webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

203) Susah jangan di Buat Sedih

Pergi ke ruang guru.

Lalu pergi ke meja Rin sensei.

"Ada apa Haruka?" Bu Rin bertanya

"Begini bu, aku mau izin menjual karya ku ini, apa boleh, sebab ini kan termasuk property sekolah" ucap ku

"Tidak masalah, pakai saja, kamu juga sudah izin di awal juga memakai, toh jika ibu mengambil ibu paling mengambil kerangkanya saja, tapi bolehkah ibu melihat hasil mu dulu?" tanyanya

"Oh silahkan saja" balas ku lalu menurunkan lukisan yang ku gendong

Bu Rin membuka kain penutupnya secara perlahan.

.

.

"Eh" ucapnya dalam hati saat melihat hasil lukisan ku

Ia menglus di bagian orang yang ku lukis.

Bu Kirin datang.

"Keren, siapa yang melukis ini Rin sensei?" tanyanya

"Orang di depan ku lah yang melukisnya" balas bu Rin

Bu Kirin menoleh padaku.

"Kamu sebenarnya mau apa sih Haruka kun, jangan seperti ini lah, akademik bagus non akademik luar biasa, tapi ibu bangga padamu karena bisa berubah" ucapnya sambil menepuk pelan pundak ku

"Terima kasih sensei atas pujiannya" ucap ku dengan rendah hati

"Oh benar juga, kamu jika mau ikut olimpiade sains bisa saja, khusus matematika sensei akan memberikan mu satu kursi, kamu ingin ke universitas Shinomiya bukan?, sensei lihat tadi katanya semakin kamu berprestasi benefit yang kamu dapat akan lebih banyak dan emmm survey yang ingin kuliah di sana sebanyak 120 rb sekarang, kursi yang tersedia hanya 2500, jadi semangat ya untuk dirimu nantinya"

"Baik sensei saya paham akan hal itu"

.

"Ini sensei kembalikan, kamu mau menjual ini berapa?" tanya Rin sensei

"Aku mau melelangnya di situs web sensei, ku buka mulai dari 50 rb yen" ucap ku

"Semoga bisa laku dengan nilai tinggi, ku akui lukisan itu bagus, cuma sepertinya kamu menggunakan cat yang murah ya sepertinya, warna kurang menurut sensei, tapi kamu mengakalinya dengan pencampuran warna yang banyak, itu boleh di lakukan tapi sebisa mungkin di hindari jika bisa, memakan ruang di palet dan jika salah efeknya buruk di lukisan"

"Tebakan anda benar sensei, saya hanya menggunakan cat air murah, 12 warna saja sebabnya, jadi saya harus sebisa mungkin memainkan warna campuran"  balas ku

"Kamu berbakat dan usaha mu keras lain kali berbagilah ilmu mu dengan teman mu di klub"

"Akan saya lakukan sensei" balas ku

.

Aku pamit lalu pulang ke rumah foto dulu lukisannya, lalu ku posting di amazon.

Ku lelang mulai dari 50 rb yen.

"Hasil fotonya jelek, pergi ke rumahnya Yumi apa ada kamera ya" ucap ku dalam hati

Ku kirim pesan ke Yumi.

"Apa kamu punya kamera?" tanya ku di wa

"Punya, untuk apa memangnya?"

"Boleh ku pinjam sebentar, akan ku kembalikan ketikan aku ke rumah mu nanti" (ini masih jam 3.30 soalnya)

"Aku tidak di rumah ini, tapi di rumah ku ada kakak ku, bilang saja padanya mau pinjam, ia kenal padamu kok"

"Baiklah, tapi memori nya bisa pakai sd card kan?"

"Bisa"

"Baiklah terima kasih"

"Oke"

.

Lanjut pergi ke rumahnya Yumi.

"Mantap, rumahnya luas sekali" ucap ku dalam hati

Note : rumah dengan halaman luas di Tokyo sangat jarang ada.

"Permisi" ucap ku di gerbang depan karena ku lihat tidak ada bel

Permisi!

Belum ada sautan.

Langsung masuk saja jika begitu, tapi saat mau masuk malah ada yang membuka pintu.

