webnovel

ReBirth48

ReBirth 48 Tang Shin, seorang Saint tingkat tertinggi yang mati dengan tenang dan cukup bahagia karena melihat kedua anaknya sudah menjadi orang besar. Ia tdak memiliki penyesalan apapun lagi di dalam hidupnya karena semuanya sudah selesai. Ia pun berfikir setelah ini ia akan pergi ke surga. Namun, dugaannya salah. Jiwa Tang Shin kembali di lahiran di dalam tubuh seorang mahasiswa kuliahan biasa. Setelah seminggu beradaptasi dengan ingatan dari kedua kehidupannya. Tang Shin pun memutuskan dengan sangatlah yakin. Bahwa di kehidupan ini ia harus hidup aman, tentram, dan yang paling penting adalah kehidupan yang santai. Namun, apakah akan semudah itu untuk mendapatkan kehidupan Tang Shin yang santai? ~Higashi

HigashiSasaki · Fantasy
Not enough ratings
52 Chs

Chapter 3 : Terpencarnya Silance Sistem

ReBirth 48

Chapter 3: Terpencarnya Silance Sistem

Sehari sudah berlalu sejak kejadian itu, Shin masih merasa menyesal dan bimbang apa yang akan terjadi. Jika seperti ini, kehidupan tenangnya pasti akan berakhir.

"Arghh!! Sialan, kenapa harus begini," teriak Shin sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan sangat kesal. Shin yang berbaring di atas kasur diam menatap langit-langit, mencoba menenangkan dirinya.

Beberapa saat kemudian, Shin bangun dan duduk di atas kasur. Shin memegang dagunya dan berfikir.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa membatalkan semuanya, soalnya ini sudah terlanjur, dan Ella juga sudah memiliki kontraknya, huummm ...."

Disaat Shin berfikir, saat itu juga ia merasakan sebuah aura kuat di luar jendela kamarnya. Dengan reflek Shin melihat ke arah jendela kamarnya yang terbuka lebar.

"Keluar," ucap Shin singkat. Ia mencoba membuat dirinya terlihat keren.

Kemudian dengan cepat sesosok bayangan melesat masuk melewati jendela Shin. Ia langsung memasang posisi tunduk dengan lutut kanan di angkat dan lutut kiri di tempelkan ke lantai.

"Lalu, ada berita apa?" desis Shin dingin.

"Maaf, malam ini saya belum mendapatkan petunjuk akan sekte kegelapan master. Tapi sebagai gantinya, saya membawa seorang teman masa kecil saya yang juga memiliki segel kekuatan itu, ia ingin ikut bergabung dan menghancurkan segel milikinya," balas Ella dengan sigap dan bahasa yang sopan. Setelah mengucapkan itu, bulan yang menutup awan bergerak menjauh, cahayanya menyusur masuk melewati jendela Kine dan menyinari Ella dengan jelas.

Terlihat rambutnya yang berwarna merah pekat, dengan bola mata yang berwarna persis dengan rambutnya, sama-sama menyala. Di ikuti dengan topeng yang menutupi bagian atas wajah Ella dan pakaian yang serba hitam bercampur merah menyala membuatnya terlihat semakin misterius.

**

"Eh .... Tunggu dulu, anggota baru? Aahhh ... Aku tidak kepikiran tentang kemungkinan hal itu sebelumnya. Jika sudah begini menolaknya akan merusak nama baik ku. Ck," decit Shin kesal di dalam hatinya. Ia kemudian menggigit jempolnya untuk menenangkan diri.

"Heuh," hela Shin sambil menutup matanya. Ia kemudian melirik ke Ella yang berada di bawahnya.

"Baiklah, biarkan dia masuk," tambah Shin.

"Terima kasih master," jawab Ella kemudian melirik ke arah luar jendela.

Saat itu juga sesosok bayangan kembali masuk kedalam kamar Shin. Orang itu langsung memasang posisi yang sama dengan Ella.

Sesosok berambut silver dan bola mata yang juga silver. Hadir di dalam kamar Shin. Sepertinya Ella sudah mengajarinya beberapa hal. Karena orang itu terlihat memakai pakaian seperti Ella, yang di dominasi warna hitam. Tapi juga memiliki warna silver yang menyala melengkapi pakianya, juga bagaimana orang itu tetap menundukkan kepalanya sebelum di tanya atau di perintahkan.

Melihat itu, Shin mengangkat sudut kanan bibirnya. Shin kemudian bangun dari atas kasur bersamaan mengangkat sebuah Hoodie berwarna merah pekat, Shin berdiri di atas lantai sambil memakainya. Disaat terpakai, Hoodie merah itu langsung berubah warna menjadi hitam pekat, beberapa saat kemudian Shin mengeluarkan topeng khusus untuk menutupi bagian mata di telapak tangannya, kemudian memakai topeng itu. Saat itulah di hoodienya muncul warna hijau yang menyala di dalam gelap, di bagian-bagian tertentu.

"Lalu, berikan sebuah alasan, kenapa aku harus menerimamu," ucap Shin dengan memancarkan hawa membunuh yang kuat sambil berdiri di depan seorang wanita yang baru memasuki kamarnya.

Wanita itu tersentak, seketika ia merasa sangat merinding dan terbayangkan di depannya ada ribuan mata tertuju ke arahnya dengan penuh rasa membunuh. Wanita itu kemudian langsung tenang karena Ella sudah memberitahunya akan hal ini yang mungkin terjadi.

