webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Nongkrong

"Iya ini udah pake hoodie. Nggak ngerokok nggak minum juga. Minum kopi doang. Lagian nongkrongnya di cafe deket rumah kok,"

"Ya tapi pulangnya jangan kemaleman nanti sakit kamu masuk angin,"

"Iya sayang bawel ih,"

"Yaudah aku diem aja,"

Aksara tertawa renyah, "Iya bercanda sayang. Kamu tidur dulu gih. Jangan lupa cuci tangan cuci kaki cuci muka sikat gigi baca doa,"

"Aku mau marathon nonton penthouse Sa,"

Aksara menghela napas panjang, ia tidak akan bisa membujuk Nathalie jika sudah berkaitan dengan drama kesukaan gadis itu, "Oke. Jangan pagi pagi tidurnya,"

"Iyaaa dadah,"

"Dadah,"

Raka menatap Aksara dengan pandangan mengejek, "Bucin banget ya bosku,"

"Itu cuma lo belum dapet pacar aja. Coba kalo udah,"

"Dia mah udah ada calon cuma ya gitu," sahut Ardi, "Tapi bener gue juga kalo dapet pacar pasti bakalan bucin banget kaya Aksa,"

Aksara tersenyum penuh kemenangan, "Cari dong brok,"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com