webnovel

Promise to you

2025, tahun awal kehancuran dunia, di mana pulau mengapung mulai bermunculan di seluruh dunia, dan bersamaan dengan itu banyak fenomena aneh dan berbagai bencana lain mengikuti di belakangnya, jim verndarinn, seorang survivor yang telah kehilangan nyawanya saat bertarung dengan monster, menyalakan api keinginan nya yang terakhir, janji yang pernah dia buat dengan seseorang.

Winter_Enfold · Fantasy
Not enough ratings
8 Chs

episode 8

Arne Kahetsusva, bahkan dirinya, tidak tau siapa yang memberinya nama ini.

Yang dia tau, hanyalah bahwa dirinya, sangat tidak di inginkan oleh orang tuanya.

Ayahnya meninggalkan dia dan ibunya saat dia masih dalam kandungan, alasannya?

Tentu saja, karena ayahnya adalah bajingan yang tidak ingin bertanggung jawab pada apa yang dia lakukan.

Dan ibunya, yang merasa frustasi karena di tinggalkan oleh laki-laki yang telah membuatnya mengandung.

Mengarahkan semua kemarahannya pada anaknya.

"Kau adalah anak iblis itu!, Kau bukan anaku!"

Itu adalah kalimat yang setiap hari dia dengar, rasa sakit saat dia mengetahui bahwa dia tidak di inginkan, lebih sakit dari luka manapun di dunia ini.

Setiap hari adalah siksaan.

Setiap hari adalah neraka.

Setiap hari adalah kesedihan.

Setiap hari adalah rasa sakit.

Tidak pernah ada kebahagiaan di dalam hidupnya.

Satu-satunya hal yang dapat dia anggap indah adalah, sebuah buku yang dia temukan di bawah tumpukan barang berdebu di dalam rumahnya, saat dia di kurung di gudang.

Dia akhirnya menemukan cara untuk mengeluarkan kesedihannya, hanya buku itu satu-satunya temanya di dunia yang kejam ini.

Lalu, saat dia berumur 7 tahun, ibunya meninggal karena bunuh diri dengan cara meminum racun tikus di rumahnya.

Apa yang Arne rasakan saat itu?

Apakah sedih?

Marah?

Lega?

Atau...

Bahagia?

Jawabannya, adalah dia tidak tau.

Dia yang bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang, tidak tau bagaimana cara menanggapi kematian ibunya.

Dia bahkan tidak merasa sedih, marah atau emosi apapun. Dia hanya bingung dengan apa yang dia rasakan,

Dan karena itulah, saat pemakaman ibunya, dia tidak menangis.

"Apa kau lihat mata anak itu?, Dia bahkan tidak terlihat sedih saat ibunya meninggal"

"Iya, aku juga melihat nya, aku bisa merasakan bahwa dia bahkan tidak merasakan apapun terhadap ibunya"

Kalimat dari orang-orang di sekitarnya yang menghinanya, bahkan orang yang seperti itu, yang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, ada di sana.

Lalu, setelah kematian ibunya, dia di asuh oleh keluarga bibinya.

"Apa yang harus kita lakukan?, Keluarga kami tidak mampu untuk menambah satu beban lagi!"

"Begitu juga dengan kami, hidup bertiga saja sudah susah, apalagi jika menampung bocah itu di rumah kami!"

"Aku juga sama!, Istri dan anakku adalah prioritas, jika aku menampung anak itu di rumah ku, sudah pasti hidup kami akan jadi sulit!"

"Sudah ku duga, ibu anak itu, selalu saja membuat masalah!"

Bahkan, percakapan dari keluarga nya yang tidak ingin merawatnya, menambah kenyataan bahwa Arne tidak di inginkan oleh siapapun,

Bahkan oleh seluruh keluarganya.

Dia, tidak berharga, dia tidak di inginkan oleh siapapun di dunia ini.

Dan pada akhirnya, setelah keputusan bersama di ambil, sudah di sepakati bahwa Arne akan di urus secara bergantian di antara seluruh keluarganya.

Tapi, bukan perawatan nyaman lah yang dia dapatkan saat bersama dengan keluarganya yang lain.

Dia selalu di perlakukan seperti layaknya pembantu, di kasari, dan di caci maki oleh keluarga nya yang lain.

"Jika kau tidak bekerja, kau tidak makan!

Adalah kalimat yang selalu mereka katakan.

Diskriminasi dan siksaan sangat jelas mereka tampilkan, saat waktunya makan, walaupun Arne sudah bekerja keras membantu dalam seluruh pekerjaan rumah, keluarga nya hanya memberinya bagian kecil dari makanan yang lain.

Dan tempat dia tidur pun, hanya di biarkan tidur di lantai tanpa alas apapun.

Apakah mereka masih bisa di sebut keluarga?, Sudah pasti jawabannya adalah tidak.

Arne yang selalu di siksa, setiap malam dia selalu menangis di pojok dinding, berusaha mengecilkan suara tangisannya agar tidak di dengar oleh orang lain.

Tapi, Bertahun-tahun kemudian yang penuh dengan rasa sakit dan kesedihan berlalu.

Emosi nya semakin tumpul, dia telah belajar, bahwa tangisan dan ratapan tidak akan memberikan apapun.

Sesering apapun dia menangis, sesering apapun dia berdoa agar seseorang menyelamatkan nya.

Tidak pernah ada yang terjadi, tidak ada yang datang menyelamatkan nya, dia masih tetap tersiksa.

Jadi dia sudah memutuskan, sesakit apapun itu, semenyedihkan apapun kehidupan nya dia tidak akan pernah menangis lagi.

Lalu, kehidupan SMA nya pun sudah tiba.

Dia awalnya sudah mengira, bahwa kehidupan SMA nya tidak akan berbeda jauh dari masa SD dan SMP nya dulu.

Tidak punya tema, dan selalu di jauhi sekelilingnya.

Tapi...dia salah.

Kehidupan SMA nya bahkan lebih buruk dari pada kehidupan sekolah SD atau SMP nya.

Jika anak SD adalah anak polos yang hanya menuruti orang tua mereka untuk tidak mendekati Arne.

Dan anak SMP adalah anak yang mulai membentuk kelas sosial, dan menjauhkan Arne dari kelas sosial itu.

Maka, SMK adalah Medan perang yang di isi oleh anak-anak yang kuat saja yang dapat bertahan.

Setidaknya, begitulah anggapan Arne terhadap anak-anak sekolahan.

Saat dia masuk SMK, anak-anak dari SMP nya mulai menyebarkan rumor tidak sedap.

Di mulai dari ibunya yang seorang pelacur, ayahnya yang meninggalkan mereka berdua saat dia masih dalam kandungan, Dan lain sebagainya.

Ini menyebabkan, banyak anak yang mulai mem bully Arne baik secara diam-diam maupun terang-terangan.

Setiap hari, dia akan menemukan lokernya yang penuh dengan sampah, lacinya yang di isi penuh permen karet.

Bukunya yang di coret, dan di robek.

Dan kadang-kadang, dia harus bekerja keras untuk menemukan tasnya yang di sembunyikan, di suatu tempat, dan selalu berakhir di tempat yang tidak menyenangkan.

Semua perlakuan ini, terkadang membuat Arne ingin menangis, tapi dia selalu bertahan.

Karena dia sudah memutuskan, tangisan tidak memberikan apapun.

Sekeras apapun dia berdoa, tidak akan pernah ada yang datang.

Jadi, dia akan terus seperti ini, menahan tangisannya, dan terus menjalani hidupnya yang penuh dengan kesedihan dan tangisan yang dia tahan, sepanjang hidupnya.