webnovel

RICIE & PROMISES

Cindy Anastasya Adnerson, seorang gadis blasteran Indonesia-London yang memiliki sifat dingin. Namun semua itu berubah saat ia mengenal seseorang lelaki yang berstatus sebagai Ketos disekolahnya. Gabriel Mahardika Filer. Lelaki yang membuat hidup Cindy berwarna. Dikarenakan keinginan mereka untuk melanjutkan studi di university impian mereka. Akhirnya perpisahan pun terjadi. Awal LDR, semuanya berjalan baik, hingga suatu saat Ariel mulai menghilang entah karena apa. Lalu, Kedua orang tua Cindy mengatakan bahwa mereka telah menjodohkan Cindy dengan anak dari rekan bisnis ayahnya. Keluarga Nedson. Ethan William Nedson. Seorang CEO perusahaan yang akan menjadi suaminya. Tanpa Cindy tahu, bahwa perjodohannya dengan Ethan-lah yang menjadi penyebab hilangnya Ariel. Saat semua itu terungkap, Cindy bingung. Akankah ia mempertahankan pernikahannya dengan Ethan, yang menjadi alasan Ariel pergi. Atau ia akan memilih kembali kepada Ariel, cinta pertamanya.

khansa_jalilah · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

PART 6

Sore tiba, Cindy dan Lala masih sibuk mengerjakan tugas kelompok yang diberi pak Darno tadi pagi.

"Yess, sebentar lagi selesai!" ujar Lala dengan penuh semangat. Begitu pun dengan Cindy namun, sedikit berbeda karena Cindy hanya berteriak bahagia dalam hatinya.

Beberapa menit kemudian.....

"Tugas nya yang bawa Cindi aja yaa!" pinta Lala sambil merapikan bunu-bukunya.

"Iya Laa." Setuju Cindy. Dari awal Cindy memang berniat membawa tugas mereka pulang. Karena jangan pernah berharap Lala yang akan melakukan itu. Lala adalah orang yang pelupa. Tiba-tiba Cindy kejadian lalu..

Seminggu Lalu...

Lala meminjam buku fisika milik Cindy sekadar untuk mencatat, karena buku Lala dipinjam oleh temannya yang berbeda kelas dengannya. Dan esok-nya Lala lupa membawa buku Cindy. Sialnya guru yang mengajar fisika saat ini adalah bu Monic, guru yang terkenal sadis. Peraturan di kelasnya adalah "Siapa yang tidak membawa buku, tidak diperbolehkan mengikuti kelas saya".

Meskipun Cindy murid kesayangan, tapi peraturan tetaplah peraturan. Cindy-pun harus keluar kelas. Di luar, Cindy bosan dan Cindy memutuskan pergi ke lapangan basket. Beruntung disana sedang ada pertandingan basket antarkelast. Dari pada bosan, akhirnya Cindy memutuskan untuk bergabung dengan yang lain untuk menonton pertandingan yang nampak seru itu. Tapi keseruan itu sirna, karena kedatangan si ketos yang menyebalkan. Dan hari ini, lengkaplah kesialan Cindy. Karena selain dikeluarkan dari kelas, Cindy juga harus bertemu dengan kakak pembohong-nya yang menjadi laki-laki pertama yang mencim Cindy. Ariel.

...

"Cindii, woyy!!" ucap Lala yang segera membuyarkan lamunan Cindy.

"iya, kenapa?" tanya Cindy polos.

"Lamunin apaan sih! Sampe segitunya. Oh aku tau, pasti lagi lamunin si ketos yaa?" goda Lala yang membuat Cindy merona.

"Ciye..ciyeeeeee." goda Lala lagi yang segera mendapat jitakan dari Cindy. Mereka akhirnya tertawa bersama, sungguh persahabatan yang menyenangkan. Menghabiskan waktu bersama, makan bersama, mereka berdua benar-benar sangat menikmati saat-saat itu.

Drtt...drtt...drttt.....drtt....(bunyi ponsel Lala)

"Halo paa"

....

"Oke paa"

Tut.....tut.....tut...

"Cin, aku harus pulang. Katanya ada acara keluarga, jadi aku dijemput papa, terus langsung berangkat deh," jelas Lala panjang.

"Ooh ya udah, pulang aja," ucap Cindy

"Serius? Tapi aku nggak mungkin ninggalin kamu sendirian," ucap Lala dengan nada khawatir.

"Nggak papaa, aku bisa pulang sendiri kok!" ucap Cindy menenangkan Lala.

"bener?" tanya Lala memastikan

"Iya cerewettt," jawab Cindy gemas.

"Ya udah, duluan yaa!" ucap Lala sambil berjalan lalu melambai kepada Cindy. Cindy tersenyum sambil membalas lambaian Lala.

