webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

152.) Babar Itu Penting

Saki memberontak mencoba melepaskan diri dari pelukan ku.

"Hey Haruka kun, aku masih sibuk ini" kata Saki

"Sibuk apa, sini biar ku bantu"

"Ya sebenarnya tidak sibuk sih, tapi sedang ada perlu dengan ponsel ku"

"Oh iklan ya, ya sudah selesaikan dulu" ucap ku saat melihat layar ponsel yang berisi gambar produk kosemetik

.

Jam 9 malam sudah ada di kamar masing masing.

Ku hidupkan televisi dan ac sebelum tidur.

"Saki besok aku mau pergi setelah sekolah"

"Pergi kemana Haruka kun?" Tanya Saki sambil melihat ku, mengalihkan diri dari ponsel di tangannya

"Aku mau pergi ke rumah orang tua ku"

"Mau apa?"

"Mau menginap di sana"

"Aku ikut"

"Kamu bersama ibu di sini, aku menginap dua hari paling, agar keluargaku tidak datang kemari, sabtu atau minggunya"

"Iya aku tau makanya aku ikut"

"Ngapain ikut, tidak usah"

"Ikut pokoknya, besok pulang sekolah langsung?"

"Kamu di sini saja Saki, sudah ku bilang berapa kali tidak usah ikut"

"Terserah, aku mau ikut"

"Nanti kamu tidak bisa tidur di sana"

"Asal kamu peluk bisa tidur, beneran" ucap Saki

"Hmmm ya sudah jika mau ikut"

"Pakaiannya sudah di siapkan?" tanya Saki

"Punya ku sudah, punya mu belum"

"Oke akan ku persiapkan sekarang"

.

Selanjutnya adalah tidur, lalu jam 6.30 pagi sarapan bersama.

Jam 7 pagi berangkat, jam 7.10 sampai restoran.

"Akira, pakai uang ini untuk pulang nanti, kami akan langsung ke rumah orang tua ku sebabnya" ucap Saki menyerahkan uang 1000 yen

"Tidak perlu Saki sama, aku bisa jalan kaki, toh jalannya tidak terlalu jauh"

"Ambil saja, ini juga tidak cukup untuk naik taksi, maksud ku jika kamu lelah saat jalan, pakai uang ini untuk beli minuman di pinggir jalan" ucap Saki

"Oh baiklah" Akira menerima uangnya

.

Akira akan berada di kelas 12,2 dimana ia akan sekelas dengan Daichi, maklum teman dengan rumah terdekat adalah Daichi.

Hinata tidak masuk hari ini sebab ia menemani adiknya, sementara orang tuanya cari uang.

.

Pelajaran jam ke dua setelah bahasa inggris adalah olahraga.

Di kolam renang.

"Kita adakan penilaian renang, penilaian hanya meluncur saja" ucap pelatih

Laki laki mendapatkan giliran pertama, semuanya lulus dengan nilai A, lalu giliran ciwi ciwi, sementara siswanya bermain atau melatih teman wanitanya untuk meluncur, sebut saja diriku yang melatih Saki sekarang.

"Aku menyerah, aku tidak bisa berenang" ucap Saki lalu pergi menuju tempat penilaian langsung

"Lah sudah bisa, tapi bilang menyerah" balas ku bingung sendiri

.

30 menit kemudian penilaian selesai semua, giliran bermain air saja.

.

"Haruka, ayo bertanding 400 meter gaya bebas" ucap Tadakuni

"Ada taruhan?" tanya ku

"Tidak ada, ini hanya permainan"

"Baiklah, tapi jika kalah harus diberi hukuman dong" balas ku

"Bagaimana jika bugil di kolam?" saran Yoshi

"Baiklah itu untuk yang terakhir ya" ucap ku

"Oke" ucap Tadano, Tadakuni, Yoshi, Chika, dan Yoshitake

.

Pruitt.....

Aku mulai dengan lompat tinggi nan jauh.

