webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Terbuka

Nathalie memasuki ruang tengah di mana suara teriakan Mas Abim dan Aksara terdengar. Entah apa yang kakak adik sekaligus teman sekamar itu debatkan namun demi apapun suara mereka bahkan dapat terdengar hingga halaman rumah, "Kalian debatin apa sih?"

Mas Abim mendengus, "Tuh pacarmu dek doyannya main curang,"

"Apaan nggak ya gue nggak curang," Aksara melotot tidak terima, "Ibuk mana Nath?"

"Ibuk ke toko aku mau ikut nggak dibolehin," jawab gadis itu dengan bibir mengerucut lucu.

"Kan masih sakit kamu neng jangan gerak gerak dulu. Pucet itu mukanya," sahut Arjuna, "Oh Mas nanti malem mau manggung di Cafe Komet lagi?"

"Lah kan tiap malem juga gue manggung di sana. Kenapa emang?"

"Enggak tadi Karin ngajakin nonton lo manggung di sana. Yaudah pasin jadwal aja,"

"Kak Abim nanti manggung?"

"Iya mau lihat?" tanya Mas Abim.

"Mauuu," gadis itu mengangguk antusias, "Udah lama Nath nggak lihat Kak Abim manggung tahu,"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com