webnovel

Terciduk

Rhyan dan Azra sudah berada di ruang kepala sekolah selama sejam, setelah jam pelajaran dimulai mereka di panggil untuk menghadap kepsek. Setelah di berikan berbagai macam pencerahan dan ceramah yang tiada batas mereka akhirnya dibiarkan pergi

Pak kepsek telah memberikan mereka skors selama seminggu dari sekarang.

"Huh." Azra mendesah pasrah, bagaimana tidak apa yang harus dia lakukan selama seminggu tanpa harus pergi kesekolah? secara dia tidak memiliki kegiatan apapun. Untuk keluar bareng Dhyan saja perlu perjuangan dari Dhyan agar dia mau pergi.

Mendengar desahan panjang Azra sebuah ide terbesit dalam pikiran Rhyan.

"Gimana kalau kita jalan! berhubung hari ini kita kena skor dari sekarang, kan bete kalau langsung pulang di jam segini!"

Azra :"...." Azra hanya memandang Rhyan dengan pandangan aneh.

"En... Itu kalau kamu nggak keberatan!" ucap Rhyan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut Azra sukses membuat lubang kekecewaan yang sangat besar di dada Rhyan.

Azra pun berjalan di depan Rhyan dan menuju ke kelasnya untuk mengambil tasnya. Rhyan hanya bisa menatap punggung Azra yang semakin menjauh itu, dia tetap membeku di tempatnya. Penolakan Azra begitu menyakitkan, dia tidak memberikan kesempatan walau secuilpun kepada Rhyan. Tentu saja dia menolak, mengapa juga dia harus pergi denganku, pikir Rhyan sambil menepuk kepalanya sendiri.

*

Dikamar kosan, Azra memainkan gitarnya dengan lihai. Dia memetik senar gitar satu demi satu, dan menciptakan melodi yang sangat indah, yang secara bersamaan juga terdengar memiluhkan.

~setiap detik...menit...jam..

hingga menjadi waktu panjang

memberikan rasa yang sulit

sungguh sulit

membuatku semakin rapuh

seolah hanya dengan hentakan kecil

dapat meruntuhkan diriku.

~kumohon siapapun datanglah

datanglah dan selamatkan aku

walau hanya sebentar saja

jangan biarkan diriku sendiri

jangan biarkan diriku hancur

~sedetik ku tunggu

semenit ku masih menunggu

semakin lama ku tunggu

semakin rapuh diriku

sampai akhirnya ku tersadar

selamanya tak akan ada yang datang

~tak akan ada yang datang.....

hmm~oh~oh

inilah takdirku menjadi seperti ini

tak akan ada yang datang....

hmm~yee~hmm

hingga akhir.

Sekarang Azra menghabiskan waktunya bermain gitar dan bernyanyi sepulang sekolah, Azra melimpahkan semua beban pikirannya dalam sebuah lagu.

Dia masih mengingat ajakan Rhyan waktu di sekolah, bagaimana mungkin Rhyan punya pikiran untuk mengajaknya jalan dalam kondisi yang buruk sekarang ini.

Tentu saja Azra menolaknya tanpa ragu, bersenang-senang dalam keadaan yang seperti itu bukanlah kebiasaannya.

*

seorang siswi mengamuk dalam ruang kelas kosong yang sudah lama tak terpakai, dia tidak menyangka rencananya untuk mengeluarkan Azra dari sekolah gagal. Dia membanting beberapa susunan kursi dan melemparkannya ke segalah arah.

"Br*ngs*k... Seharusnya dia dikeluarkan sekarang!" siswi itu berusaha menenangkan dirinya.

"Meskipun sekarang kamu hanya di skors, tapi semua murid disekolah ini akan mulai membencimu lebih banyak!" Dia kini mengeluarkan ponselnya dan membuka foto yang telah dia ambil, sekarang di foto itu ada Azra dan seorang lelaki yang saling berpelukan. Lelaki itu bukanlah Rhyan tapi seseorang yang dekat dengan Rhyan.

"Lihat saja setelah aku menyebarkan foto ini dan memperluasnya keluar sekolah, maka akan lebih banyak lagi yang membencimu!" ucapnya sambil memperlihatkan senyuman yang sangat jahat. Wajahnya terlihat begitu menyeramkan dengan rambutnya yang acak-acakan, membuatnya terlihat seperti penyihir jahat.

Dia pun merapikan dirinya sebelum keluar dari ruang kosong itu, dan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku. Dia tidak menyadari pergerakannya telah di awasi oleh dua mata coklat yang tajam.

*

Afnan berjalan ke arah ruang guru, dia ditugaskan oleh guru untuk mengantar tugas dari teman-teman kelasnya. Untuk ke ruang guru Afnan harus melewati ruang kesehatan, pada saat dia berada cukup dekat dengan ruang kesehatan, Afnan melihat seorang siswi dengan sebuah kamera di tangannya. Siswi itu terlihat sedang mengintip seseorang dari dalam, dan sepertinya mengambil beberapa Foto.

Afnan terus memperhatikannya, rasa penasaran mulai muncul di benaknya. Tidak lama kemudian Afnan melihat Azra keluar dari ruang kesehatan itu dengan berlari, dan dengan sigap siswi itu segera bersembunyi. Afnan dapat melihat wajah Azra yang memerah, mungkin sesuatu telah terjadi padanya. Pandangan Afnan kembali mengarah ke siswi tersebut, dia dapat melihat ekspresi wajah yang tidak baik darinya saat memandang kepergian Azra.

jangan lupa memberikan Vote dan memilih dengan batu kuasa biar author semakin semangat nulis novelnya...

amhychancreators' thoughts