"Wow Saki, aku baru sadar Haruka punya otot atletik seperti itu" ucap Asami

"Oh tentu saja, kan ia anak emas" balas Saki sombong

"Enaknya kamu bisa menyetuh otot otot itu tiap hari" komentar dari Yachi

"Kamu kan ada Hinata, apa ia tidak atletik?" tanya Komi

"Tidak, Hinata itu datar" balas Yachi

"Jika mau cari pasangan itu cari yang besar makanya, lalu buat ia diet, olahraga penuh, dan maka nantinya akan jadi seperti Haruka, dulu Haruka itu beratnya 120 kg loh" ucap Saki

"Eh, dulunya Haruka gendut?" tanya Tamari tidak percaya

"Iya, tanya saja Hinata rekan klub volinya, lagian kalian kan harusnya sudah tau saat saat ia gemuk, mungkin sekitar 90 kg saat ia masuk pertama sekolah" kata Saki

"Ah benar juga, dulu Haruka lumayan gemuk" kata Nao

"Berarti olahraganya cocok" ucap Yachi

"Jangan mesum anda ya" kritik dari Saki

.

Hasil pertandingan 400 meter gaya bebas.

"Halo kalian teganya, celana ku di buang ke tempat ganti wanita" ucap Tadakuni

Tidak ada yang mengubris.

Jam 9.30 waktunya istirahat.

.

Di kelas.

Sedang terjadi debat karena uang kas hilang.

"Tadi beneran sudah ku taruh tas ku" ucap Maika selaku bendahara

"Uangnya berapa?" tanya Saki

"3500 yen" balas Maika

"Uang segitu biarlah jika hilang, tapi lain kali lebih baik penjagaan di perketat" saran ku

"Bukan begitu Haruka, jika di suruh mengganti pun aku bisa, tapi ini soal keamanan kelas" ucap Maika

"Baiklah jangan ribut kita lapor ke guru saja" ucap Tadakuni

.

Tadano dan Komi melaporkan kejadian ini pada guru.

Guru datang lalu menanyai Maika.

"Menurut mu siapa yang mengambil?" tanya Saki padaku

"Jangan tebak tebakan, tapi menurut ku bukan dari kelas kita" balas ku

"Oh ya sudah, tapi menurut ku juga dari luar kelas sih, uang untuk Hinata aman?" tanya Saki

"Aman, sudah ku simpan di..., eh hilang juga ternyata" ucap ku saat merogoh tas ku

"Lah uangnya lumayan banyak loh Haruka kun jangan bercanda" kata Saki

"Apa tas ku tertukar dengan mu?" tanya ku

"Cek namanya" suruh Saki

Ku cek namanya dan benar saja yang ku bawa adalah tasnya Saki, ku suruh cek di tas yang Saki taruh di mejanya.

"Ada" ucap Saki

"Syukurlah, aku tidak perlu menggantinya" balas ku

"Segera di berikan pada Hinata saja" suruh Saki

"Nanti saja saat Hinata sudah masuk" balas ku

"Kenapa tidak kamu antar saja"

"Malas" balas ku

.

Jam 12 siang, Akira datang dengan 3 kotak makan siang dan botol minum ke kelas kami.

Ia menyerahkan makanan kami, lalu kembali ke kelasnya.

"Kalian ada pelayan?" tanya Yachi

"Yap, Haruka yang memperkerjakan" balas Saki

.

"Ia yang masak juga?" tanya Asami

"Aku memasak, Akira hanya membantu ku" ucap saja"

.

Jam 3 siang, kami bertiga langsung pergi ke restoran, lalu naik mobil ku civic menuju ke rumah keluarga ku. (Haruka, Hiyori, dan Saki)

Jam 3.30 kami sampai di rumah.

"Ibu ayah belum pulang?" tanya ku ke Hiyori

"Ibu di rumah mengurus Maika, ayah bekerja di perusahaan sekarang" balas Hiyori

"Ibu tidak bekerja lagi?" tanya Saki

"Bekerja, tapi ia pantau dari rumah, jika ada tidak beres ibu baru pergi"

.

Masuk ke dalam rumah, aku dan Saki menyapa kakek nenek, ibu lalu Maika.

"Taruh barang mu dulu di kamar Haruka kun" suruh ibu

"Oke, kamar ku tidak di ganti kan lokasinya?" tanya ku

"Masih sama" balas ibu

.