"Haruka, mau apa?" tanya kakaknya Yumi

"Saya di suruh Yumi untuk mengambil kamera" balas ku

"Oh, ia sudah bilang padaku juga, sebentar ku ambilkan, silahkan masuk dulu"

"Baik"

Note : Haruka tak tau nama kakaknya, yang ia tau hanya marga Yumi yaitu Utaze

.

Aku di suruh duduk di sofa ruang tamu, lalu kakaknya mengambilkan kameranya.

.

Beberapa menit ku tunggu akhinya ia datang kembali.

"Ini kameranya, ini chargenya" ucapnya sambil memberikan barangnya padaku (di tas)

"Terima kasih, jika begitu aku kembali dulu Utaze san" ucap ku

"Utaze Kamu bilang?" tanyanya

"Iya, apa ada yang salah"

"Tidak juga sih, tapi apa kamu tidak tau nama depan ku, dulu waktu kecil saja kamu memanggil ku begitu"

"Kan tidak sopan, lagian aku sudah lama tidak main ke sini"

"Ya iyalah, kamu sekarang kan mainnya dengan anak anak nakal, tapi kata Yumi kamu sudah berubah akhir akhir ini, aku ikut senang mendengarnya"

Aku bingung harus komentar gimana.

Pamit lagi dan langsung pulang saja karena gak tau cari topik pembicaraan apa lagi.

.

Sampai rumah ku foto ulang lukisan ku.

12 Foto dari angel yang berbeda, lalu ku pindah filenya ke memori ponsel, setelahnya mulai proses uplod di situs amazon untuk mulai lelang.

Ku beri judul "Pagi Yang Candu"

Lalu ku tuliskan diskripsi dan makna tiap gambar dan warna yang ku tuangkan di lukisan tersebut.

Terakhir ku tulis : "Belum di tanda tangan, jadi belum ada hak paten"

Pasang harga 50 rb yen, lalu kenaikan 5000,10 eb, 20 rb yen dan seterusnya.

Tanggal selesai lelang. Minggu 7 Februari 2021. (Ini hari Kamis 4 Februari)

.

.

Ku bereskan kameranya, tapi sebelum itu ya coba coba ku lihat apa saja isinya.

Isinya hanya foto dan liburan Keluarganya Yumi ketika desember kurasa, karena ada pohon natal di salah satu fotonya.

"Ku kira ada foto bugilnya gitu" ucap ku

.

.

Jam 4 sore ibu pulang.

"Selamat datang" ucap ku

"Eh sudah di rumah kamu rupanya, sudah makan?" ibu bertanya

"Sudah untuk makan siangnya"

"Tinggal makan malam ya berarti, kamu mau ibu masakan apa?"

"Masak saja apa yang ada, aku bukan pemilah yang ribet, asal tidak ada tomat utuh aku mau" ucap ku

"Tomat? Bukannya itu makanan kesukaan mu?"

"Tidak, aku benci itu"

" Tapi ibu ingat ingat dulu waktu kamu berumur 12 kamu sangat suka"

"Itu sudah 4 tahun yang lalu ibu, pokoknya jika pakai tomat jangan sampai tomatnya kelihatan" ucap ku.

"Baik baik"

"Aku jam 5 nanti keluar" ucap ku

"Kemana?" ibu bertanya

"Ke rumah Yumi" balas ku

"Oh Yumi chan, boleh saja pergi, tapi jam 6 balik ya"

"Kenapa jam 6?"

"Kan ibu buat makan makan, jika kamu tidak pulang melebihi jam itu pasti keluarga mereka meminta mu makan disana"

"Oh ok aku paham"

.

Skip jam 5 sore.

Ku bawa kamera dan tas sekolah berisi buku fisika menuju rumahnya Yumi.

.

Jalan kaki, 5 menit sampai.

"Yami" ucap ku

Ia datang.

"Silahkan masuk Haruka" balasnya

Aku masuk.

.

"Mau belajar di mana?" tanya ku

"Di teras saja"

"Dingin breh" komentar ku

"Ya sudah di kamar ku saja"

"Hati Hati loh Haruka itu sudah jalan dengan banyak wanita" ucap Kakaknya Yumi

"Sotoy" balas ku

"Lalu yang rambut pirang, rambut coklat, hitam, yang kaca mata, yang tinggi.... Dst"

"Stop, aku tidak memacari mereka oke, aku hanya jalan saja"

"Wah itu lebih gawat dong, one stay night?"

