webnovel

Jebakan 2

Setelah Dhyan berada di depan gerbang sekolah dua orang laki-laki berbadan kekar membekapnya, satpam sekolah yang telah di di alihkan perhatiannya oleh Andhyra sebelumnya, telah berada di depan ruangan kepala sekolah. Setibanya Andhyra di sekolah ia berkata kepada pak satpam bahwa pada jam istirahat pertama, ia harus menghadap ke ruangan kepsek, dalam rangka penertiban murid. Dan dengan kondisi yang cukup sepi memudahkan mereka untuk menyandera Dhyan.

*

Di perjalanan Azra terus merasa gelisa, ia benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Dhyan sekarang. Ia tidak tau harus menghubungi keluarga Dhyan atau tidak, Dhyan hanya tinggal dengan nenek nya, karena kedua orang tuanya telah bercerai dan meninggalkan Dhyan hanya berdua dengan neneknya.

Kalau bukan karena otaknya yang cerdas yang membuatnya mendapatkan beasiswa, dia tidak akan mampu bersekolah di sma negeri 1 raya. Kondisi neneknya yang sakit-sakitan membuatnya menjadi seorang yang sangat mandiri, dia berusaha bertahan hidup dan menjaga neneknya dari hasil kerja sampingan, dengan kiriman uang yang tidak seberapa dari kedua orang tuanya itu cukup baginya meskipun tak selalu, kadang dia mendapat kiriman hanya sekali dalam dua bula, bahkan dalam tiga bulan dia tak menerima kiriman dari kedua orang tuanya itu.

Nenek Dhyan menderita penyakit jantung, jadi hal yang mengkhawatirkan seperti ini bisa saja membuat jantungnya berhenti berdetak, bila dia mengetahuinya.

Azra hanya dapat meremas roknya dengan kedua tangannya itu, dia tidak bisa menempatkan nenek Dhyan dalam posisi yang berbahaya seperti itu. Dengan desahan yang cukup panjang Azra memutar otaknya, jalan satu-satunya adalah menyelamatkan Dhyan secepatnya, tanpa harus menggunakan kekuatannya. Jika kekuatannya di ketahui oleh banyak orang, itu akan menjadi masalah yang sangat besar untuk dirinya. Bisa saja dia akan berakhir di atas meja bedah, yang akan mencabik-cabik dirinya. Sudah cukup Andhyra dan kedua temannya itu mengetahui kemampuannya.

dua puluh menit kemudian.

Azra kini berdiri di depan bangunan yang terlihat sangat besar dan megah. Dengan langkah cepat dia menarik Andhyra dan segera masuk ke dalam bangunan itu. Andhyra kini hanya mengikuti Azra yang tengah menariknya.

Sebelumnya, Andhyra telah mengirimkan sebuah pesan kepada Rico bahwa mereka sedang menuju lokasi yang telah di tentukan. Rico telah memberi petunjuk untuk mengarahkan Andhyra agar dia membawa Andhyra kedalam ruangan yang telah disediakan oleh Rico dengan mengikuti salah satu bawahannya.

"Azra coba lihat disebelah sana, sepertinya aku melihat Dhyan!" Ucap Andhyra sambil menunjuk ke arah lift yang telah tertutup. Mereka pun melangkah ke arah lift tersebut dan melihat di lantai berapa lift itu berhenti. Tepat di angka sepuluh lift itu berhenti, dan dengan gerakan cepat Azra dan Andhyra memasuki lift disebelahnya dan menekan angka sepuluh.

Setibanya mereka dilantai sepuluh Andhra terus mengarahkan Azra untuk mengikutinya, dia terus berpura-pura melihat seseorang yang mencurigakkan. Dan akhirnya mereka tiba didepan sebuah pintu.

Dengan gerakan perlahan Azra membuka pintu tersebut, dengan memasukan kepalanya terlebih dahulu untuk melihat situasi didalam ruangan. Kondisi didalam cukup gelap, membuat Azra sulit untuk melihat.

"BUK."

Azra terjatuh kedalam ruangan gelap itu, dia dapat merasakan nyeri di lututnya saat mendarat dilantai dengan keras.

"KREEET."

Pintu di belakang Azra tiba-tiba tertutup, Azra bangkit dan mencoba membuka pintu dengan susah payah namun tidak ada hasil, pintu itu terkunci dari luar.

"Andhyra apa yang kamu lakukan? buka pintunya!"

"Rasain kamu, itu ganjaran karena kamu berani berurusan denganku!"

Andhyra pun melangkah pergi meninggalkan Azra yang terkunci dalam ruangan.

"Andhyra buka... buka pintunya...!" namun tak ada jawaban dari luar, Andhyra telah meninggalkannya terkunci sendirian di dalam ruangan itu

Azra mulai putus asa ia pun berbalik, ruangan ini menjadi lebih gelap ketika pintu tertutup. Azra mulai melangkah maju dengan tangannya yang mulai meraba-raba didepannya.

Saat Azra melangkah dia merasa telah menendang sesuatu, Azra menunduk dan mencoba menyentuh benda itu. Benda itu berukuran tidak terlalu besar.

"Nginnnnnnnnnnnnn."

Kepala Azra mulai terasa sakit, dia mendengar dengungan yang sangat besar sehingga menyakiti telinganya saat ia menyentuh benda itu. Azra pun menjatuhkannya dari tangannya.

"Aaarrrggg..."

Dengan posisi jongkok Azra menutup telinganya dan berusaha menahan rasa sakit dari kepalanya..

Ruangan yang semula gelap kini berkelap kelip membuat Azra mampu melihat benda yang tadi dia pegang dengan samar-samar. Benda itu terlihat seperti barang kuno yang sudah sangat tua.

Ruangan disekitar Azra mulai berguncang.

"Aaaaaaa." semakin lama Azra merasakan sakit dikepalanya semakin menjadi. tiba-tiba dia bisa mendengar suara samar-samar dari arah pintu di belakangnya, dengan susah payah dia menoleh kebelakang.

"BUK."

Pintu terbuka dengan paksa dan Azra bisa melihat seorang pria berlari ke arahnya, sampai akhirnya dia pun tak sadarkan diri.