Aku dan Saki menaruh barang lalu ganti pakaian, setelahnya kamu ke ruang keluarga.

"Ibu tidak ada kerjaan?" tanya ku

"Ada, banyak lagi, kamu bisa membantu?" tanya ibu yang duduk di sofa sambil membuka laptopnya

"Apa kerjanya?" tanya ku

"Cek hasil kerja, pekerjaan di stasiun televisi ibu, cek kegiatan dan cek anggaran yang keluar kebanyakan atau tidak" suruh ibu

"Bukannya sudah ada anggaran harian?" tanya ku

"Memang, tapi orang orang perfilman pasti meminta lebih, gunakan data ini, batas waja segini, jika lebih catat di sini lalu copy buktinya ke kolom ini" balas ibu lalu menyerahkan laptop padaku

"Baiklah" balas ku

.

Ku kerjakan selama 1 jam, di bantu dengan Saki sementara ibu istirahat di kamar untuk tidur, lalu Hiyori yang mengajak Maika main.

Jam 4 sore, pekerjaan ku selesai, ku save dulu, beberapa menit kemudian ayah pulang.

"Kalian ada di sini ada urusan apa?" tanya Ayah

"Kami hanya berkunjung" ucap Saki

"Oh, menginap?" tanya Ayah lagi

"Iya" balas Saki

.

"Ayah tidak istirahat?" tanya ku

"Ini sedang istirahat, istirahat sambil bermain dengan Maika chan" ucap Ayah sambil menciumi pipi Maika

"Huh jadi keingat Ryuki dan Karen" pikir ku sebab mengingat kenangan saat aku mengurus mereka berdua

Saki datang dengan teh hijau hangat untuk kami.

"Kak Haruka kapan kamu akan mulai program buat anak?" tanya Hiyori

"Masi lama, setelah lulus SMA mungkin" balas ku

"Oh, apa kalian tidak kuliah dulu?" tanya Hiyori lagi

"Kuliah, nanti kuliah ku universitas yang ku buat" bakal ku

"Aku join, tapi berikanlah aku surat rekomendasi ya agar mudah di terima"

"Bisa saja, lagipula ini universitas baru, jadi kemungkinan peminatnya belum banyak" ucap ku

"Aku tidak berpikiran begitu, waktu aku survey di channel youtube kita pada penonton, kata mereka, mereka tertarik dengan universitas yang akan kamu buat Haruka kun, lalu sebanyak 40 rb orang dari berbagai belahan dunia ingin mendaftar jika ada beasiswa gratis" ucap Saki

"Memangnya izin sudah turun?" tanya Ayah

"Sudah turun semua, tinggal bangun saja" ucap ku

"Ada S2 nya?" tanya Ayah

"Ada tapi hanya beberapa fakultas saja yang membuka program studi s2, aku ingin mengembangkan universitas itu ke arah seni olahraga dan teknologi serta ekonomi sebenarnya" balas ku

"Ayah sebenarnya mau melanjutkan ke S3 apa ada?" tanyanya

"Tidak ada" balas ku

"Kenapa tidak ada, bukannya di proposal yang kamu buat akan ada s3 nya?"

"Ya memang ayah, tapi perizinan s3 belinya untuk satu prodi saja agar turun cepat harus merogoh kocek dalam, lebih baik aku menunggu saja, mungkin s3 akan ada 2 - 3 tahun setelah universitas berdiri" balas ku

"Yah kelamaan dong, keburu ayah malas belajar" ucap Ayah

"Ayah tidak usah pintar pintar sekolah cukup sampai s1 saja sebenarnya" saran Hiyori

"Oh tidak bisa sayang, kamu punya kesempatan untuk s3 ayah akan menyekolahkan kamu, kecuali kamu susah menikah, urusan sekolah lanjutan akan di putuskan dengan pasangan mu" ucap Ayah

"Tapi ayah dan ibu kan ada, tinggal serahkan salah satu perusahaan nanti akan ku urus juga" bela Hiyori

"Siapa bilang akan kami berikan, kamu bikin usaha sendiri, ayah ibu lihat baru kami berikan jika kerja mu bagus" ucap ibu baru bangun