"Saya bisa membantu tuan dalam segala misi, saya juga hebat dalam taktik dan formasi. Terutama dalam pengumpulan informasi," jawabnya sambil menunduk dan menggigil. Badanya mulai berada di luar kontrol karena menahan begitu lama hawa membunuh yang mengerikan itu.

"Hummm, begitu ya. Itu berarti aku memiliki kesempatan untuk memindahkan kekusaanku sementara padanya dan pergi," gumam Shin di dalam hatinya.

"Baiklah, kau lulus," jawab Shin sambil menghentikan hawa membunuh itu.

Dengan cepat wanita berambut silver yang di depannya menghela nafas, terlihat begitu kelelahan dan berkeringat.

"Te-terima kasih, master," balasnya agak gagap, ia sangat kelelahan menahan hawa membunuh itu. Sedangkan Ella, walau ia tidak terlalu terpengaruh hawa membunuh itu. Namun instingnya tetap mengatakan bahwa jika ia menentang orang itu sedikit saja, maka ia akan mati.

"Baiklah kalian berdua ... Berdiri," perintah Shin dengan tegas, perlahan mereka berdua berdiri.

"Baik," balas mereka berdua serentak. Ella dan wanita itu pun bangun, dengan cepat wanita berambut silver itu kembali ke Cool Position dan tidak boleh terlihat lemah.

Shin berjalan mendekatinya.

"Kuyakin kau sudah tau bagaimana peraturannya jika ingin bergabung, kan?" tanya Shin kemudian berjalan melewati sisi kanan wanita itu. Dan berdiri di belakangnya.

"Ya, Ella sudah memberitahukan semuanya padaku," balas wanita itu sambil berdiri tegap.

"Apakah kau yakin? Seumur hidup kau akan terikat kontrak ini loh." Shin kemudian membuka sarung tangan kanannya. Ia kemudian mengangkat telapak tangan kanannya setinggi dada, lalu tangan kanannya bercahaya merah menandakan tangan kanan itu sangat panas.

"Ya, pastinya!" teriak wanita itu dengan tegas.

"Bagus," balas Shin. Lalu seluruh panas di tangan kanan Shin berkumpul menjadi satu di tengah-tengah telapak tangan kanan Shin. Dan membentuk sebuah kode, M1.

Shin dengan cepat menempelkan tangan kanannya di atas leher kanan wanita itu. Seketika wanita itu memajukan dadanya kedepan karena kaget, kemudian berteriak dengan sangatlah kuat. Sebelum suaranya menyebar dan terdengar orang-orang, Ella dengan cekatan memukul lantai dengan telapak tangan, dan tercipta sebuah aura yang mengelilingi kamar Shin, sehingga suara wanita itu tidak terdengar dari luar.

"Sekarang, namamu adalah Lena," tambah Shin. Kemudian dengan cepat Lena jatuh dan langsung memegangi leher kanannya.

Setelah itu, Shin kemudian mengeluarkan sebuah tali bercahaya biru yang transparan dan tidak bisa di sentuh dari telapak tangannya. Tali tersebut kemudian merambat, menembus tangan Lena yang menutupi lehernya, kemudian masuk kedalam logo kode yang di tanamkan di leher Lena secara permanen.

"Ella, tenangkan Lena. Bawa ia istirahat dan—." Sebelum Shin menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan aura yang sangat kuat. Dan membuat Shin dan Ella harus menutupi bagian depannya dengan menggunakan aura miliknya.

"Tu-tunggu, apa-apan dia? Lapisan langit tingkat pertama?" ucap Shin di dalam hati merasa sangat kaget.

"Ck," decit Shin kesal, dengan cekatan Shin memukul leher Lena dan membuat Lena pingsan, jika dibiarkan Lena hanya akan mengamuk karena kekuatanya baru saja dilepaskan dan akan di kendalikan oleh tubuhnya yang merasa terancam akibat Shin tanamkan kode di lehernya.

"Ella, urus Lena, aku memiliki sebuah urusan. Dan jangan lupa mandikanlah dia," Shin kemudian memasang Hoodie penutup kepalanya.

"Baik, master," balas Ella lalu menundukkan badan. Saat itu Ella merasa aneh dan sangat hening di ruangan itu. Saat Ella mengangkat sedikit kepalanya untuk mengintip, Shin sudah menghilang dari ruangan tanpa disadari oleh mereka.

***

45 menit kemudian~

Saat itu Shin sedang berdiri di atas atap sebuah bangunan berlantai 25, Shin berdiri di paling ujung bangunan tersebut sambil menatap cahaya lampu lalu lintas, motor, dan mobil yang lewat.

"Heeuuhhh," hela Shin dengan panjang.

"Bagaimana ini bisa begini, apa yang sebenarnya terjadi sih? Argh!!"

"KEMBALIKAN KEHIDUPAN DAMAI DAN SANTAI KU!!!"

Shin benar-benar frustasi dan marah saat itu, tapi tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan oleh bangunan di depannya.

Tepatnya bangunan di depan Kine, di lantai 17, terdapat puluhan hawa hitam berkumpul di lantai tersebut. Yang biasanya hawa hitam tersebut dimiliki oleh iblis, ataupun Necromancer.

"Tunggu, apa-apaan hawa gelap dan kuat namun berkumpul di satu lantai itu, wah ada yang tidak beres nih," sontak Shin langsung kembali memasang penutup kepala di Hoodienya. Kemudian merentangkan tangannya dan jatuh kebawah dari lantai 25.