"Matamu one stay night, gak lah!" balas ku

"Ya sapa tau gitu"

"Stop kakak, jangan mengatai Haruka lagi, ia tamu ku di sini, jadi kakak diem saja"

"Hmm, terserah kamu lah"

.

Aku masuk ke kamarnya Yumi.

"Rapi ya" komentar ku

"Apa kamar mu berantakan?"

"Tidak, rapi juga sih sebenernya"

"Ya sudah jangan memuji"

"Judesnya" pikir ku

.

"Kamu duduk dulu, aku akan buatkan minum dan bawakan camilan, oh iya aku mau tanya soal test kemarin, fisika kemarin, dan beberapa bagian materi, jadi tolong persiapkan ya"

"Eh, kamu mau tanya materi ke anak ranking terbawah se sekolah?" tanya ku

"Ya jika tidak bisa nanti malah belajar bersama memahami materi"

"Oh, boleh saja"

"Baiklah, aku turun dulu" (kamarnya di lantai dua)

"Yoi"

.

Ku buka buku lalu ponsel.

Ku cek apa lukisan ku sudah ada yang menawar.

~ Harga saat ini 450 rb yen oleh (...)

"Lumayan lumayan, 450 rb itu bisa buat makan 2 bulan" ucap ku dalam hati

[Naik]

~ Harga Saat ini 1 juta yen oleh Haruka Shinomiya

"Gila si sultan datang cok!!" teriak ku tanpa pikir pikir

[Naik]

~ Harga saat ini 2 juta yen oleh Saki Shinomiya

"Oi apa kalian ini gabut dengan kekayaan" ucap ku

[Naik]

~ Harga saat ini 4 Juta yen oleh Haruka Shinomiya

[Naik]

~ Harga saat ini 6 Juta yen oleh Saki Shinomiya

Dan terus terjadi sampai 20 juta, akhirnya mereka berhenti.

"Bukan main nih keluarga" pikir ku

[Naik]

~ Harga saat ini 25 juta yen oleh Kiyoko Shinomiya

"Lah ibunya ikut ikutan!"

.

Yumi datang.

"Siapa yang ikutan Haruka?" tanya Yumi dengan makanan dan minuman di tangan

"Tidak ada, ini hanya lomba kriket kok" balas ku

"Oh"

Yumi duduk di depan ku. (meja di tengah)

"Silahkan di minum dulu" ucapnya

"Terima kasih"

"Sama sama"

.

Ku mulai les privat fisika.

.

"Oh ternyata caranya seperti ini" kata Yumi setelah paham apa yang ku ajarkan

"Iya, tapi sebenarnya ada cara yang lebih singkat, begini biar ku tunjukkan" ucap ku lalu meminjam bukunya

Cret cret (suara bulpoin)

"Ini coba lihat, rumus di turunkan bisa, cuma ini berlaku di angka angka tertentu saja" ucap ku

"Eh, 10 baris bisa kamu singkat jadi 3 baris! Kamu belajar di mana!"

"Teman ku ada yang ikut olimpiade sains kurasa, lalu aku belajar darinya" balas ku

"Siapa namanya, aku ikut olimpiade fisika loh, aku sebenarnya tidak asing dengan rumus seperti ini, tapi bagaimana bisa" ucapnya

Dari bingung jawabnya ku praktekan langsung saja.

Ku mulai dari rumus pertama, lalu mulai ku turunkan dan ku ganti hingga ketemu rumus yang super singkat.

"Gila, kamu bisa mengubah rumus!!" Yumi kaget

"Apa susah memangnya?" tanya ku

"Susah setengah mati, kita harus tau bentuk rumus akhirnya baru bisa lancar mengubah rumusnya, yang tau akhirnya saja bisa macet di tengah jalan, kamu ini mau nge prank ya, pintar begini kenapa nilai fisika mu bisa 13 waktu Uas" ucap Yumi

"Karena aku tidak belajar, orang pintar itu karena belajar"

"Pantesan, kamu dulu kan nakal ya"

"Loh sekarang masih asal kamu tau, kamu ku apa apakan di sini saja aku berani" canda ku

"Eits jika berani siap siap kamu kena samurai ayah ku, aku tidak bercanda oke jadi jangan coba coba!" Yumi panik

"Aku hanya bercanda oi!"