"Halah, ingat ibu, harta tidak di bawa mati" ucap Hiyori

"Benar harta tidak di bawa mati" ucap Maika

"Memang tidak di bawa mati, yang ibu takutkan bukan dirimu untung atau tidak, tai bagaimana nasib pegawai jika kepemimpinan mu tidak baik?" tanya ibu

"Emmmm ya sudah tidak jadi, biar aku ikut kakak saja, biar aku jadi manager di salah satu perusahaannya nanti" ucap Hiyori

"Haruka mau?" tanya ibuku

"Tidak juga, Hiyori itu orang yang belum bisa mandiri, tidak mungkin juga aku menyerahkan perusahaan ku padanya" balas ku

"Kakak kejam, ya sudah aku jadi content creator saja" ucap Hiyori

"Ya terserah kamu, hidupmu juga urusan mu, jika mau mengambil alih perusahaan ibu atau ayah ya kamu harus bersedia belajar jadi pemimpin yang baik" ucap Ibu lalu duduk bersama Maika dan ayah

.

"Ayah ibu kemana?" tanya ibu ke ayah

"Mereka sedang di teras depan, menikmati angin sore" balas ayah

"Ibu aku lapar" ucap Maika

"Sebentar biar ibu ambilkan buah, kamu maunya apa?" tanya ibu

"Apel" kata Maika

"Biar aku yang ambilkan ibu" ucap Saki

"Baiklah, apelnya ada di kulkas bawah" ucap ibu

"Oke, ayah atau Haruka mau juga?" tanya Saki

"Ayah juga tolong" kata Ayah

"Aku mau melon"

"Ada ibu?" tanya Saki

"Ada, ambil saja di kulkas juga"

.

Saki pergi beberapa menit kemudian datang membawa setengah melon dan 4 apel.

Ia kupaskan lalu diberikan pada Maika ayah dan diriku, lalu pergi ke depan menawarkan pada kakek dan nenek.

.

Jam 5.30 mandi di kamar mandi dalam.

Jam 6 mulai makan malam.

Jam 7 malam, waktu untuk keluarga

.

Kami duduk bersama di ruang keluarga, mengobrol ditemai teh ocha hangat serta dorayaki.

"Ibu, aku mau transfer uang untukmu, tolong di terima ya" ucap ku

"Kamu mau balas budi ini ceritanya?" tanya ibu

"Yah bisa di bilang seperti itu, biar ibu juga merasakan uang hasil kerja ku" balas ku

"Ya kamu kirim saja, kirim tidak usah banyak banyak" ucap Ibu sambil mengelus rambut ku

"Baik"

.

Ku tranferkan uang sebanyak 1 miliar yen untuk dirinya, yah mungkin tidak seberapa untuk kekayaan ibuku, namun biarlah 1 miliar itu bukan nilai yang sedikit juga.

.

"Kamu tidak mengirimi ayah juga Haruka kun?" tanya ayah

"Ayah tidak usah di berikan" ucap Ibu

"Lah kenapa, aku kan juga orang tuanya"

"Sudah jangan komentar sayang"

Ayah langsung diam

.

"Mai chan, ambilkan buku ku" suruh Hiyori

"Yang mana?" tanya Maika

"Yang merah"

Maika mengambilkan di kamar Hiyori.

"Ibu tidak masalah jika Hiyori menyuruh Maika?" tanya ku

"Tidak masalah, Maika juga perlu tau bantu membantu, asal tidak berlebihan akan ibu persilahkan" balas ibu

"Oh" ucap ku

.

Maika datang membawa buku merah sebanyak 3 buah.

"Terima kasih" ucap Hiyori

"Oke, kakak belajar yang rajin" balas Maika

.

Aku dan Saki juga mengeluarkan buku sebab ada pr juga(sekelas bre)

Maika duduk di pangkuan ku melihat aku mengerjakan pr.