Di udara, Shin langsung mengeluarkan kelima senjata jiwa yang bersemayam di jiwanya. Senjata-senjata tersebut kemudian berkeliling di sekitar Shin. Shin dengan cepat menangkap senjata yang ada di sisi kanannya. Senjata tersebut adalah sebuah panah Phoenix.

Shin kemudian melemparkan panah itu kebawah, disaat badan Shin jatuh dengan cepat dan menabrak panah itu. Panah tersebut menyatu dengan tubuh Shin, kemudian warna pakian yang tadinya di dominasi akan hitam dan hijau, berubah menjadi hitam dan oren kemerah-merahan. Lalu muncullah sepasang sayap yang lebar di punggung Shin.

Disaat mencapai lantai 12, Shin langsung kembali terbang ke atas dan menuju bangunan depan, tepatnya di lantai 17. Namun ....

"Ini ... Aneh, sangat aneh. Jelas-jelas aku merasakan puluhan hawa mengerikan di lantai ini melalui mataku. Tapi sekarang, semuanya menghilang? Bagaimana bisa?" Shin menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi.

Ia kemudian terbang turun ke arah gang sepi, agar tidak menarik perhatian berlama-lama di atas sana. Sayap Shin pun dihilangkannya. Ia berdiri di dalam kegelapan, yang membuat bagian berwarna oren menyala.

"Ella, Lena," panggil Shin pelan. Perlahan di belakang Shin berkumpul sebuah bayangan yang membentuk seseorang. Ia dalam posisi tunduk seperti biasanya. Di susul oleh seseorang yang berada di samping bayangan itu juga.

"Ada apa, master?" jawab mereka berdua serentak.

"Aku memerintahkan kalian berdua untuk menginvestigasi bangunan itu," ucap Shin sambil menunjuk bangunan tersebut.

"Dari sana, aku merasakan hawa gelap yang begitu kuat, dan jumlahnya adalah puluhan," tambah Shin.

"Tunggu! Bagaimana bisa? Aku menghabiskan sehari penuh untuk mencari petunjuk akan hal ini, seperti yang di harapkan dari Tuan Silance, dia menemukanya bahkan tidak menghabiskan waktu sejam," gumam Ella di dalam hati, kemudian tersenyum bangga.

"Baik," jawab Ella dan Lena.

"Ku serahkan pada kalian berdua." Perlahan-lahan hawa gelap mulai berkumpul di sekitar Shin, tanpa diketahui saat itu Shin sudah menghilang masuk kedalam bayang-bayang.

"Seperti yang di harapkan dari Tuan Silance, kan?" Ella berdiri, kemudian menyenggol sikut kiri dari Lena yang berdiri di sampingnya.

"Yah, kau benar. Karena ini adalah tugas pertamaku. Maka, kita harus membuat Tuan Silance puas." Ella dan Lena kemudian sama-sama tersenyum. Ketika seorang polisi patroli lewat, dan menyenter kedalam gang itu. Ella dan Lena langsung menghilang tanpa jejak.

**

Keesokan harinya. Ella dan Lena langsung melaporkan hasil investigasi mereka ke Shin. Sesuai dugaan, di lantai 17 terdapat sebuah bekas ritual yang harusnya baru saja selesai di laksanakan, dan terdapat cukup banyak darah di sana. Dugaan Ella dan Lena ada 3 orang yang sudah dijadikan tumbal. Namun, mereka berdua tidak dapat menemukan kemana orang-orang yang melakukan ritual itu pergi. Shin pun memahaminya, kemudian memberikan mereka berdua hadiah tentang hal baru yang belum pernah ada di bumi ini.

3 hari kemudian, Ella dan Lena membawa seseorang lagi. Ada orang baru yang menghadap Shin di ruangan itu, dengan Ella yang berdiri di sisi kanan Shin, dan Lena yang berdiri di sisi kiri Shin. Sosok itu menghadap Shin dalam posisi tunduk.

"Sudah kuduga, pasti, pasti bakal bertambah. Haaah, jika begini aku akan selalu sibuk menyiapkan kontrak untuk mereka," gumam Shin di dalam hatinya. Shin berfikir dengan keras.

Saat itulah Shin membuat Ella dan Lena belajar bagaimana caranya membuat kontrak Silance Sistem. Agar nanti jika mereka berdua ingin merekrut orang lagi tidak perlu selalu menghadap ke Shin.

3 jam berlalu. Sekarang kedua orang yang berada di dalam kamar Shin sudah tau bagaimana caranya membuat kontrak, dan memberikan kode logo permanen. Namun mereka hanya bisa membuat logo minimal 2 huruf dan 2 digit angka. Hanya Shin yang bisa membuat satu huruf dan satu digit angka.

Sesaat kemudian, mereka bertiga berfokus kembali ke arah seseorang yang baru. Lalu melakukan kembali kontrak ketiga, dan tetap Shin yang membuat kontrak tersebut. Seseorang itu di beri nama Veila.

Dan dalam waktu 2 minggu~

Kini anggota Silance Sistem sudah mencapai 5, 6 termasuk Shin sebagai pemimpin.

***

Sehari kemudian. Shin kebingungan karena mereka berlima selalu berkumpul di kamarnya. Saat itu juga Shin mengeluarkan puluhan bayangan monster untuk berpencar mencari lokasi yang strategis dan rumah besar untuk dijadikan markas, bersamaan dengan Shin yang meminta izin untuk tidak berangkat selama 2 minggu.

