webnovel

Sang Ratu Pengganti

Jang Shin Hye adalah putri yang memiliki segala kesempurnaan cantik, kuat dan pintar. Dia adalah putri Perdana Menteri Hwang, Putri Jang telah di persiapkan untuk menjadi istri pangeran kedua Dong Hwa, sejak mereka masih kecil. Namun ketika sang Ratu sakit keras demi menutupi gosip miring dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan kerajaan Moon, Dewan kerajaan menunjuk Putri Jang untuk menikah dengan Raja Joon kakak dari pangeran Dong Hwa dan menggantikan tugas Ratu Ran. Tak ingin membahayakan nyawanya dan keluarga, Putri Jang pun terpaksa mau menikah dengan Raja Joon. Masalah demi masalah datang ketika Ratu Ran meninggal. 18+ (Harap bijak dalam membaca) Ig Shasadewa

Shasadewa · Fantasy
Not enough ratings
72 Chs

Kediaman Perdana Menteri Hwang

Sudah hampir dua minggu lebih Putri Jang tidak bertemu dan bertegur sapa dengan Raja Joon. Putri Jang sengaja tidak mencari atau pun menemui Raja Joon karena ia tak ingin mengganggu Raja Joon yang sedang fokus menjaga Ratu Ran.

Rindu pasti tapi Putri Jang berusaha untuk mengerti dengan situasi yang sedang terjadi dimana Ratu Ran sangatlah membutuhkan Raja Joon. Pagi ini Putri Jang memutuskan untuk pergi berkunjung ke kediaman sang ayah tanpa meminta ijin sang suami.

"Sebaiknya aku berkunjung dan bermalam ke rumah ayah saja untuk menenangkan fikiran," gumam Putri Jang.

Putri Jang meminta Dayang Han untuk menyiapkan kereta untuknya dan menemaninya pergi ke kediaman sang ayah.

"Bibi Han, tolong katakan kepada pengawal untuk menyiapkan kereta. Aku ingin berkunjung ke rumah ayahku hari ini."

"Baik Putri," ucap Dayang Han beringsut pergi.

Sesampainya di rumah sang ayah Putri Jang disambut dengan hangat oleh seluruh pelayan di kediaman Perdana Menteri Hwang. Dengan ramah Putri Jang menyapa seluruh pelayan dan para kasim di rumah ayahnya.

"Ibu... Ibu," teriak Putri Jang dari luar ruangan sang ibunda.

Putri Jang langsung berlari menghampiri sesosok wanita paruh baya yang terlihat hendak memghampirinya. Ia segera berlari menubruk tubuh wanita tersebut kemudian dipeluknya erat erat dan menghujani pipi sang ibu dengan kecupan kecupan kecil.

"Ibu aku sangat merindukanmu."

"Aku juga sangat merindukanmu sayang."

"Dimana ayah bu?" tanya Putri Jang penasaran.

"Ahh ayahmu sedang berkunjung ke kediaman Paman Ming (adik dari Perdana Menteri Hwang)," jrlas sang ibu.

"Oh begitu rupanya."

"Hemmm, mungkin sebentar lagi akan kembali."

Malam ini Putri Jang menginap di kediaman Perdana Menteri Hwang. Ia membaringkan tubuh sejenak sembari menatap langit langit kamarnya yang sudah lebih dari tiga bulan tak ia tempati.

"Huhhh aku sangat merindukanmu Dong, kau dimana? mengapa kau pergi tanpa memberitahuku?" ucap Putri Jang sembari menatap langit langit kamarnya.

Raja Joon memberi isyarat kepada kasim penjaga ruangan Putri Jang untuk tidak bersuara. Raja Joon tiba tiba masuk begitu saja membuat Putri Jang terlonjat kaget.

"Joon"

"Jang, aku merindukanmu mengapa kau tega sekali meninggalkanku."

"Maaf, saya hanya ingin anda fokus dengan Ratu. bagaimana pun juga Ratu sangat membutuhkan anda disampingnya saat ini," ucap Putri Jang formal yang membuat Raja Joon mengerti. Tanpa aba - aba Raja Joon menarik tubuh Putri Jang dan memeluknya dengan erat. Mencium aroma tubuh sang istri dan melepaskan kerinduan yang mendalam.

"Ya kau benar, tapi aku juga membutuhkanmu." Raja Joon beringsut mengendurkan pelukannya hendak mengecup bibir Putri Jang namun Putri Jang dengan sigap menghentikannya.

"Kenapa? apa kau tak merindukanku?" tanya Raja Joon kesal.

Tanpa menjawab pertanyaan Raja Joon Putri Jang justru lari menuju kamar mandi memuntahkan seluruh isi perutnya yang terasa seperti diaduk aduk. Raja Joon yang khawatir pun segera menyusul Putri Jang mengusap pelan punggung sang istri sembari memijit mijit tengkuknya. Usai memuntahkan seluruh isi perutnya Putri Jang langsung terjatuh tak sadarkan diri membuat Raja Joon semakin khawatir. Ia buru buru membopong tubuh Putri Jang menuju ranjang meminta pelayan memanggil tabib serta memanggil dayang Han untuk dimintai keterangan perihal kondisi Putri Jang.

Seorang wanita tua berjalan tergopoh gopoh menyusuri lorong menuju ruangan Putri Jang. Dayang Han langsung meminta ijin untuk masuk dan memberi hormat kepada Raja Joon.

"Kemarilah dayang Han, bisakah kau ceritakan bagaimana kondisi istriku hari ini. Mengapa istriku sampai jatuh pingsan seperti ini apakah sebelumnya dia sakit?" tanya Raja Joon sopan.