"Kamu tau Mai chan?" tanya Saki

"Tidak, tapi aku suka menemani kakak Hiyori belajar"

"Mai chan apa sudah bisa membaca ibu?" tanya ku

"Belum, tapi ia sudah bisa mengenal huruf dan angka" balas ibu

"Aku sudah bisa membaca" balas Maika

"È vero, prova a leggere questo articolo (Apa benar, coba baca tulisan ini)" ucap ku menujuk tulisan

"Huh kakak bicara apa?" tanya Maika bingung

"Ia bicara bahasa italia sayang, Haruka jika mengajari pakai bahasa Jepang saja" ucap ibu

"Hehe, maaf maaf" balas ku

"Kak Hiyori bisa bahasa Italia juga?" tanya Maika

"Tidak, kak Haruka itu orang gila, satu orang bisa bisanya lancar 15 bahasa" ucap Hiyori

"Kamu memangnya bisanya berapa?" tanya Saki

"Hanya tiga, Inggris, Jepang, dan Spanyol" ucap Hiyori

"Ayah bisa berapa bahasa?" tanya Mai

"Ayah hanya Inggris dan Jepang"

"Ibu?"

"Ibu lebih gila lagi, bisa 25 bahasa" ucap Hiyori

"Apa benar ibu?" tanya Mai kaget

"Tidak, ibu hanya 23 yang lancar, dua diantaranya Thailand dan Malaysia agak tidak lancar"

Saki yang mendengar jadi minder sebab ia hanya tau Jepang saja, bisa bahasa inggris tidak lancar lancar juga.

"Wow, keluarga ku hebat" ucap Mai

"Ada yang lebih hebat, mau tau siapa dia Mai chan?" tanya Kakek

"Siapa kek, kamu?" tanya ku

"Nenek mu lah, jiwa petualangannya membuat ia bisa 100 bahasa lebih" ucap kakek

"Tidak tidak, kakak mu hanya bergurau, nenek hanya bisa bahasa Jepang sekarang, dulu waktu muda bisa banyak bahasa, namun sekarang sudah tua, sudah lupa semua jadinya" ucap nenek

"Ibu aku mau ikut kursus bahasa" ucap Mai langsung, sambil memeluk ibuku

"Nanti saja saat kamu sudah bisa membaca sayang" ucap Ibu

.

Jam 8 malam, pr sudah selesai, di kamar mandi ruang tamu.

"Haa" ucap ku kaget karena Hiyori muncul dari sana

"Kenapa kaget, aku hanya pakai masker wajah kakak!" Hiyori marah

"Kamu sudah putih kenapa masih pakai masker?" tanya ku

"Masker itu melembutkan, mengecilkan pori pori, dan mencegah jerawat" balas Hiyori

"Seperti Saki saja kamu"

.

Di ruang keluarga.

"Kapan projek Haruka jadi Saki chan?" tanya ibu

"Ini sudah jadi, kuilnya, lalu bulan depan katanya perusahaan teknologi, manga, serta light novel akan jadi juga" balas Saki

"Dia memang anak gila" komentar ayah

"Gila gila kan banyak uang sayang, aku yakin kalian pasti bingung, uang kalian mau di kemanakan" ucap ibu

"Ibu benar, walaupun aku boros sekalipun uang kami juga tidak habis, lalu kemarin Haruka baru dapat uang lagi 11 triliun katanya" ucap Saki

"Iya, ibu tau itu ayah sudah bilang, jika kalian bingung mau di kemanakan uangnya, jadilah donatur rutin di salah satu panti asuhan" saran ibu

"Nah benar, donatur rutin 500 rb yen per bulan pun sudah cukup, seperti ayah contohnya" ucap ayah

"Kamu hanya 500 rb yen?" tanya ibu

"10 panti yang ku sumbang sayang" balas Ayah

"Kami juga sudah jadi donatur, tapi bukan ke panti, melainkan ke korban perang, contohnya Palestina" ucap Saki

.

"Aku sudah mengantuk ibu, mau tidur" ucap Maika

"Kamu tidur duluan dengan ayah ya"

"Umm, ayah gendong" ucap Mai

"Baiklah mari tidur, ayah duluan ya" ucap Ayah sambil menggendong Maika menuju kamar ayah ibu

Note : Maika tidur dengan ayah dan ibu sebab ia tak ingin tidur dengan Hiyori.

.

Aku datang ke ruang keluarga dengan membawa kue beras dari dapur.