Hanya memakan waktu 4 jam, bayangan-bayangan yang di sebar Shin menemukan sebuah mansion besar yang tidak terpakai di tengah hutan, tepatnya di atas sebuah bukit. Mansion itu tampaknya telah ditinggalkan semenjak bertahun-tahun yang lalu.

Shin kemudian memerintahkan kelima bawahannya, untuk berkumpul di mansion tersebut. Mereka berenam kemudian bersama-sama merenovasi mansion itu menjadi mansion baru yang layak pakai. Namun, satu hal yang tidak Shin sangka adalah. Mansion itu terlihat lebih indah daripada mansion yang di jual pada umumnya. Itu berkat bawahan-bawahanya yang sangat terlatih di bidang ini. Shin kemudian berfokus pada taman yang ada di bagian halaman kanan mansion itu, dengan sedikit kekuatan Shin, taman tersebut menjadi sangat indah dan di tumbuhi berbagai jenis bunga.

Renovasinya selesai dalam 3 hari, waktu yang sangat singkat dan tidak pernah di sangka oleh Shin. Namun, karena saat itu Shin meminta izin selama 2 minggu, ia menghabiskan waktu yang tersisa bersama kelima bawahannya.

**

2 minggu telah berlalu, shin bangun dengan nyaman dari kasurnya.

"Ah, anda sudah bangun master?" ucap seseorang dari samping kiri Shin yang menyambutnya.

"Yah, tentu pedra," balas Shin kemudian tersenyum ke arah perempuan anggun berambut ungu yang mengenakan pakaian maid. Melihat Shin tersenyum, sontak pedra kaget dan memalingkan muka.

"Ah, iya. Pedra, tolong panggilkan ke empat orang lainya dan bilang pada mereka, kita akan bertemu di halaman depan mansion. Aku akan mengadakan sebuah pertemuan yang cukup penting," ucap Shin sambil menguap dan berjalan turun dari kasur, ia kemudian bergerak ke arah sudut ruangan, disana terdapat sebuah kamar mandi.

"Baik master," balas pedra sambil menundukkan badannya, ia kemudian berbalik dan berjalan keluar dari kamar Shin.

Shin kemudian menyalakan shower air dan membasahi dirinya. Ia mandi sambil berfikir akan kelima bawahannya yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Shin memahami mereka dengan cukup dalam setelah tinggal seatap cukup lama.

~Ella, perempuan tegas berambut merah dan matanya yang berwarna merah juga, melambangkan penuh keyakinan. Dia adalah orang yang menerima misi-misi berat. Keanggunannya saat mengenakan kostum Silance Sistem yang berbeda-beda tiap anggota, terletak pada celananya yang dikiri memiliki panjang sepaha, namun celana di kaki kanannya memiliki panjang semata kaki. Ella memiliki warna merah, yang di dominasi hitam sebagai tanda anggota Silance Sistem.

~Lena, sang jenius tetapi kalem. Tidak kalah dengan Ella, Lena juga memiliki bakat yang cukup kuat. Padahal aku hanya menceritakan monster-monster di kehidupan ku sebelumnya, dengan cepat ia bisa menggambarkan bentuk monster itu di sebuah lukisan, atau ukiran yang sama persis. Dengan rambutnya yang berwarna silver, ia memilih dominan kostum Silance Sistemnya juga warna silver. Ke spesialan kostumnya terletak di bagian lengannya, karena diaana tergambar berbagai jenis ukiran yang garis ukirannya bercahaya warna silver.

~Pedra, perempuan anggun berambut ungu. Dia memiliki perilaku yang sangat menggambarkan seorang pelayan, bukan hanya itu. Ia juga ahli dalam segala hal yang berkaitan dengan mengurus rumah. Karena itulah Shin menugaskanya sebagai penjaga sekaligus pengurus rumah ini untuk sementara. Kesepesialan kostum Silance Sistem miliknya terletak pada desain Hoodie miliknya yang cukup keren dan warna ungu di kostumnya yang menyala.

~Veila, perempuan berambut biru yang memiliki sifat periang dan ceria. Dia benar-benar suka dan langsung memasang mata berbinar saat Shin menceritakan tentang perjalanan hidup Shin di kehidupan sebelumnya. Veila yang masih berumur 14 tahun benar-benar memiliki sifat layaknya anak kecil yang ingin di manjakan oleh abangnya Shin. Namun, di balik sisi yang kekanakan miliknya, dia adalah sang petarung jarak dekat yang cukup sadis. Kesepesialan kostum Silance Sistem milik Veila terletak di celana yang hanya selutut, dan Hoodienya yang memiliki telinga kucing. Juga, bagian dalam telinganya menyala berwarna emas. Veila memilih warna emas sebagai warna dominan miliknya.

~Kevi, perempuan berambut hitam yang sama dengan milik Shin, ia adalah tipe wanita yang cukup idaman, kalem, dan memiliki otak cerdas. Namun, di dalam sifatnya yang cukup idaman itu, terdapat suatu sifat terpendam yang mengerikan. Jika ia sudah menyukai sesuatu, ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu itu. Kostum Silance Sistemnya memiliki bentuk dan sama persis dengan milik Shin, hanya saja miliknya di dominan warna hitam semua, yang dimana membuatnya terlihat semakin menawan, namun di waktu yang sama cukup mengerikan.

**

30 menit kemudian~

Shin mengadakan sebuah pertemuan di halaman depan mansionnya, disana sudah tersiapkan beberapa meja, kursi yang cukup untuk semua orang yang hadir, dan sebuah meja besar yang tertutup kain hitam.

