webnovel

Promise to you

2025, tahun awal kehancuran dunia, di mana pulau mengapung mulai bermunculan di seluruh dunia, dan bersamaan dengan itu banyak fenomena aneh dan berbagai bencana lain mengikuti di belakangnya, jim verndarinn, seorang survivor yang telah kehilangan nyawanya saat bertarung dengan monster, menyalakan api keinginan nya yang terakhir, janji yang pernah dia buat dengan seseorang.

Winter_Enfold · Fantasy
Not enough ratings
8 Chs

episode 4

"akhirnya aku di sini lagi..."

Jim saat ini, berdiri di depan sebuah pintu rumah kecil.

Rumahnya...

Awalnya, dia memang ingin segera menyelesaikan apa yang di butuhkan untuk persiapan nya di masa depan.

Tapi, bagaimanapun, dia telah kembali ke masa lalu, bagaimana bisa dia melewatkan untuk segera bertemu dengan orang-orang yang telah lama hilang di masa depan.

Keluarganya.

Jim terus menatap ke arah rumah itu dengan tatapan nostalgia, mengingat semua ingatan indah yang dia miliki di masa lalu.

"Itu terasa sudah lama sekali..."

Sudah berapa lama itu?, Apakah 10 tahun?,Jim merasa sudah selama itu dia kehilangan seluruh keluarga nya.

"Yah, kalau begitu, ayo segera masuk"

Jim segera membuka pintu, memutar gagang pintu hingga terdengar bunyi *klik, lalu dia mendorong pintu dan masuk ke dalam.

"Ini...Tidak berubah sama sekali"

Di dalam rumah, dia memandangi interior di dalamnya, sebuah rak sepatu di taruh di samping pintu masuk, dan sebuah keset pink lembut yang bertuliskan welcome yang biasa, ada di depannya.

Interior yang sederhana, cat dinding yang sederhana, tapi, karena suasana kesederhanaan inilah yang membuat rumahnya menjadi rumah terbaik baginya.

Ada perasaan hangat mengalir dari dalam hatinya, dan tanpa sadar, sebuah air mata mengalir keluar dari sudut matanya.

"Aku..."

Jim merasa sangat bahagia, perasaan hangat yang sudah lama hilang, muncul lagi.

Jim melangkah maju masuk lebih dalam ke dalam rumah.

Rumah ini, terdiri dari 2 lantai, lantai satu adalah ruangan di mana ruang tamu, dapur, dan kamar orang tuanya berada, dan ada satu toilet di lantai bawah.

Dan di lantai dua, adalah ruangan kamar tidur dirinya, dan juga dua saudara lainya, dan satu toilet lagi.

Setelah masuk lebih dalam, Jim sampai ke ruang tamu, di sana ada sebuah sofa sederhana dengan desain batik indah berwarna merah di padukan dengan corak emas.

Sebuah TV layar sedang di tempatkan di depan sofa panjang dan meja di depanya.

Dan di dinding-dinding nya, adalah berbagai bingkai foto yang di susun berjejer memenuhi dinding.

Bingkai foto ini adalah, susunan dari kenangan indah dirinya dan keluarganya di masa lalu.

"Sungguh membuat kangen..."

Jim berhenti menatap interior ruangan, lalu maju mendekati sofa panjang.

Dia mulai menyentuh bagian lengan dari sofa itu, lalu mulai meraba-rabanya, dan saat dia melakukan itu, dia mengingat di masa lalu.

Saat di mana dia dan keluarganya berkumpul bersama, dan duduk di sofa ini sambil menonton Tv, ataupun hanya mengobrol bersama di sini.

Di sofa ini, ayahnya akan duduk di tengah, ibunya akan duduk di samping kanannya.

Dan dua saudara nya akan berada di kanan dan kirinya, sedangkan dirinya, ada di sebelah saudari nya yang lebih tua.

Karena dia dan saudara laki-laki nya tidak pernah akur.