"Mau?" tawar ku ke Saki

"Tidak"

"Ibu mau?" tanya ku

"Tidak juga"

"Ya sudah ku makan sendiri, aku sedang pesan pizza juga, dimana ayah dan Mai?" tanya ku

"Mereka sudah tidur" balas ibu sambil mengecek hasil kerja ku

"Saki chan ambilkan aku minum" suruh ku saat duduk di sofa

"Baik, mau minum apaan?"

"Jus jeruk sepertinya ada tadi" ucap ku

"Kamu ambil sendiri Haruka kun, biarkan Saki menemani ibu di sini" ucap ibu

"Tidak masalah ibu, apa ibu mau minum juga?" tanya Saki

"Jangan sayang, kamu duduk di sini biar Haruka yang ambil, ia datang datang main suruh suruh saja" ucap ibu

"Baik baik aku ambil sendiri"

"Ibu buatkan kopi cappuccino" kata ibu

"Oke oke, kamu mau apa sayang?" tanya ku

"Air mineral saja"

.

5 menit kemudian aku kembali ke sana.

Pesanan pizza ku pun juga sudah datang.

.

"Mari nikmati" ucap ku saat menaruh pizza di tengah meja

Makan bersama antara aku ibu dan Saki.

"Mau tidak?" tanya ku sekalian mengirim gambar ke Hiyori

"Mau jangan habiskan sendiri!" balas Hiyori

.

Ayah datang juga setelah Mai tertidur.

Jadilah 1 pizza jumbo untuk 5 orang, nenek dan kakek tidak boleh makan ini juga sebabnya.

.

Jam 9.30 malam di kamar ku, aku dan Saki sudah pw di ranjang.

"Saki kenapa kamu pakai tank top sih" kata ku

"Ya mau bagaimana lagi, aku lupa bawa baju tidur, lagian ketiak ku tidak bau juga, jadi tidak masalah juga jika aku pakai pakaian terbuka" balas Saki

"Aku mau tanya sesuatu" ucap ku

"Tanya apa?" balas Saki

"Kenapa kamu tidak pakai bra juga"

"Aku tidak pakai sebab kamu kan terbiasa melihat, memegang, dan menjilati puting dadaku" balas Saki

"Hey, tidak menjilati" balas ku

"Ya intinya tangan mu meremas remas dadaku, aku pakai bra pun akhirnya kamu lepas juga" kata Saki

"Apa iya?" tanya ku memastikan

"Iya, kamu melepasnya, contohnya kemarin kamu bilang padaku, lepaskan saja Saki, bukannya sulit bernafas jika pakai bra saat tidur, aku menurut eh kamunya malah memanfaatkannya keadaan dengan bermain dengan dadaku" balas Saki

"Itu beda cerita itu memang ku kode agar bisa ku mainkan, tapi apa aku kelihatan mesum?" tanya ku

"Ya jika di lihat sih sangat mesum, sebab aku yang jadi korban"

Ku cubit pelan pipinya.

"Aku mesum tapi hanya pada istri ku, cuph" ku cium bibirnya cepat

"Lagi Haruka kun" ucap Saki

Ku ulangi hinga Saki puas.

.

.

"Saki chan" ucap ku pada Saki yang sekarang sedang ku peluk

"Apa, aku sudah mau tidur, sudah mengantuk"

"Aku gemas dengan mu, rasanya ingin saja berbuat mesum padamu" ucap ku

"Itu bukan gemas, tapi kamunya yang mesum sayang, kita lanjutkan percakapan besok saja, aku sudah mengantuk berat" kata Saki yang sudah memejamkan mata

"Hehe, tapi jujur loh, tiap kali aku menyentuh mu, mencium bau mu, mencium bibirmu, dan lainnya pasti membuat ku ketagihan"

"Sudah jangan di bahas, kamu pasti mau cari kesempatan untuk main pasti"

"Bukan" balas ku cepat

"Ya sudah jika bukan, namun segera tidur" ucap Saki

"Berikan aku cium" suruh ku

Saki membuka matanya, lalu mendekat ke arah ku.

Cuph, cuph, cuph ia mencium pipiku kanan kiri, lalu di bibir.

"Dah, tidur sekarang" ucap Saki

"Oke" balas ku

.