"Jadi, ada apa master? Memanggil kita semua kesini pasti ada tujuan khusus kan?" tanya Ella yang kemudian duduk di kursi.

"Apakah kakak ingin menceritakan cerita seru lainya? Horree!" Veila dengan ceria duduk di kursi. Di ikuti dengan pedra yang dengan anggun di belakangnya.

"Apakah master ingin mengumumkan sesuatu?" tanya Lena yang kemudian juga duduk.

Kemudian, seseorang yang paling berbahaya dari yang lainnya keluar dari mansion. Dan berjalan duduk ke kursi yang sudah di siapkan.

"Ada apa, Shin?" ucap Kevi sambil berjalan dan kemudian duduk.

Shin kemudian menghela nafas panjang dan menyiapkan dirinya.

"Jadi, aku mengumpulkan kalian semua disini, karena aku ingin menyampaikan dan memberikan sesuatu, namun. Sebelum itu aku ingin kalian memberitahukan tujuan kalian kedepannya," ucap Shin dengan nada santai dan basa-basi.

"Ah, kebetulan juga saya ingin menyarankan pendapat untuk memencarkan Five Prefix. Saya ingin mencari orang-orang yang tersiksa akan segel ini dan membabaskan mereka, bagaiman menurutmu master?" tanya Ella dengan hormat, namun juga tanpa disadari olehnya, ada nada ragu di dalam kalimatnya. Ragu akan sarannya yang di tolak.

"Tunggu, jika mereka berpencar. Aku pasti akan memiliki kehidupan tenangku yang sudah lama pergi! Kenapa aku tidak kepikiran sebelumnya," teriak Shin di dalam hati begitu bahagia.

"Uhum, soal itu. Kebetulan kita berfikir hal yang sama Ella, namun yang menentukannya bukan aku. Kau harus menerima setidaknya setengah vote dari mereka berempat yang lainya, kau sudah mendapatkan vote satu dariku. Jadi kau memerlukan 2 vote lagi." Shin kemudian melirik ke arah empat orang lainya

Lena, Pedra, dan kevi setuju. Namun ada seseorang yang tidak setuju, dia adalah Veila. Ia tidak ingin untuk berpisah dengan seorang kakak yang sudah lama di dambakannya. Shin tersenyum, namun keputusan saat itu sudah bulat, Veila pun menunduk sedih.

"Baiklah, tujuanku mengumpulkan kalian disini karena aku ingin melihat perkembangan kalian, dan juga ingin mewariskan suatu teknik menyerang yang cukup mematikan," ucap Shin dengan santai. Tapi ia kaget akan reaksi bawahannya yang cukup kaget.

"Beneran master?" Ucap beberapa orang serentak.

"Yap, tentu." Shin kemudian berdiri sambil membawa pedang tipis, katana. Ia kemudian berjalan kedepan mereka berlima dan sedikit menjauh dari halaman depan mansion.

"Perhatikan," ucap Shin sambil perlahan-lahan menarik katana itu dari sarungnya. Shin kemudian membuang sarung itu dan menaruh katana itu di atas bahunya.

Ella tersentak.

"Tu-tunggu, master? Bukankah itu kuda-kuda yang sangat salah jika menggunakan katana?" tanya Ella sedikit kebingungan.

"A-ah, itu ...." Shin panik namun perkataanya di potong oleh pedra.

"Apakah kau tidak menyadarinya Ella? Master ingin kita melihat bahwa master itu benar-benar tidak tau bagaimana caranya menggunakan katana, sepertinya ia berhasil mengelabui mu," potong Pedra sambil menjelaskan.

"Ya, otomatis jika kita tau bahwa musuh tidak bisa menggunakan senjata yang di pegangnya kita akan berfikir bahwa musuh kita lemah, dan itu membuat master dengan mudah mengalahkan kita yang salah duga," tambah Lena dengan cukup bangga karena mengetahui pesan rahasia itu.

"A-ah, jadi begitu. Aku hampir saja tertipu. Seperti yang di harapkan dari Tuan Silance." Ella memegang dagunya sambil memahami semuanya.

"Tidak! Aku memasang kuda-kuda ini karena di kehidupanku sebelumnya aku terlalu sering menggunakan pedang dua tangan yang sangat berat, dan tidak ada pedang setipis ini di dunia peri," teriak Shin di dalam hatinya.

"Y-yah, begitulah. Mari kita pergi ke intinya saja." Shin mencoba mengalihkan perhatian. Ia kemudian mengangkat katanya kedepan dan memasang kuda-kuda katana yang sebenarnya.

Perlahan-lahan angin mulai bergerak ke arah katana miliknya. Angin-angin itu berputar mengelilingi katana itu. Beberapa saat kemudian Shin membuka mata dan langsung menebas lurus ke depan. Tercipta sebuah efek tebasan angin, yang bergerak lurus dengan sangat cepat. Tebasan angin itu langsung memotong 4 pohon besar di depan dan berhenti di pohon kelima.

"Apa!" teriak semua orang selain Kevi. Kevi tetap tenang saat itu.

"Bagaimana bisa, bukankah itu hanya efek angin? Kenapa bisa setajam itu?" Lena langsung kembali berfikir.

"Itulah teknik yang aku ingin kalian semua kuasai. Namun, berhati-hatilah dengan senjata yang kau gunakan saat menggunakan teknik ini, karena ...." Perkataan Shin berhenti, kemudian ia mengangkat katana itu kedepan, saat itu juga katanya berubah menjadi debu yang terbang saat tertiup angin.