Di dalam memorinya, dia teringat saat di mana dia dan saudara laki-laki nya, saling beradu mulut di sini, tapi selalu di halangi oleh kakak, atau ibunya, dan ayahnya hanya akan tertawa, dan berkata.

"Anak-anaku benar-benar akur ya"

Kenangan yang sangat indah, ya.

Baginya kenangan seperti itu, adalah yang paling indah yang dapat dia ingat.

Dia melepas tangannya dari lengan sofa, dan mulai berjalan lagi menyusuri rumah.

Berjalan beberapa langkah, dia sampai di sebuah pintu, pintu kayu yang di cat dengan cat coklat, dan di permukaan nya di buat mengkilat dengan pernis.

Dan di depan pintu itu, tergantung tulisan.

               -FATHER & MOTHER-

(JANGAN GANGGU SAAT MALAM HARI)

Dia tersenyum kecut saat melihat tulisan itu.

Awalnya, dia dan saudaranya, tidak mengerti apa arti dari kata-kata itu, tapi seiring  bertambahnya usia mereka.

Mereka mulai memahami arti dari kalimat ini, dan saat mereka tau, mereka sering terlihat malu saat melewati kamar ini di malam hari.

Apalagi untuk kakak perempuannya yang sudah lebih dewasa.

"Hahaha..."

Dia tertawa kecil saat mengingat masa-masa itu, dirinya yang di masa lalu, selalu di kelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.

Lalu tiba-tiba, semua orang itu hilang darinya satu persatu, ayahnya yang mati karena melindungi mereka.

Ibunya yang rela tidak makan agar anaknya bisa tetap hidup, tapi akhirnya dirinya menyusul ayah mereka lebih cepat.

Lalu, kakak perempuannya yang mengorbankan dirinya agar adiknya dan dirinya dapat melarikan diri.

Dan adiknya yang selalu ingin membalas dendam, akhirnya juga mati karena dendam itu sendiri.

Dan akhirnya, hanya tersisa dirinya sendiri, sendirian di dunia itu, dunia yang penuh perang dan darah.

Dunia yang mengerikan, dimana yang kuat sajalah yang dapat bertahan.

"Giiiggh"

Jim menggeretakan giginya saat dia mengingat itu di masa depan, itu adalah ingatan yang ingin dia lupakan, tapi jika dia melupakannya, maka dia akan seperti menghiati keluarga nya yang sudah terus berkorban untuknya.

"Ayah, ibu, kakak...Denis..."

Dia menyebutkan nama keluarganya satu persatu, dan saat dia melakukanya, di ingatanya, seperti sebuah kilat, satu persatu saat-saat di mana keluarga nya kehilangan nyawanya.

Air mata mulai kembali mengalir dari matanya, dan kali ini mengalir dengan deras, dia tidak bisa menahan nya lagi.

"Hik...hik..hik.."

Dia menangis sesenggukan di depan pintu, dirinya yang selalu sendiri saat dimasa depan setelah di tinggal oleh keluarganya.

Dia sangat ingin menangis setiap saat di masa itu, tapi dia tidak melakukanya, karena baginya, jika dia terus menangis, maka pengorbanan keluarganya tidak akan ada artinya nanti.

Jadi dia selalu berusaha tetap tegar, dan melangkah maju, dan akhirnya di masa depan dia masuk dalam jajaran orang yang mendapatkan kekuatan celestial.

Dan, saat dia terus menangis di depan pintu, sebuah suara lembut terdengar dari ruang dapur.

"Ayah, tolong ke dapur sebentar, ibu ingin minta tolong!"

Suaranya lembut, tapi juga tegas di saat bersamaan, suara yang sangat dia rindukan, suara yang paling dia sukai di dunia ini.

Ibunya...

Jim langsung terbangun dari tangisannya, dan menoleh ke arah ruangan di mana suara itu berasal, dan di sana, dapat terdengar suara seperti seseorang sedang memasak di sana.

Suara dari sayuran yang di potong, daging yang di goreng di minyak panas, dan suara ibunya yang bersenandung saat sedang melakukanya.

