Tidak ada yang tahu dimana keberadaan markas kontu, hanya para kontu yang sangat dan sangat dipercaya dapat memasuki wilayahnya, bahkan untuk memasuki wilayah markas kontu harus melalui uji coba dengan membunuh keluarga sendiri, jika tidak lulus dari ujian ini tidak akan bisa masuk wilayah markas.
Pertemuan antara Waruka dan Kelompok Kontu mungkin akan sedikit merubah aturan yang berlaku atau mungkin saja Waruka tidak diizinkan masuk ke markas kontu? tidak ada yang tahu hal ini.
Setelah memperkenalkan dirinya, Waruka menatap satu persatu para kontu. Ia memperhatikan bahwa diantara mereka semua tidak ada yang tidak hilang anggota tubuhnya, minimal ada yang entah kakinya patah, sayapnya yang patah, matanya buta, telinga terpotong, dan lain-lain.
"noafai ba badamiua (apa yang terjadi pada badan kalian)?", tanya Waruka memberanikan diri karena ia merasa ada yang berbeda saat pertama melihat bolonti dibalik pohon yang dulu dengan bolonti yang saat ini.
"samidi nohukumu kasami ratu (kami dihukum ratu)!", sahut salah satu kontu. "ba ratu (ada ratu)?", tanyanya spontan penasaran.
"owakanau na noa (bawa saya padanya)!", pinta Waruka. Ia berpikir mungkin ratu bisa membantunya mengetahui siapa dirinya dan asalnya.
"koye (jangan)!", sahut salah satu kontu, tidak menginginkan hal itu terjadi, karena jika Waruka diketahui ratu entah akan baik untuknya atau sebaliknya.
Sementara perdebatan diantara kontu masih berlangsung, ada salah satu diantara kontu menyelinap pergi perlahan, dia adalah mata-mata ratu dipasukan kontu. Dia tidak sabar ingin menyampaikan pesan penting kepada ratu, pesan yang mungkin bisa membuat ratu senang, karena bisa saja Waruka berasal dari kehidupan lain. Tentu hal ini akan membenarkan ambisi ratu yang ingin memperluas kekuasaannya dengan mencari jalan keluar dari kehidupan bawah. Namun tanpa diduga, ada salah satu kontu yang mengetahui gerak-geriknya, diikutinya dari belakang hingga melihatnya masuk ke istana ratu.
"dasar penghianat", pikir salah satu kontu yang kedua sayapnya telah patah ini. "aduh... Waruka dalam bahaya!", sadarnya ketika itu juga. Dia pun berlari menemui teman-temannya yang sementara masih berdebat mengenai mau dibawah kemana Waruka.
"maimo to kalana komo na kanteano kontu (ayo kita harus pegi ke markas kontu)!", Pintanya segera sesaat dia tiba dengan keadaan terengah-engah.
"ba penghianati!", jelasnya spontan. Para kontu pun terkejut dan tanpa pikir panjang, mereka bergegas ke markas kontu. Namun mereka juga tahu bahwa markas mereka juga dalam bahaya, karena dengan adanya penghianat diantara mereka, tentu markas kontu telah diketahui.
Mereka bergegas pergi, bagi yang masih memiliki sayap, dibentangkannya sayapnya, terbang tinggi agar cepat menyampaikan pesan akan bahayanya markas mereka. Sementara Waruka bersama Okud-okud serta para kontu yang tidak memiliki sayap berjalan semampu mereka agar cepat tiba di markas.
Sementara itu, keadaan markas kontu yang berada dibawah bebatuan besar, telah hancur lebur. Beberapa kontu keluar dari balik batu besar berteriak sakit, berlari ke sana ke sini tanpa arah karena terbakar api. Semua ini karena ulah pasukan ratu yang menyerang seketika itu juga sesaat setelah mengetahui markas kontu dari mata-mata. Sebenarnya mereka telah mengetahui markas selama ini namun mereka belum mengambil tindakan, kecuali setelah kehadiran Waruka, pasukan ratu takut karena kepercayaan Kontu yang suatu saat nanti akan datang penolong yang akan menyelamatkan mereka dari penyiksaan ratu. Pasukan ratu menyerang markas kontu dengan harapan bahwa Waruka telah berada disana.
Waruka dan okud-okud serta para kontu yang berjumlah 23 pun tiba dimarkas kontu yang telah hancur porak-poranda. Tidak ada lagi kehidupan hanya ada asap tebal menyelimuti markas. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, hanya tangis yang bisa mengobati hati para kontu.