"Jadi begitu, teknik ini juga memiliki efek negatifnya nya," ucap pedra juga ikut berfikir.

"Maaf, aku ingin kalian melatih teknik yang sangat sulit hanya dengan melihat, kalian pasti membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya, namun aku melakukan hal ini, agar kalian tidak menjadi monster di masa depan nanti," gumam Shin di dalam hatinya.

"Oke, sekarang saatnya menguji kalian semua, aku akan membiarkan kalian menyerangku secara satu persatu, kemudian secara bersamaan kalian berlima akan menyerangku. Orang yang berhasil melancarkan satu serangan saja padaku, akan ku kabulkan satu permintaan apapun yang sanggup kupenuhi," ucap Shin, lalu menaikkan salah satu sudut bibirnya.

Sontak semua orang kaget, mereka langsung merasa bahagia dan bersemangat.

"Benarkah hal itu Shin?" tanya Kevi meyakinkan dirinya.

"Tentu, dan hal itu dimulai dari ...." Shin berbalik, ia tersenyum ke arah mereka berlima.

"Sekarang!" teriak Shin sambil meningkatkan semua auranya.

Kemudian secara cepat, Kevi sudah ada di atas Kine yang langsung melancarkan sebuah tebasan dengan cepat. Shin dengan santai melangkah ke kanan menghindari serangan itu. Kevi langsung menghilang dan muncul di belakang Shin. Saat itu juga Shin memasukkan aura di tangannya. Kemudian menepis pedang yang di arahkan padanya. Kevi terpental. Saat itu juga dari depan Shin muncul pedra yang sudah menyiapkan serangan sejak lama. Shin dengan santai menepis pedang milik pedra dengan tangan kosong, pedangnya pun terbang. Saat itu juga muncul Veila dari belakang Shin yang mengikat kaki milik Shin dengan cepat. Lalu mengeluarkan sebuah palu besar dan mencoba menimpa Shin dengan palu itu, Shin tersenyum kecil. Ia kemudian meninju palu itu yang menyebabkan palu tersebut pecah menjadi bagian-bagian kecil. Ketiga orang itu kemudian menghilang dan kembali ke belakang karena giliran mereka telah selesai.

Disaat bagian-bagian kecil itu menghalangi pandangan Shin. Tebasan yang sangat kuat di lancarkan oleh Ella, Shin tersenyum lalu mengeluarkan senjata pedangnya dan dengan mudah menangkis serangan tersebut. Ella kemudian menghilang dan muncul di belakang kiri Shin dan mencoba menyerang punggung Shin. Shin kemudian menangkis serangan itu dengan mudah walau ia tidak berbalik. Ella kemudian menghilang dan mundur.

Lalu muncul Lena yang mencoba menyerang Shin dari depan. Namun Shin dengan mudah menahan pedang itu dengan telapak tangannya.

Semua orang mundur. Tidak ada yang berhasil menyentuh Shin.

"Bagus, aku cukup puas dengan perkembangan kalian," ucap Shin dengan nada bahagia dan cukup puas.

"Namun, satu kesalahan yang selalu kalian lakukan, kalian selalu melakukan serangan mainstream dan menyerang dari belakang, jika lawanmu adalah veteran perang hal itu tidak berguna. Karena itu dibutuhkan serangan pengecoh, seperti kalian muncul di depannya, kemudian menyerangnya, disaat ia sudah siap menangkis seranganmu. Kau batalkan seranganmu dan muncul di sisinya yang lain, itu akan mengecohkanya," jelas Shin kepada kelima bawahannya.

Sepertinya kelima bawahannya terlihat mengangguk dan memahami perkataan Shin, Shin tersenyum kecil.

"Sekarang adalah kesempatan terakhir kalian. Semoga kalian berhasil menyerangku." Tepat di saat Shin mengatakan itu. Five Prefix langsung menghilang. Mereka berempat muncul dari ke empat sisi Shin dan atas Shin. Shin tersenyum kecil, ia kemudian meninju tanah dengan sangat kuat dan menyebabkan tanah di bawahnya hancur dan pecahan-pecahan tanah yang cukup besar itu terbang ke angkasa. Shin kemudian meninju bongkahan tanah itu yang langsung mengarah ke mereka berlima, mereka pun terpental mundur.

"Bagus, jika itu bukan aku. Pasti—." Perkataan Shin terpotong saat ia merasakan sebuah serangan dari belakangnya.

Shin kemudian mundur dan mengalihkan kepalanya, namun karena terlambat. Pipinya tergores.

"Bagus, Kevi," ucap Shin sambil tersenyum.

"Horree!" teriak Kevi langsung loncat ke arah Shin dan memeluknya, ia terlihat sangat bahagia.

Ke empat orang lainya lalu muncul di depan Shin dengan pakaian cukup kotor.

"Tunggu, bukankah harusnya Kevi juga terkena serangan itu dan terpental?" tanya Ella sambil memegangi perutnya yang masih sakit.

"Yah, aku juga berfikir begitu, namun dari saranku yang tadi. Ia memilih memakai cara mengelabuiku dalam hal terkena serangan daripada menyerang. Aku cukup terkejut namun di lain hal juga sangat senang," jawab Shin. Mendengar itu Kevi terlihat bahagia.

"Cih," desis mereka ber empat.

"Eh?"

...

...

"Lalu Shin, apa kau akan mengabulkan permintaanku?" Kevi menatap Shin dengan tajam.

"Y-yah, selama aku sanggup," Shin tersenyum.

