webnovel

PUTRI ARABELLE

"Apa kamu tidak mau memeluk adikmu Bima?" Thomas yang tau tatapan Bima menuju pada arabelle bertanya dengan senyuman. "adik!" seru Bima mengalihkan pandangan pada Thomas kemudian berganti lagi pada arabelle. "Adik ku hanya Mikael,adelard dan si curut itu. Aku gak punya adik perempuan dan bunda dan mami juga gak pernah melahirkan anak perempuan." Ujar Bima dengan santai. "Jaga bicaramu Bima!" Argani memperingatkan sang putra dengan tatapan yang serius. "kenapa? memang seperti itu kenyataan nya bukan." balas Bima dengan acuh kemudian berbalik meninggalkan meja makan. "Bim...."

sanah_Caeprica · Teen
Not enough ratings
24 Chs

NARENDRA

Arabelle masih duduk terdiam di bar minimarket,hingga tak berapa lama si pria yang membawanya tadi datang menemuinya. Pria tersebut membuka helm full face nya dihadapan arabelle. "maaf lama menunggu!" ujar si pria sembari mendudukan pantatnya ke kursi tepat bersebelahan dengan arabelle

Arabelle terdiam,ia seperti tidak mendengar ucapan si pria itu. Matanya terus memandangi wajah pria disebelahnya. Batinnya bertanya-tanya kenapa pria bermuka tampan dan baik seperti ini ikut tawuran? Apa yang terjadi kepadanya? Beberapa pertanyaan melaju begitu saja di pikiran arabelle.

"hei..." si pria menepuk kedua tangannya di depan muka arabelle.

"ha...ada apa?" muka arabelle memerah karena malu.

"kamu ngelamunin apa?"

"tidak ada."

"nih minum!!apa kamu lapar?" tanya si pria sembari menyodorkan air mineral pada arabelle.

Arabelle menggeleng,ia merasa sangat haus dan lapar tapi ia takut menerima pemberian dari pria yang tidak dikenalnya itu.

"kamu tidak usah takut,itu aku beli baru. kamu lihat aja segelnya masih ada. gak bakalan mungkin aku racuni kamu." si pria nampak tahu isi pikiran arabelle.

Arabelle mengambil botol minuman yang disuguhkan si pria,ia membuka penutupnya ternyata benar masih tersegel. Ia merasa sangat malu,padahal pria itu berniat baik padanya. Tapi berani-berani nya pikiran jeleknya berputar macam-macam. Tapi kan bukan kesalahannya juga berfikir seperti itu,kalau ternyata benar diracuni. Terus bagaimana dengan hidupnya.

"Namamu siapa? Namaku Narendra panggil saja rendra" si pria menyodorkan tangan kanannya pada arabelle,mengajak berkenalan.

"Namaku arabelle panggil saja abell kalau susah menyebutkan arabelle" ia tersenyum manis kehadapan si pria yang bernama Rendra tersebut kemudian menerima uluran tangan rendra.

"kenapa kau berada dihalte sendiri? kawasan sini sepi apalagi setelah pulang sekolah."

"aku menunggu kakak ku menjemput tapi ia tak kunjung datang."

"kalau begitu mari kuantar kamu pulang."

"tidak usah,aku tunggu di halte saja. Sebentar lagi dia akan datang." Arabelle beranjak dari kursinya menuju pintu keluar mini market. sebenarnya ia ingin menghindari percakapan lebih jauh,ia tidak ingin memberitahukan Rendra kalau ia masih baru dikota ini.

"hei...tunggu" Rendra menyusul arabell yang berjalan duluan.

"nama ku itu arabelle,bukan hei hei."

"iya..iya sorry"

Mereka berjalan beriringan menuju halte tempat mereka pertama kali bertemu. Mereka banyak berbincang,Rendra memberitahukan asal tawuran tersebut karena para anak jalanan merampas barang dan mengeroyok salah satu teman mereka hingga masuk rumah sakit.

Hujan tiba-tiba turun mengguyur tempat mereka berteduh,untung saja halte tersebut beratap. Ia berharap semoga kakaknya cepat datang menjemputnya karena ia sudah tidak tahan dengan hujan dan angin yang tiba secara bersamaan membuat ia kedinginan. Arabelle menggosok-gosokkan kedua tangannya untuk menghangatkan.

Rendra yang melihat arabelle merinding,melepaskan jaket yang dipakainya dan meletakkan di pundak arabelle. Sekeras apapun Narendra ia tidak akan tega membiarkan seorang wanita seperti itu.

"apa kamu tidak kedinginan?" tanya arabelle

"kamu lebih membutuhkan,pakai saja!"

"tap...."

"jangan banyak membantah pakai saja" Rendra memotong ucapan arabelle dan memelototinya. Ia sangat tidak suka dibantah. Karena memang ia adalah ketua perkumpulan geng,seperti tawuran tadi diketuai olehnya sendiri. Ucapannya adalah mutlak jadi tidak ada siapapun yang bisa membantah ucapannya.

"Terima kasih." Arabelle menyunggingkan senyum dibibirnya sembari memasangkan jaket yang diberikan rendra. Arabelle merasa sangat hangat dan juga nyaman. Ia juga sudah tidak merasa takut lagi,karena ada pria baik disebelahnya yang setia menemaninya.

"kapan kakak mu akan tiba?" Rendra mencoba menghilangkan suasana hening,karena ia merasa semakin hening ia semakin merasa kedinginan.

"apa kau bosan?"

"sama sekali tidak,aku bisa bermain game seperti ini agar tidak bosan. Kamu yang terlihat bosan menurut ku."

"entahlah,apa mereka lupa denganku?" arabelle menunduk sedih.

"kenapa kamu tidak mau ku antar?"

"aku tidak hapal alamat rumahku"

"apa kamu masih baru disini?"

"iya"

"oh"

"hanya itu jawaban mu" arabelle mendongak melihat Rendra yang asik dengan ponsel pintarnya.

"kamu mau jawaban ku apa memang? nanti aku banyak pertanyaan padamu,otakmu mikir aneh-aneh"

Arabelle merasa ada benarnya ucapan Rendra. Mungkin semakin banyak rendra bertanya ia akan merasa seperti di interogasi dan pikiran kotor akan melayang-layang di otaknya.

Rupanya babang Rendra baik juga,rela menemani arabelle menunggu dihalte. Kira-kira bagaimana perasaan babang Rendra pada arabelle.

sanah_Caepricacreators' thoughts