webnovel

Sang Ratu Pengganti

Jang Shin Hye adalah putri yang memiliki segala kesempurnaan cantik, kuat dan pintar. Dia adalah putri Perdana Menteri Hwang, Putri Jang telah di persiapkan untuk menjadi istri pangeran kedua Dong Hwa, sejak mereka masih kecil. Namun ketika sang Ratu sakit keras demi menutupi gosip miring dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan kerajaan Moon, Dewan kerajaan menunjuk Putri Jang untuk menikah dengan Raja Joon kakak dari pangeran Dong Hwa dan menggantikan tugas Ratu Ran. Tak ingin membahayakan nyawanya dan keluarga, Putri Jang pun terpaksa mau menikah dengan Raja Joon. Masalah demi masalah datang ketika Ratu Ran meninggal. 18+ (Harap bijak dalam membaca) Ig Shasadewa

Shasadewa · Fantasy
Not enough ratings
72 Chs

Kau Istriku

Wajah Putri Jang bersemu memerah kala ia mengingat kejadian yang ia lewati semalam bersama Raja Joon. Perasaan bahagia menyelimuti hati Putri Jang saat ini karena entah mengapa kejadian semalam yerasa begitu indah dan nikmat tak seperti yang pertama kali ia rasakan dulu. Semalam ia benar benar nerasakan kelembutan dari setiap perlakuan Raja Joon. Putri Jang menyingkirkan tangan sang suami yang memeluknya erat secara perlahan. Ia mulai bergerak menuju kamar mandi. Meminta dayang Han untuk membantunya memijit bagian tubuhnya karena merasa sangatlah lelah.

"Sepertinya Putri sangat bahagia sekali," ucap dayang Han yang melihat senyuman yang terpatri indah diwajah Putri Jang.

"Hemm, kau benar bi sepertinya ucapanmu selama ini benar bi. Aku merasakan sesuatu yang beda kepada Raja Joon saat ini bi semoga ini bertanda baik untuk hubungan kami."

"Ahh benarkah? saya berdoa semoga yang mulia Raja Joon dan Putri Jang bahagia selalu dan segera dikaruniai seorang pangeran," ucap Dayang Han yang membuatnya semakin merona.

"Terimakasih bi."

Putri Jang mengenakan pakaiannya kemudian berjalan menuju kamar. Ia melihat sang suami masih tertidur pulas. Ia memandangi wajah damai sang suami yang berkali lipat lebih tampan ketika tidur. Entah memiliki keberanian dari mana Putri Jang kini tengah membelai lembut wajah sang suami yang membuat sang empunya menggeliat. Putri Jang menarik tangan cepat kala menyadari sang empunya mulai menerjap nerjapkan matanya.

"Hei mengapa berhenti?" ucap Raja Joon sembari menahan tangan sang istri.

"Maaf Joon a-aku...." Raja Joon meletakkan jari telunjuknya tepat di tengah bibir Putri Jang membuat Putri Jang bungkam.

"Lakukan apapun yang mau inginkan tak perlu meminta maaf kepadaku," ucap Raja Joon yang membuat Putri Jang merona.

Putri Jang mengangguk pelan sembari menunduk sementar Raja Joon hanya tersenyum simpul melihat wajah sang istri yang merona.

"Kau sudah mandi? mengapa tak membangunkanku? padahal aku ingin sekali berendam denganmu," ucap Raja Joon yang membuat Putri Jang merasa bersalah.

"Maafkan aku Joon, aku tak tega membangunkanmu karena kau pulas sekali tidurnya."

"Hemmm tak apa sebagai gantinya maukah kau menemaniku menemui Ratu Ran hari ini?"

"Tentu saja."

"Baik, tunggulah sebentar disini aku akan segera kembali."

Raja Joon sudah rapi dan gagah dengan pakaian yang ia kenakan. Ia kemudian menghampiri Putri Jang lantas mengajaknya menuju ruangan Ratu Ran.

Sesampainya di depan pintu ruangan Ratu Ran, Raja mengisyaratkan kepada kasim untuk tidak memberitahu Ratu Ran. Raja Joon masuk kekamar diam diam lalu kemudian disambut oleh Ratu Ran yang langsung berlari memeluk tubuh Raja Joon dan memberikan ciuman mesra di wajah Raja Joon. Putri Jang yang masih diambang pintu menahan nafas sejenak menyaksikan kejadian mesra tersebut. Seketika itu membuat Putri Jang merasa bersalah pada Ratu Ran karena telah berharap lebih akan perasaan Raja Joon didalam hatinya ia berujar bahwa mulai sekarang ia akan memasang dinding yang kokoh agar tak mampu lagi diterjang dan rubuh karena sebuah rasa. Putri Jang melemparkan sebuah senyuman manis menyapa sang sahabat dan memberinya sebuah pelukan hangat yang tulus meski perasaan hatinya saat ini sedang membuatnya tak nyaman.