Dayang Han tergelitik di hatinya mendengar Raja Joon memanggil Putri Jang dengan sebutan istriku. Ia bahagia melihat raut wajah khawatir Raja Joon kepada Putri Jang. Dayang Han kemudian mengehela nafas sejenak hendak menjawab setiap pertanyaan Raja Joon.

"Kondisi Putri Jang baik baik saja Yang Mulia namun dalam beberapa minggu belakangan ini Putri selalu mengeluh lelah dan juga pusing di pagi hari akan tetapi beliau tidak mau saya panggilkan tabib Yang Mulia."

"Mengapa kau tak melapor kepadaku?"

"Maaf Yang Mulia, Putri meminta hamba untuk tidak bercerita apapun kepada Yang Mulia. Putri tidak ingin Yang Mulia terganggu."

"Baiklah, terimakasih. Kau boleh kembali beristirahat dayang Han."

"Baik Yang Mulia," ucap Dayang Han sembari membungkuk memberi hormat.

Tak lama setelah kepergian dayang Han seorang tabib datang untuk memeriksa keadaan Putri Jang. Raja Joon mulai beringsut mundur memberi ruang kepada tabib untuk memeriksa keadaan Putri Jang.

"Bagaimana keadaannya Bon?" tanya Raja Joon kepada tabib Bon tak sabaran.

Tabib Bon tersenyum kemudian mengucapkan selamat kepada Raja Joon yang membuat Raja Joon mengernyitkan dahinya heran.

"Mengapa kau memberiku selamat Bon?" tanya Raja Joon tak mengerti.

"Selamat Yang Mulia, Putri Jang sedang mengandung keturunan Yang Mulia."

"Apa? benarkah itu?" ucap Raja Joon tak percaya.

"Iya itu benar Yang Mulia dan apa yang dialami Putri Jang sekarang adalah salah satu efek dari kandungannya. Hal ini wajar dialami wanita yang sedang mengandung Yang Mulia anda tak perlu khawatir."

"Baiklah, terimakasih Bon kau boleh pergi jangan beritahu kabar ini kepada siapapun Bon karena aku yang akan mengumumkannya kepada semua orang nanti."

"Baik Yang Mulia, hamba pamit undur diri."

"Hemmm."

Raja Joon tersenyum bahagia mendengar kabar tersebut. Ia mengecup singkat bibir Putri Jang lalu membaringkan tubuhnya disamping Putri Jang.

***

Pagi ini Putri Jang bangun pagi pagi sekali seperti yang biasa ia lakukan dulu ketika masih tinggal di kediaman sang ayah. ia bangun dan membantu pelayan dan sang ibu menyiapkan makanan. Kali ini Putri Jang antusias sekali membuat masakan untuk sang suami.

"Jang mengapa kau kemari? beristirahatlah Han bilang kau sedang kurang enak badan," ucap Nyonya Yi.

"Aku tak apa bu tenanglah, aku kemari hanya ingin membuatkan sarapan untuk suamiku sama yang sering ibu lakukan kepada ayah mumpung aku sedang menginap di sini bu jika di istana aku tak akan mungkin diperbolehkan melakukan ini."

"Baiklah, cepat lakukan dan kembalilah beristirahat karena kau pucat sekali,"

"Iya bu."

Usai memasak Putri Jang meminta dayang Han mengantar makanan yang telah ia masak keruangan Putri Jang. Seperti biasa Putri Jang juga neminta dayang Han membuatkannya manisan buah dan juga teh mint.

"Bibi Han, bisakah kau mengantarkan makanan ini menuju ke ruanganku nanti? bawakan juga aku semangkuk manisan buah dan juga teh mint buatanmu."

"Baik Putri, apakah ada lagi Putri?" tanya Dayang Han memastikan.

"Tidak bi, baiklah aku akan ke ruanganku dulu untuk membangunkan Raja Joon."

Putri Jang kembali menuju ruangannya ia lantas menuju keruangan mandi untuk membersihkan diri. Ia menenggelamkan tubuhnya kedalam bak mandi yang sudah ia beri ekstrak bunga mawar yang menurutnya menenangkan. Ia memijit mijit tubuhnya pelan sembari bersenandung kecil. Ia buru buru menyidahi aktifitasnya kala mengingat jika sang suami sedang tidur ia segera mengenakan pakaian bergegas membangunkan Raja Joon.

Raja Joon menggeliat meraba raba samping ranjang. ia terkesiap kala tak mendapati sang istri disampingnya namun ia segera tenang kala mendengar suara senandung Putri Jang dari dalam ruangan mandi. Ia terkekeh kemudian segera bangkit dari tidurnya.

"Joon," sapa Putri Jang lirih saat mendapati sang suami sudah duduk bersandar di atas ranjang.

"Jang megapa kau lama sekali mandinya hemmm?" protes Raja Joon manja.

"Maaf Joon, aku sedang berendam untuk mengurangi rasa lelah tubuhku."

"Jang kemarilah." Raja Joon menepuk nepuk pinggiran ranjang yang kosong.

Putri Jang berjalan mendekat kemudian duduk dipinggiran ranjang. Tiba tiba Raja Joon mendekat dan mengusap lembut perut Putri Jang membuat sang empunya terperanjat.

"Mulai sekarang kau jangan terlalu lelah, tolong jaga kesehatanmu dan anak kita."

"Anak?"

"Ya kau sedang mengandung Jang."

"Benarkah itu Joon?" tanya Putri Jang memastikan yang dibalas anggukan kepala oleh Raja Joon.

Dengan spontan Putri Jang memeluk Raja Joon erat sementara Raja Joon hanya tersenyum melihat sang istri bahagia.

"Apa kau bahagia?"

"Tentu saja Joon," ucap Putri Jang sembari menyandarkan kepala di dada sang suami.