Perasaan ini, adalah apa yang sangat dirindukannya, suasana yang sangat di inginkanya di masa depan.

Dia segara bangkit, berlari ke arah dapur, dan saat sampai di ambang pintu masuk, dia melihatnya.

Sosok ibunya yang sedang memasak, dengan memakai celemek pink dan mengikat rambutnya kebelakang menjadi ekor kuda.

Sosok ibunya yang dengan terampil memotong sayuran, dan menggoreng daging, di dalam minyak, sosoknya yang dengan sangat hati-hati mengira-ngira bagaimana menghidangkan makanan terbaik bagi keluarganya.

Sosoknya yang sudah lama dia rindukan...

"Ibu...."

Tanpa sadar, dia menggumamkan nama ibunya, dan ibunya tersentak Saat tiba-tiba namanya di panggil, jadi dia membalikan tubuhnya, dan di sana dia melihat anak keduanya sedang berdiri terdiam di ambang pintu masuk dapur.

Dengan mata lembab, dan siap untuk menangis kapanpun.

Dia agak terkejut, tapi, segera tenang dan bertanya pada anaknya.

"Ah..ternyata kau Jim, apa kamu sudah pulang?, Ada apa dengan dirimu?, Apa kamu sedang kurang sehat?, Kamu terlihat seperti baru saja menangis"

Ibunya menatap Jim dengan tatapan khawatir, melihat anaknya yang baru saja datang dengan wajah seperti itu, tentu saja dia akan khawatir.

"Ibu..."

Jim tidak menjawab, melainkan hanya kembali memanggil nama ibunya.

"Iya..?"

Ibunya memiringkan kepalanya kebingungan, tapi tetap menjawab panggilan anaknya.

"I..ibu..."

Jim kembali memanggil nama ibunya, dan dia menundukkan kepalanya saat melakunya, ibunya yang melihat tingkah anaknya semakin khawatir.

"Jim..apa kamu baik-baik saja?, Apa kamu sedang ada masalah?, Apa kamu sedang terluka?, Atau jangan-jangan...kamu di bully seseorang?"

Ibunya terlihat sedikit kesal saat kata bully keluar dari mulutnya dan nadanya terlihat cukup kesal juga.

"Ti-tidak...aku..."

Jim menyangkalnya, tapi terlihat tidak puas dengan jawaban putranya, ibunya kembali bertanya.

"Jim..tidak apa-apa untuk berkata jujur, katakan saja, ada-?"

Tanpa menunggu waktu bagi ibunya untuk menyelesaikan kalimatnya, Jim berlari, memeluk ibunya, dan menangis di sana.

"Ibu...hik..ibu..."

"Jim, ada apa? Jangan memeluk ibu tiba-tiba, ibu sedang memasak"

Ibunya terlihat sedikit kaget, tapi saat melihat anaknya yang terus menangis dan pelukannya, dia tidak tega untuk terus mendesaknya, jadi dia berhenti, dan memeluk putranya dengan lembut.

"Jim.. tidak apa-apa, ibu ada di sini..."

Ibunya dengan lembut membelai kepala putranya, berusaha menenangkan Jim dengan kasih sayang lembut darinya.

"Ibu...ibu.."

Jim terus menangis, melepaskan semua kerinduan yang dia miliki, dia yang akhirnya bertemu dengan ibunya lagi, tidak dapat menahan tangisannya.

Dan saat Jim masih menangis, seseorang datang.

"Ibu, ada apa?, Apa ibu butuh bantuan?"

Seorang pria baju santai, masuk kedalam dapur, dan saat dia masuk, dia kaget saat melihat istrinya, sedang memeluk anaknya yang sedang menangis.

Dan tentu saja, pria ini adalah ayah jim.

"Shhhh"

Istri nya segera mengerahkan jari ke arah mulutnya dan memberi isyarat bahwa dia harus tenang untuk beberapa saat.

Suaminya tampak mengerti, jadi dia hanya berdiri diam di sana, sambil tersenyum melihat istrinya yang memeluk putranya dengan lembut.

                             ***