"Tapi kata kakak ku kamu banyak main wanita"

"Kan yang nakal makin banyak di lirik, aku di ajak minum paling" ucap ku

"Kamu sudah merasakan alkohol?"

"Sudah, kenapa memangnya?"

"Eh tapi umur mu kan belum 18 tahun"

"Emm soal itu... Sudah tidak usah di bahas, mending bahas materi fisika yang tidak kamu pahami saja"

"Huu menghindari topik pembicaraan"

"Suka suka saya dong, lagian jam 6 nanti aku harus balik, ibuku sudah menunggu ku di rumah"

"Kamu begituan dengan ibumu!"

"Menunggu karena ia memaksakan ku makan malam!" teriak ku

"Oh, ku kira ada inces di antara kalian"

"Kamu ini seperti kakak mu ya, bicaranya gak bisa di jaga, di sekolah saja kamu tidak seperti ini"

"Loh kan aku tanya, apa salahnya"

"Pertanyaan mu gak patut di tanyakan"

"Hehe, maaf maaf jika kamu merasa tersinggung"

"Maaf saja tidak cukup, aku perlu sesuatu" ucap ku

"Perlu apa?"

"Tunjukkan oppai mu, wanita jaman dulu jika mau minta maaf dengan sungguh sungguh, mereka menunjukan oppainya"

"Mau ku Gantung atau ku samurai?" Yumi memberikan tawaran

"Tidak keduanya" balas ku cepat

"Kamu ini anak siapa sih, bibi Kana saja sopan santun, eh anaknya seperti ini"

"Buah jatuh jauh dari pohonnya" balas ku

"Eh bukannya buah jatuh...,kamu salah pribahasa Haruka!"

"Bener kok, kan pohon seperti orang tua ku, aku buahnya yang jatuh jauh dari pohonnya, sama seperti sifat ku yang sekarang

"Oh benar juga"

"Aku merasa terhina beneran jika kamu ucap begitu dengan muka datar"

"Ya katanya jauh dari pohonnya"

"Ya bener, tapi kamu jangan menganggap itu biasa saja bisa tidak"

"Terserahlah"

.

Kami melanjutkan belajar hingga jam 5.45 sore.

Karena sudah dekat waktunya aku pamit saja.

"Tidak usah di tawari makanan tidak masalah kok" ucap ku

"Siapa yang menawarkan mu makanan, ayah ibuku sedang keluar kota, aku dan kakak ku makan saja pesan"

"Oh begitu, ya sudah aku balik dulu"

"Terima kasih ya, kamu pro fisika"

"Lebih pro lagi kimia, jika kamu mau minta privat ku lagi, paling tidak siapkan gula teh gitu (kondangan ala jawa)"

"Untuk apa gula dan teh?"

"Ya untuk membayar ku lah, gula sekilo tehnya sebungkus isi 24 itu"

"Apa harus?"

"Ya tidak sebenarnya, aku cuma bilang paling tidak, di berikan uang pun aku mau"

"Kamu aneh, kita ini seumuran bagaimana caramu mengajari ku padahal materi kita sama"

"Loh tadi buktinya apa, aku ini pintar jika rajin belajar, ada uang aku akan lebih rajin lagi, jadi ya 500 yen per jam boleh lah" ucap ku

"Mungkin nanti saja" balas Yumi karena tak yakin dengan Haruka

"Baiklah, tapi awas loh ya mungkin sebentar lagi jasa privat ku akan laku"

"Gpp gpp, jika laku aku malah senang"

"Yehhh" balas ku judes

.

Jalan ke rumah.

"Aku pulang" ucap ku

"Uhuk Uhuk!!" terdengar suara batuk keras dari belakang

Aku segera datang ke sana.

Darah di telapak tangan ibuku dan di bibirnya.

Ibuku segera mencuci tangannya dan bibirnya.