~PUKUL 17.00

Sedari tadi Cindy mondar-mandir menunggu taksi. Karena tidak kunjung datang, akhirnya Cindy memutuskan untuk pulang berjalan kaki. Tiba-tiba ada sebuah motor sport berhenti tepat di depan Cindy.

"Naiklah!" ucap seseorang dari atas motor.

"Kakak, Kakak mengikuti ku?" tanya Cindy dengan nada kesal.

"Tidak, aku kesini karena sedang latihan basket bersama teman-temanku."

"Ayo naik! Aku akan mengantarmu pulang." Ajak laki-laki itu dengan nada sedikit memaksa.

"Tidak, aku tidak butuh bantuan kakak," tolak Cindy dengan acuh.

"Ayolahhh!" bujuk laki-laki itu.

"Sudah ku bilang aku tidak butuh bantuan kakak. Pergilah!! Aku sadang malas," tolak Cindy dengan nada yang agak meninggi lalu pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri.

Ariel POV

Sore ini aku datang ke sekolah untuk sekadar berlatih basket bersama teman-teman ku. Saat hendak pulang, dari kejauhan aku melihat Cindy yang sedang mondar-mandir sepertinya sedang menunggu taksi. Mungkin dia lelah menunggu, dan dia akhirnya memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Melihat itu, timbul-lah niatku untuk mengajaknya pulang bersama ku. Aku berusaha membujuknya tapi tetap tidak berhasil. Karena ditolak, sebenarnya aku berniat pulang, tapi entah kenapa aku merasa khawatir dengan Cindy. Jadi aku memutuskan untuk membuntutinya.

Author POV

Saat Cindy berjalan melewati jembatan, tiba-tiba muncul 5 orang pria bertubuh besar menghadang-nya.

"Hai cantik, ikut-lah dengan kami!" ucap salah seorang pria yang sepertinya peminpin dari kelompok itu.

"Menyingkir!" ucap Cindy dengan ketus.

"Jangan membuat kami bermain kasar, Nona!" ujar pria itulagi dan kini mulai mencengkeram pergelangan tangan Cindy dengan kuat. Lantas Cindy langsung menendang bagian kemaluan pria itu, sampai si pria tersungkur.

"Aku sedang kesal, jadi jangan menggangguku!" ucap Cindy dengan berteriak. Perkelahian-pun tidak dapat terelakkan. Cindy yang sudah ahli dalam berkelahi dengan sigap menghajar pria-pria itu. Namun malang, lutut Cindy terkena tendangan dari salah seorang pria itu sehingga membuatnya tersungkur. Dan sialnya, salah seorang dari mereka ada yang membawa pisau. Pria itu pun mengarahkan mata pisau itu ke arah lengan Cindy.

Bugh.

Seketika pria itu tersungkur dengan sangat keras sampai-sampai pisau itu melayang entah kemana.

"Pergi atau mati!" ucap Ariel dengan nada dingin seperti seorang pembunuh.

Mendengar hal itu, entah bagaimana ke-5 pria itu memilih berlari menjauh dan meninggalkan mangsanya.

"Apa kau terluka?" tanya Ariel langsung dengan nada khawatir.

"Kenapa kakak, menolongku?" tanya Cindy menghiraukan pertanyaan dari Ariel.

"Because i care, and because i love you, Cindy." Ucap Ariel yang yang tengah memandang Cindy dengan lekat dan lembut. Kemudian tanpa aba-aba Ariel menggendong Cindy ala bridal style.

"Apa yang kau! Maksudku, apa yang kakak lakukan?" tanya Cindy dengan gugup saat sudah berada dalam gendongan Ariel.

Bukannya menjawab, Ariel malah mendudukkan Cindy di atas motornya. Cindy diam, dia bingung terhadap perlakuan Ariel padanya.

Motor sport gagah itu melaju dengan kecepatan sedang, menerjang sore yang akan berubah menjadi malam. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka diam, tenggelam dalam piriran mereka masing-masing.

~

Ariel membawa Cindy ke rumah sakit terdekat. Sebenarnya Cindy menolak karena Cindy hanya terluka sedikit. Tapi kali ini Ariel tidak bisa dibantah, Ariel sangat cemas dengan keadaan Cindy, bahkan ketika Ariel tahu lutut Cindy sedikit terluka, Ariel benar-benar merasa bersalah karena telah datang terlambat. Berbeda dengan Ariel, Cindy justru tampak tenang, karena luka yang dirasakannya ini tidak terlalu sakit.

"Maaff akuuu, ini salah ku, jika saja aku memaksamu untuk pulang bersamaku, jika saja aku datang lebih awal, kau pasti tidak akan terluka, maafkan aku ini semua salah ku, maaf kan aku?" ujar Ariel panjang lebar dengan nada bersalah.

"Ini bukan salah kakak, sudahlah lagi pula ini hanya luka kecil."