"Kalau begitu, jadikan aku istrimu," ucap Kevi dengan cukup percaya diri.

"Aku berharap aku yang ada disitu," ucap ke empat yang lainya serentak sambil memasang wajah kesal.

"Eh? Coba ulangi?"

"Jadikan aku istrimu," ucap Kevi sekali lagi. Dan masih dengan nada yang sangat santai dan percaya diri.

"Eeehhh!?"

**

Setelah hal itu, Shin mencoba menolaknya sebisa mungkin. Namun keputusan Kevi sudah bulat, ia tidak akan bisa berubah pikiran. Akhirnya dengan usaha maximal Shin, ia hanya bisa menunda permintaan itu sampai saat bertemu kembali.

Disaat semuanya sudah tenang, mereka semua kembali duduk di kursi masing-masing.

"Sekarang, dan yang terakhir. Aku ingin memberikan kalian hadiah perpisahan," ucap Shin sambil berjalan ke arah meja yang di atasnya tertutupi kain hitam.

"Ah, tidak perlu master. Anda tidak perlu melakukan hal seperti itu," ucap Ella dengan reflek bangun dari kursi.

"Itu benar master saya akan keberatan mendapatkannya," tambah pedra.

"Tapi jika itu adalah hal yang membantu, mungkin saya bisa menerimanya," jawab Lena.

"Aku mau sesuatu yang seru dan menyenangkan," teriak Veila dari belakang sambil berdiri dan tersenyum lebar.

"Jika itu adalah sesuatu yang berharga dari Shin, aku mau menerimanya," jawab Kevi.

"Sudah, terima saja." Shin lalu menarik kain hitam yang menutupi meja tersebut. Terlihat 5 buah jenis senjata berbeda di atas meja itu. Kelima senjata itu sebenarnya adalah setengah kekuatan masing-masing senjata jiwa milik Shin.

Saat itu juga, Shin mengambil sebuah panah, lalu berjalan ke arah Ella.

"Ella, karena kau adalah seseorang yang selalu memagang pedang, aku ingin kau memiliki ke ahlian yang lain. Aku memberimu panah ini, panah ini bisa menciptakan anak panahnya sendiri jika kau masukkan energimu kedalamnya," jelas Shin sambil memberikan panah itu kepada Ella.

"Terima kasih master, tapi ... Bukankah akan merepotkan jika membawa panah kemana-mana? Dan itu akan menarik perhatian kan?" tanya Ella sambil menerima panah itu.

"Ah, soal itu. Ella, coba ucapkan kalimat ini sambil mengangkat panahnya 'Change Ring'," ucap Shin sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.

Ella kemudian mengikutinya.

"Change Ring," ucap Ella mengikuti kalimat Shin.

Dengan otomatis, panah itu berubah menjadi serpihan cahaya, kemudian cahaya-cahaya itu berkumpul dan melingkari jari manis Ella. Panah tersebut berubah menjadi sebuah cincin dengan pola senjata panah.

"E-ehh!" teriak Ella sambil tersipu malu

"Tunggu! Bukankah ini sangat tidak adil!" teriak Kevi dengan reflek dan nada Marah. Yang lainya ingin ikut marah terdahului oleh Kevi

"Tidak adil? Apanya? Bukanya aku berniat memberikan kalian semua senjata seperti ini ya?" gumam Shin sambil memiringkan kepalanya, ia kebingungan.

"Ah, begitu rupanya. Syukurlah," hela Kevi terlihat sangat lega. Shin dengan kebingungan berjalan kembali ke meja tadi. Ia kemudian mengambil sebuah tombak. Kemudian berjalan ke arah Lena.

"Lena, karena kau adalah orang yang bertugas sebagai pengatur strategi. Jika dalam perang besar nanti posisimu akan sangat penting, karena itu aku memberikan tombak ini sebagai pelindungmu, tombak ini bisa berubah menjadi armor yang melindungimu," jelas Shin sambil memberikan senjata itu.

Lalu tanpa diperintahkan, Lena mengangkat tangannya ke atas dan merubah senajata itu menjadi sebuah cincin, yang memiliki warna dan pola ukiran yang berbeda-beda setiap senjata.

"Terima kasih, master," Lena terlihat bahagia. Shin kembali berjalan ke meja dan mengambil sebuah pedang hitam yang di campur oleh warna ungu.

"Pedra, aku memberikan senjata ini padamu, karena saat berkumpul kembali nanti. Tugasmu adalah menjaga markas kita ini. Dengan pedang ini kau bisa memanggil puluhan monster yang bisa membantumu melindungi markas." Shin memberikan senjata itu. Pedra menerimanya sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih, saat Shin berbalik dan berjalan ke meja, pedra langsung merubah senjata itu menjadi sebuah cincin.

Shin lalu mengambil sebuah senjata, senjata itu terlihat seperti pedang, namun pedang itu bisa memanjang dan lentur yang terlihat seperti cambuk ketika di panjangkan. Pedang itu juga memiliki corak naga. Shin membawa pedang yang juga cambuk itu ke arah Veila.

Namun saat itu Veila menunduk, ia masih sedih.

"Hey kakak, apakah kita akan benar-benar berpisah?" ucapnya dengan nada sedih.

"Eh? Memangnya kenapa?" balas Shin sambil memiringkan kepalanya.

"Aku pasti akan kesepian tanpamu kakak." Dengan cepat Veila memeluk Shin, Shin yang kaget kemudian tersenyum. Shin melepaskan pelukannya.