Jam 6 pagi sarapan, lalu jam 6.30 berangkat ke sekolah.

Di mobil.

"Kamu apa sudah bisa menyetir Hiyori?" tanya Saki

"Sudah tapi hanya mobil yang matic, aku sebagai wanita sih tidak ambil pusing bisa bawa mobil atau tidak, sebab nantinya juga pasangan ku yang jadi supir ku" balas Hiyori

"Eh eh tidak bisa seperti itu, laki laki ada juga kadang kala lelah, jadi lebih baik jika keduanya bisa" ucap ku

"Bilang saja kakak ingin gantian jika tidak ingin menyetir" ucap Hiyori

"Tidak masalah Hiyori, lagipula menyetir itu menyenangkan juga" kata Saki yang sedang menyetir

.

Jam 7 kami tiba di restoran.

"Yaeko san, tangan mu sudah baik?" tanya ku karena melihat Yaeko masuk kerja

Yaeko datang padaku.

"Luka ku tidak masalah Haruka san, sebeb kemarin aku langsung malakukan pertolongan pertama dengan air mengalir, saat di rumah sakit, mereka hanya memberikan aku salep itupun jika ada iritasi kulit" balas Yaeko

"Oh, ya sudah jika begitu, lain kali hati hati" ucap ku

"Tentu Haruka san, jika begitu saya mau masuk dulu"

"Silahkan silahkan" balas ku

.

Jam 7.05 tiba di kelas.

Hinata sudah masuk kembali namun wajahnya belum menunjukan kesenangan.

"Napa bro pagi pagi muka sudah di tekuk?" tanya ku pada Hinata setelah duduk di kursi ku

"Adik ku koma" balas Hinata

"Oh, koma ternyata, titik tidak ada?" tanya ku

"Haruka, Hinata sedang sedih jangan di buat lolucon" kata Ayumu memarahi ku

"Sudahlah Hinata, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, tuhan yang menentukan kamu yang sabar saja" ucap Tadano

.

"Hadiah ku apa oi setelah misi di dunia shinobi?" tanya ku ke para peri

"1 kali kesempatan selama 1 minggu di dunia yang pernah kamu datangi" balas Peri baik

"Tuker sehari untuk obat kesembuhan tidak bisa kah?" tanya ku

"Obat kesembuhan itu seperti barang seharga 1 triliun yen, sementara kesempatan 1 kali ke dunia lain apalagi hanya seminggu itu paling hanya 20 rb yen" ucap peri baik

"Wtf kamu gak salah mengira?" tanya ku kaget

"Tidak, memang seperti ini keadaannya, kamu sih waktu ku suruh cari cincin ku tidak mau, jadinya ya hadiah mu ku potong yang awalnya 1 tahun jadi 1 minggu saja" ucap peri baik

"Matanya, hey aku yang melakukan punya hak menolak, lagian kenapa di potong sebanyak itu!" aku marah padanya

"Yah kamu itu hanya makhluk ciptaan juga, aku memimpin kamu, jadi ya terserah diriku" balas peri baik

"Anjing" gerutuku

Note : Kurang greget gimana coba, peri di katai anjing sama Haruka °^ :-D

.

"Hinata ini ada uang untuk kamu, dari teman teman, tolong di terima sebab ku katakan ini perjuangan juga untuk mengumpulkannya" ucap ku memberikan amplop coklat berisi uang 500 rb yen

"Dari siapa ini Haruka?" tanya Hinata

"Teman sekelas mu, dan teman volimu, untuk hutang mu padaku bayar saja jika perekonomian mu sudah baik" ucap ku

Hinata mengambil amplop itu ragu ragu.

"Terima saja Hinata, kami ikhlas" ucap Tadakuni

"Benar, walaupun aku belum mengenal adik mu, ku doakan agar ia cepat sadar" ucap Satoshi

Ku berikan amplop itu ke tangannya.

"Tangan ku pegal, tolong di terima dulu" ucap ku

"Terima kasih semuanya" ucap Hinata berdiri lalu membungkuk pada kami teman sekelasnya

"Jangan lupa ucapkan terimakasih juga pada teman voli kita" suruh ku

"Tentu Haruka"

.

Next..