri majikannya itu untuk bersiap. Mengingat ini adalah hari pernikahan tentu saja Dayang Han mempersiapkan Putri Jang sebaik mungkin.

Tepat di hari ini seluruh rakyat di penjuru negeri Moon sedang bersuka cita menyambut pesta pernikahan Raja Joon dengan Putri Jang.

Putri Jang meremas jari jemarinya berulang kali karena merasakan gugup yang berlebih. Sementara sang ibu Nyonya Yi menghibur Putrinya agar tidak terlalu gugup.

"Sayang kemarilah, apa yang kau khawatirkan hemmm?"

"Kau cantik, kau pintar dan banyak orang menyukaimu karena kebaikanmu. Percayalah tidak ada satu pun lelaki yang tidak jatuh hati jika sudah mengenal mu anakku."

"Bu aku takut."

"Tenanglah, kau Putri Jang, kau tidak boleh takut sayang ibu yakin semuanya akan baik baik saja dan kau akan melewatinya dengan mudah percayalah nak."

"Terimakasih bu." Putri Jang memeluk sang ibu erat.

"Sekarang ayo kita menuju istana kereta pengantin sudah siap nak."

"Iya ibu." Nyonya Yi menggandeng Putri Jang dan membawanya masuk ke dalam sebuah kereta yang sudah disiapkan khusus untuk menjemput Putri Jang.

Tak butuh waktu yang lama sebuah kereta kerajaan yang telah dihias dengan megah yang ditugaskan menjemput Putri Jang kini sudah kembali ke istana bersama dengan sang mempelai, Putri Jang nampak anggun dengan pakaian pengantin berwarna merah menyala dengan corak bordir berwarna emas.

Putri Jang melangkah perlahan menuju aula tempat pesta akan digelar diiringi beberapa dayang kerajaan. Sementara ayah ibu dan kakaknya berjalan mengekor di belakangnya.

Diruangan Raja Joon

"Ran, maafkan aku. Aku telah mengingkari janjiku." gumam Raja Joon lirih dengan mata berkaca - kaca.

Perasaan gundah telah menyelimuti hati Raja Joon ia sebenarnya juga tak ingin menikah lagi dan memiliki selir apa lagi selir itu adalah Putri Jang sahabat istrinya sendiri.

Raja Won dan ibu suri mmasuk ke dalam ruangan Raja Joon. Mereka lantas mengajak Raja Joon menuju Aula. Raja Joon berjalan dengan gagah didampingi kedua orang taunya yang mengantarnya bersanding dengan Putri Jang yang saat ini juga baru datang datang. Raja Joon menggandeng Putri Jang menuju ke pelaminan dan bersiap melakukan serangkaian prosesi upacara pernikahan adat kerajaan Moon.

Prosesi upacara pernikah berlangsung dengan lancar dan meriah. Rakyat bersorak gembira menyaksikan upacara pernikan Putri Jang dan Raja Joon mereka sangat bahagia melihat Putri Jang bersanding dengan Raja Joon.

Raja Joon terpaksa menggenggam tangan Putri Jang menuju singgasananya karena tak ingin orang lain beranggapan buruk tentangnya. Ia memberi sambutan dan ucapan terimakasih lalu duduk dikutrsi kebesarannya dengan Putri Jang disampingnya.

Setelah upacara pernikahan selesai Putri Jang dan Raja Joon dipersilahkan beristirahat dikamar yang disediakan khusus untuk selir Raja kamar itu terletak tidak jauh dari kamar Ratu Jung. Raja Joon melangkah mendahului Putri Jang, tidak seperti memperlakukan Ratu Jung yang amat manis dan romantis Raja Joon justru mengacuhkan Putri Jang dan tak mempedulikannya.

Jantung Putri Jang berdegup kencang ketika ia memasuki kamar barunya, ia hanya diam dan menunduk tak berani menatap wajah seseorang yang kini telah menjadi suaminya.

"Maksulah, apa kau hanya akan berdiri disitu saja!" seru Raja Joon yang membuat Putri Jang terkejut.

"Ba-baik yang mulia."

Lihatlah Jang bahkan dia sangat kasar dan dingin padamu rutuk Putri Jang dalam hati.

'Ya ampun ini lebih mengerikan dari pada bertemu dengan hantu, kau pasti bisa Jang kau harus tenang.' Begitu suara Putri Jang di dalam hati.

Putri Jang melangkahkan kakinya masuk dan berdiri menunggu perintah Raja Joon selanjutnya, demi apa pun otak Putri Jang kini tak dapat berfungsi dengan baik setelah berada di depan Raja Joon.

"Tanggalkan pakaianmu dan tidurlah." Raja Joon melepas jubah dan mahkotanya lalu naik ke atas ranjang dan tidur di sisi ranjang dengan posisi miring memunggungi Putri Jang.