"Kamu sudah pulang ternyata Haruka kun, keluar dulu sebentar, ibu mau cuci muka, makanan sudah ibu siapkan di meja makan sesuai dengan permintaan mu yang tidak pakai.." ku sela bicaranya ibuku

"Ibu sakit apa?" tanya ku

"Ibu sehat, tidak sakit apa apa"

"Mari periksa ke dokter saja bu" suruh ku

"Tidak usah, ibu tidak parah sakitnya kok"

"Ibu, batuk mu sudah sampai berdarah, takutnya gejala tbc" ucap ku

"Tidak, paling nanti juga sembuh dengan sendirinya" ucap ibuku (ia khawatir dengan uangnya, bukanya mau menghemat tapi ia menyisihkan sedikit demi sedikit untuk uang saku ketika Haruka kuliah nantinya"

"Katakan hal itu jika ibu tidak takut akan kematian, tbc itu penyakit serius ibu, lalai sedikit nyawa ibu taruhannya" ucap ku

Ibu kaget mendengar kata kata ku.

"Ayo ke rumah sakit sekarang, ibu tak masih ingin membuka mata di esok hari kan?" tanya ku

"Kamu jangan menakut nakuti ibu, ini hanya batuk biasa yang tak sengaja ada darahnya saja"

"Kematian manusia itu hal biasa bagi tuhan, namun kematian bagi manusia itu artinya kehilangan apa yang di dunia, ibu tidak ingin melihat ku sukses nantinya, ibu tak ingin lihat cucu ibu nantinya ketika aku sudah beristri dan punya anak, jangan menganggap sepele apalagi penyakit pernapasan" balas ku

Ibuku merenung.

"Tapi tabungan ibu ku gunakan untuk uang saku mu ketika kuliah nantinya"

"Uang bisa di cari, oh benar juga aku punya uang sebenarnya kok" balas ku

"Itu uang mu, ibu mau ke rumah sakit tapi apa biayanya mahal?"

"Tidak" balas ku

"Yang bener, tetangga kita habis 150 rb yen sekali ke rumah sakit, jika segitu ibu tidak ada uangnya"

"Aku ada ibu, ibu tenang saja serahkan semua pada Haruka pokoknya"

.

Setelah lama ku bujuk akhirnya ibuku mau, tapi sebelum berangkat ke rumah sakit ku close dulu lelang ku, uangnya ingin ku gunakan sebabnya (pemenangnya Kiyoko Shinomiya dengan 25 juta yen)

.

"Malam Shinomiya sama, bisakah anda men transfer uangnya dulu, saya berjanji akan mengirimkan barangnya hari ini, sebab uangnya sangat saya butuhkan untuk biaya ibu saya di rumah sakit" pesan ku padanya

"Tidak bisa, ini aplikasi amazon yang mengatur, aku mentransfer lalu barang sampai di saya, barulah kamu bisa terima uangnya, lagian uangnya sudah ku kirim di aplikasi tinggal kamu mengirim barangnya juga" balasnya

"Apa tidak bisa di usahakan uang di kirimkan langsung ke saya, maksudnya anda tekan tombol barang sudah di terima dulu begitu, ini saya beneran sedang butuh, begini saja jika anda menekan tombol terima sekarang, besok saya akan mengirim secara langsung ke rumah anda 2 lukisan yang indah sebagai bonus"

"Tawaran yang menarik, tapi aku punya syarat di sini, lukisan bonusnya jika aku mengatakan tidak indah kamu masih harus membuat lukisan hingga aku berkata bagus"

"Baiklah akan saya lakukan, anda mau lukisan bonus dengan tema apa, atau anda ingin req sendiri"

"Kamu bisa melukis wajah seseorang?" tanyanya

"Bisa"

"Kamu ahli di bidang mu kan?"

"Bisa di bilang ahli"

"Baiklah, besok sabtu datanglah ke rumah ku, aku minta kamu lukis semua keluarga ku"

"Baik akan saya lakukan"

"Oke ku pegang kata katamu, jangan coba coba melarikan diri ingat, aku menyarankan namun jika kamu tetap nekat ya sudah" (ya sudah nantinya tinggal nyawa melayang)

"Iya"

.

Berapa menit kemudian uang masuk ke rekening pelajar ku.

"25 Juta yen berhasil di transfer ke saldo anda" Notifikasi di ponsel ku

"Mantap" ucap ku

.

Ku suruh ibuku makan dulu, walaupun batuk yang tak kunjung berhenti tetap ku paksa makan dulu.