"Jang, bagaimana kabarmu? Joon tidak melukaimu kan?" tanya Ratu Ran kepada Putri Jang.

"Ah, ti-tidak Ratu. Yang mulia Raja sangat baik kepada hamba."

"Syukurlah kalau begitu, terimakasih sayang kau sudah menjaga dan memperlakukan Jang dengn baik," ucap Ratu Ran sembari mengecup pipi Raja Joon.

Putri Jang merasakan rasa yang aneh dan tidak mengenakkan ketika ia melihat Ratu Ran mengecup pipi Raja Joon meski demikian ia tetap berusaha untuk tersenyum dan menahan rasa itu di hatinya.

"Jang, sebelumnya aku minta maaf kepadamu, bisakah kau memberi kami waktu sebentar? aku ingin sekali berbicara berdua dengan Joon. Apakah kau tak keberatan jika kau meninggalkan kami berdua sebentar? aku harap kau mengerti dan tidak tersinggung dengan ucapanku Jang, sungguh aku tak ada maksud untuk melukaimu," ucap Ratu Ran hati hati karena tak ingin melukai Raja Joon.

Jleb... Seperti tertusuk ribuan pisau didadanya perih dan sakit itu yang Putri Jang saat ini rasakan. Namun ia juga tahu diri dengan posisinya sekarang bahwa ia hanyalah seorang selir dan tak sepantasnya juga ia keberatan karena Ratu Ran adalah sahabatnya.

"Tak perlu merasa tidak enak begitu yang mulia Ratu, hamba tidak keberatan. Mohon maaf hamba undur diri yang mulia Raja Joon dan Ratu Ran." Putri Jang membungkuk memberi hormat lantas pergi memberikan ruang untuk kedua insan tersebut melepas rindu.

***

Sesampainya diruangannya ia menutup pintu rapat rapat lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang dan menangis sejadi jadinya hingga terlelap tidur.

Entah berapa lama Putri Jang tertidur yang ia ingat hanya ia menangis tadi siang. Hari sudah petang Putri Jang membersih tubuhnya kemudian meminta Dayang Han mengambilkan teh hangat untuknya.

"Putri ini tehnya, silahkan diminum selagi hangat."

"Terimakasih bi, kau boleh pergi beristirahat sekarang, terimakasih atas kerja kerasmu hari ini bi."

"Itu sudah menjadi kewajiban hamba Putri, Maaf jika hamba lancang bertanya mengapa Putri Jang terlihat pucat sekali? apakah Putri sedang tidak enak badan atau Putri usai menangis? hamba siap menemani dan mendengarkan cerita Putri jika Putri bersedia bercerita."

"Tidak bi, aku hanya sedang tidak enak badan mungkin karena lelah saja bi."

"Baiklah, kalau begitu hamba pamit undur diri Putri."

"Iya bi terimakasih."

Dayang Han meninggalkan ruangan Putri Jang. Putri Jang menyesap teh hangat yang telah dibuatkan oleh dayang Han untuknya. Tiba tiba saja air mata kembali turun membasahi pipinya Putri Jang buru buru menghapusnya kala seorang kasim berseru memberitahukan kedatangan Raja Joon.

Putri Jang berdiri menyapa Raja Joon dengan ramah seperti tak ada apapun yang terjadi dengan hatinya.

"Joon, mengapa anda kemari, bukankah seharusnya anda menemani Ratu malam ini." Putri Jang berbicara hati hati agar tidak membuat Raja Joon tersinggung.

"Ran sudah tidur, aku mendengar dari dayang Han jika sedang tak enak badan, apakah benar begitu? apa kau mau ku panggilkan tabib kemari?" Tanya Raja joon dengan nada khawatir.

"Itu benar Joon namun anda tidak perlu khawatir saya hanya kelelahan saja."

"Benar begitu?"

"Benar Joon besok saya pasti sudah pulih, sebaiknya anda segera pergi ke kamar Ratu saya takut Ratu terbangun."

"Ah ya kau benar, baiklah aku harus pergi sekarang jaga dirimu baik baik."

"Baik Joon." Putri Jang sengaja memundurkan tubuhnya ketika Raja Joon hendak memeluknya.

"Kenapa? apa aku tidak boleh memeluk istriku?"

"Maaf Joon saya tidak sengaja, tentu saja boleh karena saya tidak punya kuasa untuk menolaknya."

"Kau kenapa? mengapa berbicara begitu? kau istriku kau berhak melakukan apapun termasuk marah ataupun menolakku jika aku salah, jangan selalu merendah Jang aku tidak suka," ucap Raja Joon dengan nada meninggi.

"Baik Joon."

Raja Joon tidak jadi memeluk Putri Jang ia pergi begitu saja karena kesal dengan perilaku dan ucapan Putri Jang yang merendah.