"Aku tau, karena kau akan kesepian. Aku memberikanmu senjata ini, dengan ini kau bisa memanggil seekor naga yang akan menemani dan bermain bersamamu, jadi kau tidak akan kesepian," ucap Shin sambil tersenyum dan memberikannya. Shin lalu mengelus-elus kepala Veila.

"Beneran? Terima kasih kak!" teriak Veila dengan nada yang sangat senang dan kembali memeluk Kine. Melihat sikap kekanak-kanakan milik Veila, ke empat anggota Five Prefix lainya langsung tersenyum kecil, mereka ikut senang.

Shin lalu kembali berjalan ke meja, dan mengambil sebuah sabit yang cukup besar dan memiliki gagang yang panjang. Sabit adalah senjata yang sangat mematikan. Dengan pembaruan dimana semua mata dari sabit ini di tajamkan.

Shin membawa sabit itu ke arah Kevi, Kevi tersenyum ke arah Shin yang berjalan ke arahnya.

"Baiklah, yang terakhir adalah kau Kevi. Aku memberikan senjata ini padamu, yang harusnya kau sendiri sudah tau apa kekuatanya," ucap Shin, lalu ketika ingin memberikannya kepada Kevi, dan Kevi mulai mengangkat tangannya. Shin mendekatkan wajahnya tepat di depan mata Kevi.

"Oh ya, sebagai balasan dari kau yang mau mau menunggu hingga kita bertemu lagi, dan waktunya itu tidak pasti. Aku memasukkan 3/4 kekuatan sabit jiwa milikku langsung kepadamu. Dengan ini kau mendapat kekuatan baru, yaitu membuka dimensi milikmu sendiri," bisik Shin di depan Kevi yang mulai tersipu malu.

"Eh? Aku merasa sangat bahagia Shin," balas Kevi kemudian tersenyum lebar dan sangat senang, namun senyumannya itu terlihat menyeramkan.

Shin kemudian berbalik, dan berjalan menjauh dari mereka berlima.

"Baiklah, karena semuanya sudah selesai, silakan kalian berangkat ke arah tujuan kalian masing-masing," ucap Kine sambil membelakangi mereka berlima.

"Baik, master!" jawab mereka dengan tegas. Kemudian dengan cepat kostum Silance Sistem muncul di tubuh mereka, mereka langsung terlihat sangat misterius namun juga keren di waktu yang sama. Kemudian mereka menghilang, dan bayangan mereka terlihat berpencar ke lima arah yang berbeda. Saat itu hanya tersisa Shin yang berdiri di halaman depan mansionnya.

"Fiuuuhhh, Akhirnya! Kehidupan tenangku Kembali! Horree!" teriak Shin dengan sangat senang dan bahagia. Bahkan ia sampai meneteskan air matanya.

"Hummmm, oiya. Tampaknya halaman depan mansion sangat hancur ya," gumam Shin sambil melirik ke area pertempuran tadi.

Shin kemudian mendapatkan ide. Lalu ia meninggalkan sebuah surat di atas meja yang. Disurat itu tertulis siapa yang kembali pertama kesini, dimohon untuk memperbaiki dan merapikan mansion.

"Baiklah, sekarang aku tidak perlu khawatir tentang mansion ini lagi. Tidak ada yang bisa memasuki mansion ini selain aku, dan pemilik Kode permanen di lehernya. Saatnya kembali ke kamar nyamanku, gaass!" Shin langsung menghilang ....

**

Keesokan harinya.

Shin benar-benar bahagia, ia menikmati kehidupan karakter sampingannya. Ia saat ini sedang merasa bahagia dan menatap keluar jendela, walau orang lain menganggapnya aneh, itu membuat kehidupan karakter sampingan milik Shin semakin sempurna.

Namun, lagi-lagi ada yang menghalangi kehidupan karakter sampingannya. Tiba-tiba saja sang karakter utama di kelasnya berjalan ke arah Shin.

"Hei Shin, besok kau harus membantu jurusan kira bertanding dalam basket dengan jurusan sebelah ok?" ajak sang karakter utama dengan tersenyum.

"Eh? Aku?" Shin langsung memasang wajah kaget dan kebingungan.

<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>

Info:

~Ella:

-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Merah

-Senjata: Panah Phoenix

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Aura ke 9

-Elemen: Api

-Kode: A1

~Lena:

-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Silver

-Senjata: Tombak Chimera

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 3

-Elemen: Tanah

-Kode: M1

~Pedra:

-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Ungu

-Senjata: Pedang Typhon

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 2

-Elemen: Bayangan/kegelapan

-Kode: T1

~Veila:

-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Emas

-Senjata: Cambuk/Pedang Hydra

-Tingkat kekuatan: Lapisan Aura ke 6

-Elemen: Air

-Kode: H1

~Kevi:

-Warna kostum: Dominasi hitam dan di seluruh bagian kostumnya ada pancaran bayangan yang membuat kostum kevi tampak seperti sedang terbakar. Namun Kavi jarang dan hanya sekali memperlihatkan kostum yang sebenarnya.

-Senjata: Sabit Khaos

-Tingkat kekuatan: Lapisan langit ke 5

-Elemen: Kahampaan

-Kode: Z1

Tingkat kekuatan:

Lapisan tubuh ===> Lapisan Jiwa ====> Lapisan Aura ===> Lapisan Langit ====> Lapisan Surgawi ====> Saint.

Dimana setiap lapisan memiliki 10 tingkat (kecuali Saint)

<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>

>>Bersambung<<

~Higashi