.

Sembari ibu makan ku prepare semua yang di butuhkan nantinya jika rawat inap di rs.

.

"Pakai masker ibu" ucap ku sambil memakaikannya

"Biar ibu pakai sendiri"

"Tidak masalah, ibu diam saja" balas ku

.

Setelahnya ku pesan taksi online.

Beberapa menit kemudian taksi datang.

Ku bukakan pintu untuk ibuku.

Ia masuk barulah aku masuk ke kursi depan.

"Ke rumah sakit Tokyo pak" suruh ku ke sopir

"Eh kenapa ke rumah sakit besar, pak ke rumah sakit... saja" kata ibu

"Tidak pak, ibuku sedang halusinasi jadi jangan hiraukan dia, tetap ke rumah sakit Tokyo" ucap ku

"Eh ibu tidak mabuk di sini!"

"Lihat orang yang sedang halusinasi tidak mungkin mengaku kan" ucap ku

Sopirnya mengangguk kepada ku.

Mobil di kunci pintu lalu jalan.

"Haruka kamu jahat sekali bilang ibu halusinasi!" ucap ibuku

"Ibu diam sebentar saja, perjalanannya deket kok, paling hanya 6 km"

"Tapi di sana kan mahal"

"Ibumu apa beneran halusinasi?" sopirnya bertanya karena ibu bisa merespon kata kata ku dengan baik

"Ia halusinasi berat pak, jadi jangan hiraukan kami, bapak fokus saja pada jalannya" suruh ku

"Baiklah jika begitu"

.

9 menit perjalanan akhirnya sampai.

"Ibu hanya bawa uang 50 rb yen Haruka" ucap ibuku

"Ibu mau mati?" tanya ku

"Ya tidak lah, kamu dari tadi bilang mati mati saja apa kamu mau ibu meninggal cepat"

"Ya tidak begitu juga, pokoknya sudah ikut aku saja, aku yang sekarang bisa di andalkan"

"Tapi uangnya?"

"Ada kok ada"

.

Aku tanya dulu ke satpam.

"Pak pemeriksaan saluran pernapasan dimana ya?" tanya ku

"Silahkan masuk ke bagian igd saja nak, jadwal pemeriksaan dokter telah usai sebabnya, namun di igd ada yang bertanggung jawab"

"Oh baiklah pak, terima kasih"

"Sama sama"

.

Kami masuk ke igd.

Ku suruh ibuku duduk

Ke resepionis.

"Ada keluhan apa nak?" tanya resepsionisnya

"Mau periksa, ibuku ada ganguan saluran pernapasan, tadi ia sampai batuk darah, takutnya tbc atau infeksi dalam" ucap ku

"Baiklah, apa punya kartu sehat atau jaminan kesehatan pekerja?" tanya nya (semacam bpjs)

"Ada, tapi aku mau tanya apa bisa naik tingkat perawatan jika ku tambahkan uang?" tanya ku

"Bisa saja, namun maksimal di kelas 1 dapat naiknya, kelas vip tidak bisa pakai kartu"

"Ya sudah tidak usah pakai kartu jika begitu" balas ku

"Jika begitu mohon minta identitas pasien" ucapnya

Ku serahkan id ibuku.

Ia is mencatat lalu menyuruh ku kembali untuk di panggil lagi.

1 menit menunggu akhirnya nama ibuku di panggil.

Aku ikut masuk karena layanan vip bung.

.

"Di sini gejalanya batuk darah ya bu?" tanya dokter wanitanya

"Iya dok" balas ibuku

"Baiklah, silahkan tiduran di ranjang dulu, biar saya periksa"

Aku duduk di bangku pasien.

Dokter menutup tirai, mungkin ia tidak memperbolehkan ku melihat. (dokter menyuruh ibunya Haruka buka kancing atas sebabnya)

Ku tunggu dan ku tunggu.

5 menit kemudian dokter kembali.

Ibu ikut duduk di samping ku.

"Untuk hasil tes tadi saya rasa penyakit sudah lumayan cukup parah, apa ibu sudah menahannya cukup lama?" dokter bertanya

"Sudah sekitar 3 bulan dok" balas ibuku

"Itu sudah lama bu, ibu sebelumnya apa bekerja di tempat yang udaranya banyak polusi?"