"Tapi aku—"

"Kak, inikan sudah malam, boleh aku meminta sesuatu?" pinta Cindy dengan raut wajah memohon.

"Apa?" tanya Ariel dengan raut wajah bingung.

"Aku ingin pulang, tapi ini sudah malam," jawab Cindy dengan wajah polos dan tatapan yang penuh dengan kode.

"Iya, aku memang akan mengantarmu pulang," ucap Ariel dengan tersenyum.

~

"Terima kasih kak," ucap Cindy sambil mengeluarkan senyum madunya.

"Hahha, i...i...iya," jawab Ariel gugup. Dan saat Cindy ingin membuka pagar rumahnya, tiba-tiba Ariel menarik pergelangan tangan Cindy dengan lembut.

"Ada apa kak?"

"Mari berteman," ucap Ariel dengan senyum yang saat ini berhasil membuat Cindy terpesona. Cindy mengangguk, kemudian tersenyum madu, sekali lagi.

~

"Dari mana? Kenapa pulangnya malam?" tanya Livia dengan nada khawatir.

"Emmmm tadii....."

"Sayang, lain kali jangan seperti ini," ucap Leonard sambil mengelus lembut rambut putrinya.

"Maaf ya yahh, maa. Lain kali, Cindy akan ngasi kabar. Janji deh, nggak di ulang lagi." Permintaan maaf Cindy pada kedua orang tuanya, lalu memeluk mereka dengan bergantian. Cindy pun pamit untuk membersihkan dirinya.

~DI KAMAR CINDY

"Mmmhhhh..... aku lelah sekali," ucap Cindy sambil meregangkan otot-otot tubuh mungilnya itu.

Tiba-tiba Cindy teringat sesuatu. Sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang. Kejadian tadi, saat Ariel menolongnya dan mengatakan bahwa dia memcintai-nya.

"Because i love you". Kata-kata itu terus saja terngiang-ngiang di pikirannya. Seketika pipi Cindy merona ketika mengingat kejadian tadi.

"Apa iya, dia mencintaiku?"

"Apa aku pantas dengannya?"

Tanya Cindy pada dirinya sendiri sambil menatap bayangannya di cermin.

Tok...tok...tok...

"Non... makan malamnya sudah bibik siapkan, non Cindy ditunggu bapak sama ibu di ruang makan," ucap bik Sri sambil mengetuk pintu kamar Cindy.

"Iya bikkk, sebentar lagi Cindy turun kok," ucap Cindy sambil bersiap turun.

~

Di meja makan, mereka berempat makan dengan lahap dan bahagia. Kali ini bik Sri ikut bergabung di meja makan. Karena keluarga Adnerson sudah menganggap bik Sri sebagai bagian dari mereka. Sementara itu, orang tua Cindy tidak tahu bahwa putrinya terluka, karena tadi Cindy menggunakan rok model MIDI SKIRT. Jadi luka itu tertutup oleh rok yang dikenakannya.

Cindy tidak akan memberi tahu semua ini pada kedua orang tuanya, karena jika mereka tahu pasti mereka akan sangat khawatir dan Cindy tidak mau membuat mereka khawatir. Lagi seperti dulu.

DULU...

Cindy pernah diganggu oleh teman SD-nya, karena Cindy merasa takut akhirnya Cindy berlari dan hampir saja tertabrak mini bus. Sejak kejadian itu, kedua orang tua-nya sangat protektive padanya. Mereka memindahkan Cindy ke sekolah yang lain. Dan menyewa pelatih private taekwondo untuk Cindy.

Dan jika dia memberitahukan hal ini pada kedua orang tuanya, entah apa yang mereka lakukan padanya lagi. Tapi Cindy tahu semua yang dilakukan kedua orang tuanya semata-mata hanya untuk melindunginya.

~

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kini Ariel dan Cindy menjadi sangat dekat. Kini Cindy tidak lagi berangkat sekolah dengan ayahnya, juga tidak dengan taksi. Karena setiap hari Cindy akan diantar-jemput oleh Ariel yang telah mendapat persetujuan dari kedua orang tua Cindy.

Tidak ada yang dapat memisahkan mereka. Tapi bagaimana dengan sang takdir? Tidak ada yang tahu, apa rencana tuhan untuk mereka. Apa mereka akan bersatu atau pada akhirnya akan berpisah dengan pedih? Tidak ada yang tahu.

Hanya sang penentu Takdirlah yang dapat menjawab semua pertanyaan itu. Kita para manusia hanya bisa berusaha agar apa yang kita inginkan dapat terwujud, namun jika sang penentu takdir telah menentukan apa yang ia inginkan, maka kita hanya bisa pasrah dan menerima keadaan. Lalu menjalankan apa yang sudah ia kehendaki. Tentunya dengan ikhlas.