"Baik yang mulia."

Putri Jang menuruti perintah Raja Joon, ia melepas jubah besarnya lalu berbaring di sisi ranjang yang kosong memiringkan tubuhnya membelakangi Raja Joon dan kemudian terlelap.

Tengah malam Raja Joon bangun dan berpindah ke ruangan Ratu Ran karena rasa bersalahnya membuat ia rindu sekali dengan istri pertamanya itu. Putri Jang yang menyadari pergerakan di belakangnya pun mencoba melihat apa yang terjadi namun ia kembali berpura tidur kala ia melihat Raja Joon turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Bulir bening merembas membasahi pipi Putri Jang, hatinya terluka ia merasa benar benar sakit saat ini.

"Sebegitu tidak diinginkannya kah aku sampai ia harus pergi malam malam begini? aku tak apa jika dia tak mencintaiku tapi apakah tidak bisa sedikit saja bersifat baik padaku bukan sebagai istri tapi sebagai sesama manusia? apa yang akan orang katakan jika ada yang melihat ia pergi dari kamarku saat malam pengantin? sungguh mengenaskan sekali hidupmu Jang." Begitu kata hati Putri Jang kala melihat sang suami pergi meninggalkannya.

Raja Joon melangkah masuk kedalam ruangan Ratu Ran, dilihatnya sang istri masih terbujur lemah dengan wajah pucat dan tubuh yang bertambah kurus. Ia membelai lembut pipi sang istri menghujaninya dengan ribuan kecupan.

"Bangunlah Ran aku merindukanmu," bisik Raja Joon sembari mendekap tubuh sang istri.

Ia kemudian membaringkan tubuhnya disamping sang istri lalu mendekap tubuh istrinya sebelum ia terlelap.

Pagi harinya

Desas desus tentang Raja Joon yang tidur di kamar Ratu Ran saat malam pengantin sampai di telinga Putri Jang. Putri Jang menggenggam kedua tangannya erat erat dibalik hanbok yang ia kenakan. Ia memasang reaksi wajah yang seceria mungkin meski di dalam hatinya menjerit jerit kesakitan.

"Selamat pagi yang mulia, anda diundang Raja Won untuk sarapan bersama," ucap dayang Min kepada Putri Jang.

"Terimakasih dayang Min, kau boleh pergi sekarang," ucap Putri Jang dengan senyuman ramahnya.

Putri Jang melangkahkan kaki menuju ruang khusus anggota inti kerajaan, ia melangkahkan kaki perlahan masuk kedalam ruangan tersebut memasang senyuman ramah untuk menyapa Raja Won dan seluruh anggota keluarga kerajaan tanpa terkecuali Raja Joon sang suami yang sedang duduk begitu santai dihadapannya. ia melirik kesegala penjuru tak menemukan keberadaan Pangeran Dong, kemana dia gumam Putri Jang.

"Putri Jang duduklah di samping suamimu," titah Raja Won yang diangguki oleh Putri Jang.

Putri Jang bergerak duduk disamping Raja Joon tanpa melirik atau pun menyapa Putri Jang duduk dengan anggun menyantap makanan yang telah disediakan oleh para pelayan kerajaaan.

Tak seperti acara bersantap di rumahnya, acara santap disini terasa sunyi tak ada obrolan ataupun tawa yang menghiasi ruangan ini hingga acara santap usai.

Putri Jang hendak berdiri dan berpamitan meninggalkan ruangan tersebut namun dicegah oleh Raja Won.

"Putri Jang tinggallah sebentar dulu kami ingin berbincang denganmu,"

"Baik yang mulia." Putri Jang kembali duduk ditempatnya mendengarkan perbincangan anatara keluarga inti hingga sebuah pertanyaan membuatnya kembali mengingat luka hatinya.

"Joon ayah mendengar kau semalam tak tidur di ruangan Jang, mengapa? apa yang kau lakukan? apa kau ingin membuat kegaduhan diluar sana?" tanya Raja Won bertubi - tubi.

'Ayo cepat pertanggung jawabkan perbuatanmu itu aku ingin mendengar jawabanmu,' batin Putri Jang yang masih tetap cantik dengan gaya anggunnya.

"Maaf ayah, aku tak bermaksud untuk membuat kegaduhan. Aku hanya sedang merindukan Ratu Ran dan merasa bersalah kepadanya."

"Kau seharusnya bisa menahan diri Joon, kau ini seorang Raja mengapa kau bisa bertindak seceroboh ini."

"Maafkan aku ayah aku tak akan mengulangnya lagi."

"Minta maaflah kepada Jang nanti, karena dia orang yang paling dirugikan di sini."

"Baik ayah."

Sementara itu Putri Jang hanya diam menjadi pendengar setia percakapan antara Raja Won dengan Raja Joon.

bersambung..