"Tidak, saya kerjanya di tempat yang bersih sebenarnya"

"Bagus jika begitu, saya akan memberikan rujukan ibu untuk ronsen, sebab agar tau penyakit ibu apa, saya menduganya ini tbc, takutnya juga ada organ tubuh lain yang terkena"

"Biayanya apa bisa di tanggung kartu jaminan pekerja dok?" tanya ibuku

"Bisa, tapi di surat keterangan ibu, anda memilih layanan vip bukan layanan kartu"

"Eh, Haruka" ucap ibuku langsung menoleh padaku

"Tenang ibu tenang, aku ada uang" ucap ku

"Berapa biayanya kira kira dok" tanya ku

"Anak anda berbakti ya sepertinya pada anda nyonya, untuk biayanya kira kira 20 rb yen sampai 40 rb yen untuk sekali ronsen"

"Ganti saja ke layanan kartu apa bisa dok?" ibuku menyerobot

"Bisa" balas dokternya

"Eh jangan dok" ucap ku

"Haruka jangan menyela ketika ibu bicara" ucap ibuku

"Berikan saja pelayan vip dok" ucap ku

"Nak aku tau niat baik mu, tapi ibumu yang sakit di sini, tapi nyonya Katakawa saya katakan dulu, jika dengan kartu pelayan anda hanya di kelas dua, yang artinya anda perlu antri lama nantinya hingga menunggu giliran, namun jika vip saya pastikan anda di dahulukan, lebih cepat periksa lebih cepat kami memberikan penanganan dan waktu anda tidak terbuang lama" ucap dokternya

"Uang mu berapa Haruka kun" ibuku bertanya

"25 juta yen" balas ku yang membuat kedua orang yang mendengar kaget

"Eh uang siapa itu" ibuku tanya

"Uangku lah, kan aku sudah bilang punya uang, ibu ngeyel saja minta pakai kartu" ucap ku

"Tapi kamu dapat dari mana uang itu?"

"Ibu jangan bahas ini di depan dokter" ucap ku mengingatkan

"Oh benar juga, maaf dok" ucap ibuku

"Tidak masalah nyonya"

.

Akhirnya ibu memilih layanan vip, karena ronsen bisanya besok, ya sudah ku suruh ibu rawat inap sekalian saja, sekalian memantau penyakitnya tambah parah atau tidak.

Di ruang rawat inap vip.

Ku tata barang dan air minum.

"Ibu tidak butuh rawat inap sebenarnya" katanya sambil duduk di ranjangnya

"Sudah jangan mengeluh begitu, jika ibu sakit pasti aku susah, tidak ada yang mengurus rumah dan tidak ada yang memasak, jadi ibu harus sembuh dengan cepat dulu" ucap ku

"Iya, tapi kamu dapat uang sebegitu banyak dari mana?" tanyanya lagi

"Inilah hasil kerja sampingan ku"

"Kamu tidak jual obat terlarang kan?"

"Tidak, aku jual lukisan lebih tepatnya" balas ku

"Lukisan seharga 25 juta yen?"

"Yah sebenarnya mungkin tidak segitu, tapi ada keluarga kaya raya yang mau bakar uang mungkin jadinya menawar lukisan ku segitu" ucap ku

"Keluarga mana?"

"Shinomiya"

"Eh, keluarga besar itu?"

"Bukan Shinomiya di Tokyo, tapi Shinomiya di Miyagi"

"Oh, ku kira yang di Tokyo, lalu transaksinya bagaimana, ingat loh keluarga itu besar, kamu salah sedikit kamu bisa jadi korban pembunuhan" kata ibuku

"Transaksinya lancar, sabtu pagi aku akan mengantar lukisannya ke rumah mereka"

"Eh tidak di paket saja?"

"Tidak, aku lebih percaya jika pakai jasa angkut diriku sendiri" balas ku

"Tapi di Miyagi loh itu"

"Iya, aku akan naik pesawat ke sananya ibu mau ikut?"

"Ibu ada kerja"

"Ah benar juga, hutang ibu biar ku lunasi, lalu ibu bekerja di satu tempat saja, yang kerja malam di hentikan saja"

Next...